Kupang, detak-pasifik.com- Pemandangan yang tidak sedap dipandang mata kembali mencuat di kawasan penghijauan Penfui, Kabupaten Kupang. Seiring berjalannya waktu, kondisi lingkungan di jalur ini semakin memprihatinkan akibat tumpukan sampah yang berserakan di sepanjang jalan. Keberadaan sampah ini tidak hanya merusak estetika lingkungan, tetapi juga menimbulkan bau busuk yang mengganggu warga dan pengendara yang melintas.
Pada Jumat, 3 Januari 2025, jurnalis detak-pasifik.com melintas di kawasan ini sekitar pukul 14.35 dan menyaksikan langsung kondisi memprihatinkan tersebut. Jalur Penfui, yang terletak di arah menuju Kampus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang dan berbatasan dengan Bukit Cinta, kini dipenuhi tumpukan sampah. Keadaan ini bertambah buruk karena kawasan tersebut, meski secara administratif berada di wilayah Kabupaten Kupang, masih masuk dalam Desa Penfui Timur, yang terhitung sebagai daerah pinggiran Kota Kupang.
Di sekitar jalur ini, terdapat Bundaran Burung yang menjadi titik persimpangan penting di Kota Kupang. Namun, pemandangan sampah yang berserakan di jalur penghijauan Penfui semakin menambah daftar permasalahan lingkungan yang kerap mengganggu kenyamanan warga sekitar. Salah satu keluhan utama adalah bau busuk yang ditimbulkan oleh sampah yang terurai dan menumpuk di tepi jalan. Kondisi ini jelas mengurangi kenyamanan hidup masyarakat, terutama di musim hujan yang memperburuk pengelolaan sampah.
Berbagai jenis sampah yang terlihat, mulai dari popok bayi, sisa makanan, hingga plastik dan sampah domestik lainnya, semakin memperburuk kualitas lingkungan di sekitar jalur ini. Keadaan ini tentu sangat meresahkan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di dekat kawasan tersebut.
Mama Maksi Maja, seorang warga sekitar Penghijauan Penfui, menyampaikan keluhannya terkait sampah yang berserakan di jalur tersebut. Menurutnya, sampah bukan hanya berasal dari masyarakat Kota Kupang, melainkan juga dari orang-orang yang datang dari luar kota.
“Bukan hanya masyarakat Kota Kupang yang membuang sampah, tetapi juga orang-orang dari luar kota. Sampah kadang dibuang dari dalam mobil atau motor. Kami yang tinggal di sini merasa terganggu dengan keadaan ini,” ungkapnya dengan penuh kekesalan.
Maksi Maja juga menambahkan bahwa kawasan tersebut bukanlah tempat pembuangan sampah yang seharusnya. Namun, karena lokasi yang strategis bagi pengemudi, banyak pengendara yang memilih untuk membuang sampah di sepanjang jalur tersebut. Pemerintah setempat pernah mencoba menyediakan tempat sampah di kawasan ini, namun upaya tersebut tidak mendapat respons positif dari pemilik lahan yang menilai keberadaan tempat sampah tersebut tidak efektif.
Tumpukan sampah di jalur Penfui ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran kolektif dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Masyarakat, baik yang tinggal di kawasan tersebut maupun pengendara yang melintas, diharapkan untuk lebih peduli terhadap kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, pemerintah setempat juga perlu mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah sampah yang semakin meresahkan ini, dengan memperkuat sistem pengelolaan sampah dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan tetap bersih.
Ronal (27) mengungkapkan bahwa dirinya harus menutup hidung bila melewati jalur tersebut.
“Tidak nyaman kalau lewat di jalur ini. Kita mesti menutup hidung agar tidak mencium bau busuk dari sampah yang menumpuk,” ujarnya.
(Arsen Setiawan)