Kehadirannya di Kajong, lantaran pria paruh baya ini berhasrat mendengar langsung apa kata Gubernur Viktor Laiskodat tentang problem pertanian di NTT. Hal itu diperlukannya untuk dibandingkannya dengan apa yang pernah dialaminya di Jepang.
Catatan Pius Rengka
Suhu udara Kajong, Reok Barat, Manggarai, senja medio Mei silam, sejuk nian. Meski langkah matahari kian pergi ke rembang petang, tetapi toh ribuan massa umat Paroki Kajong, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, tak beringsut. Rakyat datang dari berbagai kampung memadati tepi jalan lintas Labuan Bajo-Reok.
Umat paroki, para kepala desa, camat dan para pejabat Kabupaten Manggarai, setia menanti. Mereka menanti Gubernur Viktor dan rombongan tiba di daerah itu. Gubernur Viktor Laiskodat menginap di rumah nan sederhana Paroki Kajong.
Satu di antara lautan massa, berdiri setia Agustinus Adil (52 tahun). Dia dari Kampung Lendo, Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur. Dia bukan penduduk Kabupaten Manggarai. Agus Adil, petani Manggarai Timur. Dia datang ke Kajong semata-mata untuk bertemu Gubernur Viktor.
Tatkala seremonial penerimaan adat usai, rombongan Gubernur bergerak ke aula paroki tempat dilangsungkannya Rapat Koordinasi Pemerintah NTT dengan Pemda Kabupaten Manggarai, para Camat dan Kepala Desa sekabupaten Manggarai.
Di sebuah sudut aula paroki itulah, Agus Adil duduk bersimpuh sambil cermat mendengar pidato Viktor Bungtilu Laiskodat, melalui pengeras suara.
Agustinus Adil pria asal Lendo adalah satu dari sedikit petani inovatif kreatif di NTT. Tubuhnya ringkih. Tetapi, dia ulet terampil. Elan vital semangatnya berkobar bernyala-nyala meski usianya kian berangkat senja. Agus ingin mengembalikan kampungnya sebagai wadah hutan rimbun aneka jenis kayu.
Dia pun bermimpi, sekali waktu kelak hari di hutannya hiduplah aneka burung langka. Kawanan burung yang telah muhibah ke tempat lain, boleh kembali menghuni hutan di sekitar kampungnya.
Para petani sekitar kampung pun boleh menikmati belaian udara sejuk yang diembus-teruskan dari hutan belantara ciptaannya. Hasil hutan, katanya, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup manusia seperti sediakala dialaminya tatkala dia masih remaja dan kanak-kanak.
Sejak 2003, Agus Adil, bertanam aneka jenis kayu di sekitar Kampung Lando-Lomes, Desa Gunung Baru, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur. Di lahan 6 hektare itulah usahanya berbuah manis seiring semangatnya untuk melakukan reboisasi.
Ia yakin bahwa sekali kelak hutan kembali pulih. Dia melakukannya dengan tekun tanpa banyak bicara. Dia sangat ingin agar impiannya tercapai. Hingga kini, 20.000 pohon aneka jenis telah ditanam. Semuanya hidup di hamparan lahan 8 ha.
Agus tak pupus mengajak para petani lain di kampungnya. Dia bahkan mengajak pemerintah setempat untuk melakukan hal serupa. Tetapi, itulah, selalu saja ada yang berhasil diajak, ada pula yang tidak menggubris. Dia tidak putus harapan.
Ribuan pohon sengon, ara meni, jati putih ditanam. Menurut Agus, lahan garapan yang ditanamnya itu awalnya hanyalah sebuah hamparan luas padang alang-alang. Saban tahun kawasan tersebut menjadi sasaran ulah manusia usil tidak bertanggung jawab. Kebakaran tiap tahun rutin terjadi hingga tiba satu saat dia mulai mengubah rona kawasan itu.
“Pertama-tama saya menanam pohon. Sekarang di lokasi itu ada hutan belantara. Dulunya panas, sekarang sejuk. Dulu air tidak ada, sekarang mata air tidak pernah kering. Apa yang saya lakukan bermaksud memotivasi masyarakat lain agar tidak merambah hutan dan membakar padang sabana. Kita wajib melestarikan lingkungan tempat di mana kita hidup. Karena hanya dengan cara ini saya melakukan sesuatu yang positif untuk negara ini. Saya hanyalah petani yang tidak bersekolah,” tutur pria yang tak tamat sekolah dasar ini.
