Salatiga, detakpasifik.com – Sejak Senin (4/4/2022) hingga Jumat (8/4/2022) pekan ini, 45 mahasiswa doktoral dan S2 Univesitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Jawa Tengah, mengikuti workshop 5 hari. Workshop digelar Fakultas Interdisiplin Studi Pembangunan.
Workshop digelar untuk mendiskusikan dan mempertajam topik dan rancangan riset yang bakal ditulis para mahasiswa S3 dan S2. Topik dan rancangan riset ditulis seturut tuntutan akademik sangat tinggi untuk mencapai derajat ilmiah berstandar nasional dan internasional.
Workshop 5 hari itu dibuka oleh Dekan Fakultas Interdisipliner Studi Pembangunan UKSW, Titi Susilowati Ndoen, Ph.D. Workshop berlangsung di lantai 5 Gedung Pertemuan Pascasarjana. Para mahasiswa doktoral dan S2 berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Seorang di antaranya berasal dari Eropa Timur, Kristina Kotznanova, yang meneliti nelayan di Pacitan, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pada arahan pembukaan workshop, Dekan FISP Titi S Ndoen, Ph.D mengatakan, workshop 5 hari itu sangat penting dan perlu. Penting karena workshop ingin mengetahui progres penulisan makalah kualifikasi dan proposal penelitian. Kecuali itu, tiap-tiap mahasiswa mempresentasikan topik riset masing-masing. Para promotor dan co-promotor pun dapat mengikuti secara langsung cermatan para mahasiswa terutama untuk memperdalam proses bimbingan penulisan.
Produk jangka pendek yang diharapkan dari workshop ini ialah menghasilkan makalah kualifikasi dan proposal penelitian yang bermutu. Karenanya, para mahasiswa doktoral dan mahasiswa S2 mesti serius menyelesaikan seluruh proses workshop. Seterusnya para mahasiswa akan dibimbing promotor dan co-promotor masing-masing.
Hadir pada kesempatan itu antara lain, pakar sosial antropologi Pamerdi Giri Wiloso, Ph.D, Dr. Wilson Therik (Ketua Program S2 Studi Pembangunan UKSW), Yesaya Sandang, Ph.D, Charanpal Bal, Ph.D, Aldi Lasso, Ph.D, Dr. J. Mardimin dan Mirza Ansyori, Ph.D. Mereka masing-masing sebagai promotor dan co-promotor para mahasiswa doktoral dan mahasiswa S2 UKSW.
Workshop berlangsung dinamis karena semua peserta aktif memberikan cermatan sesuai topik penulisan yang hendak diteliti. Terkait bidang garapan yang hendak diteliti sungguh sangat variatif. Ada di antaranya yang mengkaji bidang pariwisata, problem perkopian di Flores dan Indonesia, problem nelayan, kepemimpinan politik pada setiap konteks ekonomi politik, kajian kebudayaan daerah, problem desentralisasi di Papua, dan masyarakat adat, serta kerusakan lingkungan di kawasan pariwisata di berbagai Kawasan Timur Indonesia.
Mencermati bidang kajian yang hendak diteliti itu, tampak jelas kajian Studi Pembangunan UKSW menyentuh berbagai arena kajian yang mengarah pada kepentingan umat manusia dan kelangsungan pembangunan berkelanjutan di tanah air. Sementara itu, menilik latar belakang para mahasiswa peserta studi doktoral dan S2 UKSW, sangat berwarna. Ada para staf ahli dan staf khusus pemerintah lokal, para dosen perguruan tinggi swasta, profesional, jurnalis dan aktivis LSM yang menyebar di sejumlah daerah di Indonesia.
Menurut pendapat Eranus Yoga Kundhani (mahasiswa S3) dan Frederikus Boeloe Ladi (mahasiswa S2), para dosen di UKSW sangat apresiatif humanis sesuai spiritualitas panggilan moral UKSW sebagai tempat menempa para intelektual bermutu.
Motto yang selalu menjadi cahaya penuntun langkah semua insan di UKSW adalah “We are the Creative Minority”. Atas dasar semboyan itu, relasi dan interaksi dosen dan mahasiswa diwarnai persaudaraan bermutu yang senantiasa dicahai terang kasih yang tak pernah dan tak akan pernah kunjung pudar. Di UKSW, sekat-sekat primordial baik yang berbasis etnik, agama maupun selera ideologi politik, justru larut dalam semangat persaudaraan. Kultur akademis pun dirawat agar keluaran kampus UKSW sanggup menjadi terang dan garam dunia di mana pun mungkin para alumni berkarya.
Selain mencermati topik makalah kualifikasi dan proposal penelitian, para peserta workshop diajak mengunjungi perpustakaan UKSW. Perpustakaan UKSW pernah meraih reputasi sebagai perpustakaan terbaik di tanah air.
UKSW pun dalam sejarah pendidikan tinggi di tanah air melahirkan gagasan dan konsep sistem kredit semester yang diterapkan sejak periode kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daud Yusuf pada era Orde Baru. UKSW pun pernah menjadi semacam pusat gravitasi politik ketika menggagas sikap politik Golongan Putih pada era 1978.
(dp/pr)