Baun, detakpasifik.com – Intervensi Bank NTT baru berlangsung dua tahun terhadap desa binaan di Baun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang. Akan tetapi, sedikitnya dua puluh (20) jenis produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) telah bergeliat berproduksi.
Produksi UMKM kian bergeliat seiring dengan intervensi Bank NTT yang relatif masif dan sistematis terukur.
Usaha mikro kecil menengah adalah istilah umum dalam dunia ekonomi yang merujuk kepada usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha. Ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008.
Sedikitnya ada 20 jenis usaha mikro kecil menengah. Antara lain bisnis kuliner, bisnis fashion, bisnis pendidikan, bisnis otomotif, bisnis agribisnis, bisnis tour and travel, bisnis produktif kreatif, dan bisnis teknologi internet.
UMKM
Dalam konteks UMKM di Baun, tak hanya menarik dari aspek geliat ekonomi rakyat kecil. Tetapi juga terutama karena menilik koordinator para pengusaha UMKM yang adalah seorang pria difabel, Aprianus Adoe (56 th).
Walaupun intervensi Bank NTT terbilang masih sangat belia, tetapi geliat ekonomi kian tampak melalui aneka jenis usaha yang dilakukan para anggota kelompok UMKM. Kata Apri Adoe.
Hal ini niscaya terjadi berkat dua hal. Pertama, semangat para anggota kelompok UMKM untuk mengembangkan usaha mereka masing-masing.
Kedua, adanya ekosistem ekonomi karena terkait intervensi Bank NTT terhadap aneka jenis usaha UMKM.
Bank NTT bersedia menggelontorkan kredit merdeka tanpa jaminan maksimal Rp5.000.000/pelaku UMKM.
Kredit merdeka tanpa jaminan ini pertama kali digagas Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dengan para petinggi Bank NTT. Dengan skema akselerasi mobilisasi semua jenis usaha mikro kecil menengah di NTT melalui kredit tanpa jaminan.
Kredit tanpa jaminan digagas, karena umumnya para pelaku usaha mikro kecil menengah takut mengambil kredit di bank. Mereka khawatir terjebak dalam lilitan jaminan atau karena mereka memang tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan jaminan.
Kredit tanpa jaminan ini dapat berkembang baik andaikan para pelaku usaha konsisten mengembangkan usahanya dan tertib mengembalikan pinjamannya.
Jika para kreditor tertib mengembalikan kredit tanpa jaminan ini, maka Bank NTT mengambil kebijakan akan menggelontorkan lagi kredit tanpa jaminan maksimal Rp10.000.000/pelaku UMKM.
Terutama kepada pelaku usaha yang telah dianggap kredibel karena mendapatkan kepercayaan Bank NTT.
Informasi yang diperoleh tim juri menyebutkan, para pengambil kredit sangat variatif. Ada di antaranya yang hanya mengambil kredit Rp3.000.000 untuk jenis usaha yang dikelolanya. Tetapi ada pula yang sanggup kredit Rp5.000.000. Bahkan ada yang hanya mengambil kredit Rp1.500.000 untuk pengembangan usaha mereka.
Intervensi Bank NTT
Para pelaku UMKM mengakui, intervensi Bank NTT telah sungguh sangat membantu usaha mereka. Sebagaimana dituturkan Koordinator Pelaku UMKM Kecamatan Amarasi Barat, Aprianus Adoe (56 th) yang ditemui tim juri festival Bank NTT.
Tim juri antara lain, Dewa Putra (Bank NTT) dan Pius Rengka didampingi Kepala Cabang Pembantu Bank NTT di Baun, Simon Ndun.
Jenis usaha yang mendapatkan intervensi Bank NTT antara lain, usaha kios, tenun ikat khas Timor, pengolahan anyaman untuk kemasan, ternak besar dan kecil seperti sapi, babi, ayam, dan ikan air tawar.
Hingga hari ini geliat ekonomi di masyarakat lapisan bawah tampak melalui produksi dan akumulasi modal yang diperoleh para anggota kelompok UMKM di Baun.
Informasi ini diperoleh tatkala pekan silam (21 Juli 2022), tim juri festival Desa Binaan Bank NTT berkunjung ke Baun didampingi Kepala Cabang Pembantu Bank NTT, Simon Ndun.
Kini di seluruh kawasan Amarasi Barat ada sedikitnya 430 pelaku usaha, meski yang sangat aktif adalah 56 pelaku UMKM sejak intervensi kredit merdeka tanpa jaminan dari Bank NTT.
“Terus terang kami sangat berbangga dengan program pemerintah melalui Bank NTT yang membantu para pelaku usaha mikro kecil menengah dengan memberikan kredit tanpa jaminan ini. Animo masyarakat sangat besar, meskipun informasi tentang hal ini belum meluas,” ujar Aprianus Adoe di tempat usahanya di Baun, tak jauh dari rumah makan se’i babi, milik Ama Ba’i.
Akses listrik dan internet terbatas
Kepala Cabang Pembantu Bank NTT, Simon Ndun, menambahkan, tantangan terbesar dari sosialisasi kredit tanpa jaminan ini terutama karena wilayah layanan sangat luas, apalagi akses listrik dan internet belum meluas. Tambahan jalan Kabupaten Kupang sangat parah.
“Tantangan lain yang dihadapi Koordinator Pelaku UMKM Kecamatan Amarasi Barat ialah jalan raya yang menjadi tanggung jawab Kabupaten Kupang sama sekali masih sangat memprihatinkan. Sementara jaringan telepon di wilayah potensial seperti Desa Merbaun dan Desa Erbaun masih sangat terbatas karena jaringan listrik belum tersedia,” ujar Aprianus Adoe membenarkan.
Hampir di semua desa binaan Bank NTT, kata Aprianus Adoe, terkandala oleh masih lemahnya pendampingan. Tambahan lagi beberapa jenis usaha yang kini telah berkembang terhalang oleh proses ijin di balai POM dan produksi halal itu.
Padahal di Baun sekarang telah berkembang produksi minyak yang sangat membantu mobilisasi ekonomi para pelaku usaha.
Untuk di bidang peternakan, kata Adoe, tinggal satu tantangan serius bagi para peternak yaitu persediaan pakan ternak. “Saya mohon agar Bank NTT intervensi di bagian ini juga, agar para peternak keluar dari masalah ini,” ujarnya.
Aprianus Adoe sendiri, telah lama bergelut dalam koperasi. Dia sudah 23 tahun menggeluti dunia organisasi penggalangan kekuatan rakyat ini.
Meski demikian dia memuji luar biasa terobosan pemerintah provinsi. Terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan rakyat melalui UMKM di daerah di bawah koordinasinya.
(dp/pr)