Kehadirannya di Kajong, lantaran pria paruh baya ini berhasrat mendengar langsung apa kata Gubernur Viktor Laiskodat tentang problem pertanian di NTT. Hal itu diperlukannya untuk dibandingkannya dengan apa yang pernah dialaminya di Jepang.
Baca juga:
Kampung Tumbak Menawarkan Tenun Ikat Lamba Leda Usai Intervensi Bank NTT
Bank NTT, Alex Riwu Kaho dan Keberpihakan Terhadap Kaum Papa
Golo Loni Desa Binaan Bank NTT Kian Mendunia dan Berkultur Wisata
Ia pergi ke Jepang karena diundang oleh lembaga profesional internasional. Dia bersama petani dari negara lain melakukan studi tentang tata kelola pertanian modern di negeri matahari terbit, Jepang, tahun 2020.
Dirinya tidak tahu mengapa dia diundang. Entah informasi diperoleh dari mana, dia tidak peduli. “Saya juga tidak mengerti mengapa saya yang diundang ke Jepang,” ujarnya polos. Itu semua kemurahan Ilahi, yang datang melalui Romo Bernard Palus, tambahnya.
Sepulang dari Jepang, 9 bulan kemudian, dia menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya itu di tanah kelahirannya, di Manggarai Timur.
Orang Jepang, kata Agus Adil, sangat disiplin. Mereka menaruh hormat sangat tinggi pada orang lain. Mereka tahu bagaimana menjaga kebersihan lingkungan. Manusia Jepang pun menghormati karya kreatif manusia. Manusia Jepang pekerja keras, tekun dan solid. “Kita perlu belajar dari mereka,” ujar ayah enam anak ini.
Di Jepang Agus tak hanya belajar mengolah lahan pertanian dan bagaimana merawat tanaman. Dia juga belajar manajemen kepemimpinan dan manajemen pertanian. “Dua hal ini penting dan perlu,” katanya.
Meski bahasa pengantar dialog serba berbahasa Inggris, tetapi lambat laun Agus mengakui dirinya dapat beradaptasi dengan baik. Apalagi, saban hari dia berinteraksi dengan para petani dari negara lain yang belajar bersamanya di Jepang saat itu. Interaksi berlangsung intensif setiap hari di lapangan. “Saya berpikir, semua yang dialaminya itu adalah buah dari berkat Tuhan yang membimbing,” ujarnya.
Maka pengalaman yang diperolehnya di Jepang 9 bulan itu diterapkannya di tanah kelahirannya. Praktik lapangan berbuah hasil yang meyakinkan.
Saat ditemui di rumah Paroki Kajong, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, Mei 2023, Agus Adil sesungguhnya adalah bagian dari rombongan yang diundang khusus. Dia diundang khusus lantaran, -demikian Romo Bernard-, tema utama kunjungan Gubernur di Paroki Kajong adalah konsolidasi para petani dan pemanfaatan teknologi murah untuk mengembangkan pertanian dan peternakan di masa depan.
Romo Bernard Palus berpendapat, Gubernur Viktor adalah tokoh motivator yang menginspirasi petani sekaligus menjadi penggerak petani. Beliau selalu menggalang kekuatan multi pihak untuk mengembangkan dan memodernisasi pertanian demi kebutuhan domestik petani itu sendiri dan demi mengantisipasi kepentingan laju pertumbuhan industri pariwisata di Manggarai dan Flores pada umumnya.
Intinya, ujar Romo Bernard, Gubernur Viktor selalu tandas berbicara dan lugas menggalang banyak kalangan tentang kerja kolaborasi tata kelola pertanian demi kemakmuran petani itu sendiri.
Agus Adil hadir dan sengaja dihadirkan di Kajong karena diundang khusus oleh Pastor Bernard Palus yang adalah mantan pastor paroki di wilayahnya di Paroki Sta. Theresia Mbata, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur. Romo Bernard berharap agar ada dialog kritis antara Gubernur dan Agus Adil tentang tata cara kelola pertanian berdasarkan pengalaman 9 bulan di Jepang. Bahkan Agus mengakui undangan itu bagai berkat karena dirinya telah lama ingin menjumpai Gubernur Viktor.
Romo Bernard memastikan kepadanya bahwa Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat menginap di Paroki Kajong, setelah Gubernur Viktor menyelesaikan urusan terkait ASEAN Summit di Labuan Bajo.
Romo Bernard Palus dikenal luas di Paroki Kajong sebagai salah satu pelopor penggerak petani modern. Umat Paroki Kajong kini kian bergeliat. Kehadiran Rm. Bernard di tempat itu membawa berkat perubahan umat.
Paroki Kajong memiliki dataran 6 ha. Tetapi lahan seluas itu belum maksimal digarap. Berkat penggalangan Romo Bernard, belakangan umat Paroki Kajong telah berhasil memproduksi kecap. Kini umatnya sedang menggalakkan penanaman jagung, hortikultura, sorgum dan kedelai. Produk pohon aren diubah, tak hanya menjadi sopi, tetapi juga inovasi memproduksi kecap manis khas Kajong.
Kata Romo Bernard, yang pertama dilakukannya ialah mengubah mindset umat. “Tak ada perubahan apa-apa jika tidak ada perubahan mindset,” ujar Romo Bernard. Karena itu baginya, pastor paroki tidak hanya rutin melaksanakan liturgi gerejawi, tetapi juga terlibat aktif dalam pergumulan penderitaan umat dengan cara mengubah mindset dan tata kelola pertanian.
Tampil sederhana
Agus Adil tampil sederhana. Dia mengenakan topi tradisional Manggarai. Sarung songke yang dikenakannya pun seadanya. Di sela-sela obrolan dengan penulis, Agus sesekali menyeruput kopi asli Manggarai sambil menghirup menghebuskan asap Gudang Garam Surya kesukaannya. Gagasannya tentang tata kelola pertanian telah mengantarnya jauh melampaui banyak kalangan petani di daerahnya. Dia, disebut pelopor pemberi contoh petani berwawasan luas di kampungnya di Manggarai Timur.
Diskusi tema pertanian dengan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat pun meyakinkan Agus bahwa apa yang telah dilakukannya dan apa yang dialaminya di Jepang ternyata sepadan. Dia kini berkawan dengan Viktor Bungtilu Laiskodat.
Baca juga:
Agustinus Wakurkaka: Panen Jagung Beli Fortuner Nol Kilometer
Menurut pengakuannya, pertama kali dia mengenal Viktor Laiskodat dari berbagai sumber berita yang diperolehnya di kampung. Maka dia ke Kajong ingin menemui dan berdialog dengan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. “Gubernur Viktor sangat terkenal, ucapannya sering kontroversial. Menjengkelkan. Tetapi seluruh isi ucapannya saya kira benar dan tepat,” ujar Agus.
Agus Adil menilai, kepemimpinan politik pembangunan Viktor Laiskodat luar biasa. “Saya sebut kepemimpinan politik pembangunan Viktor Laiskodat luar biasa karena beliau tidak sekadar mengandalkan administrasi pemerintahan yang dilukiskan dan dikisahkan indah dan cantik oleh para stafnya. Tetapi, Viktor Laiskodat berjuang sangat keras di lapangan konkret untuk mengeluarkan Nusa Tenggara Timur dari kemiskinan berpikir masyarakatnya. Pilihan sikap berpolitik beliau pun selalu berpihak pada rakyatnya. Buktinya sederhana. Dia selalu keliling melihat langsung apa yang riil dibutuhkan rakyatnya. Lalu ada eksekusi,” jelas Agus beranalisa.
Agus Adil menambahkan, puluhan tahun jalan Ruteng-Mukun hingga Wukir dan Bealaing sampai Elar, baru beres setelah Viktor Laiskodat memimpin NTT. Fakta ini patut dibanggakan terutama oleh masyarakat Manggarai pada umumnya. Tampaknya pertumbuhan ekonomi NTT tinggal selangkah lagi. NTT dapat keluar dari kemiskinan berpikir.
“Saya berkesimpulan, NTT membutuhkan pemimpin politik yang berani menerobos semua sekat kesulitan sebagaimana dilakukan Pak Viktor ini,” tandas Agus.
Kasar dan keras
“Saya ingin berpendapat tentang komentar orang yang mengatakan, Gubernur Viktor Laiskodat itu kasar dan keras. Dia tidak menjaga perasaan orang. Tetapi, jujur saja, setelah saya menyaksikan dan mencermati pidatonya saat pengarahan di Aula Paroki Kajong, saya menilai Pak Viktor luar biasa. Beliau sangat dekat dengan rakyatnya. Dia menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh rakyat sederhana seperti saya ini. Awalnya, saya juga pernah berpikir, ini orang berbahaya. Tetapi, setelah saya mendengar pidato dan isi pidatonya, saya berpikir ini orang tidak seperti yang diceriterakan orang dari mulut ke mulut. Viktor tidak seperti apa yang ditulis dan diceritakan itu. Kami justru membutuhkan pemimpin yang berani seperti ini. Dia sungguh mencintai rakyatnya. Buktinya, banyak perubahan selama kepemimpinan beliau,” kata Agus Adil menjelaskan pendapatnya.
Menurut Agus, Gubernur NTT adalah seorang pekerja keras. Dia sangat ingin rakyat NTT segera keluar dari kemiskinan. Beliau telah mengetahui jelas potensi pertanian di NTT. Beliau telah melakukan hal tidak biasa. Buktinya, hampir semua jalan provinsi telah tuntas dikerjakan.
“Viktor Laiskodat menginginkan masyarakatnya bekerja, bekerja dan bekerja. Bukan bicara, bicara dan bicara. Karena itu, saya sependapat ketika beliau mengatakan bahwa NTT tidak miskin, melainkan NTT tidak mengerjakan seluruh kekayaan yang dimilikinya,” ujar Agus mengutip ucapan Viktor Laiskodat.
Baca juga:
Agustinus Wakurkaka: Panen Jagung Beli Fortuner Nol Kilometer
“Contohnya konkret saya sendiri. Saya menerapkan ilmu pertanian dari Jepang. Dua tahun saya mengajar gratis petani. Saya membina mereka agar dapat menghitung dan menanam lahan mereka untuk mendapat hasil yang baik. Ini akan berhasil melalui pratik. Saya tidak mengajar mereka dengan bicara terlalu banyak, tetapi saya melakukannya dengan praktik agar mereka cepat menirunya. Hasilnya sangat baik, terutama dalam penerapannya. Awal tahun ini saya mengembangkan sorgum 10 hektare dengan teman-temanku, tetapi gagal karena diserang babi hutan. Tetapi, sekali lagi saya setuju dengan ucapan Gubernur bahwa, NTT tidak miskin, tetapi NTT belum mengerjakan seluruh kekayaannya,” tandas Agus Adil.
Kepemimpinan Viktor Laiskodat bagi Agus Adil, sangat cocok dengan apa yang pernah dipelajarinya di Jepang. Agus menyarankan agar program pertanian terus dilanjutkan oleh pemimpin NTT ke depan.
“Saya berharap agar apa yang telah dirintis oleh Gubernur NTT Viktor Laiskodat diteruskan oleh semua bupati, camat dan kepala desa. Pemerintah NTT perlu mengeluarkan instruksi kepada semua bupati hingga ke desa untuk mengerjakan serius pertanian di wilayah masing-masing,” tambahnya.
Menjawab pertanyaan, apa saja hal penting lain yang dicatat dari ucapan Gubernur NTT? Sambil membuka buku catatannya Agus Adil menjawab:
Pertama, ucapan Gubernur bahwa pemimpin ideal adalah pemimpin yang dibenci oleh 30 persen pengikut terdekatnya, tetapi disukai oleh 70 persen rakyatnya.
Kedua, cinta kepada rakyat melahirkan ketabahan.
Ketiga, orang pintar adalah seorang yang mempelajari berbagai macam pengetahuan.
Keempat, manusia yang berpindah adalah seorang yang mempelajari berbagai macam pengetahuan.
Kelima, literasi membuat kekuatan. Karena itu manusia harus memiliki semangat untuk terus membuat narasi.
Namun, yang paling mengesankan ialah ucapan Gubernur Viktor yang mengatakan, NTT tidak miskin, tetapi NTT belum mengerjakan seluruh kekayaannya. Ucapan itu saya pikir sangat benar dan jujur.