Labuan Bajo, detak-pasifik.com- Pada hari Jumat, 1 November 2024, Calon Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut 3, Adrianus Garu, hadir dalam misa penahbisan Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus. Misa tersebut berlangsung di Gereja Katolik Santo Petrus Sernaru dan dipimpin oleh Kardinal Ignatius Suharyo.
Acara ini dihadiri oleh puluhan uskup dari berbagai daerah di Indonesia, menjadikannya sebagai sebuah peristiwa yang sangat bersejarah bagi umat Katolik di Labuan Bajo, yang merupakan salah satu destinasi pariwisata superprioritas di Indonesia.
Uskup Mgr. Maksimus Regus memilih moto tahbisan yang penuh makna, “Ut Mundus Salvetur Per Ipsum,” yang diterjemahkan sebagai “Supaya Dunia Diselamatkan Oleh-Nya.” Dengan moto ini, Uskup Regus menunjukkan komitmennya untuk menjadi pemimpin spiritual yang membawa pesan keselamatan bagi umat manusia.
Dalam kesempatan tersebut, Adrianus Garu menyampaikan rasa syukur umat atas peristiwa bersejarah ini, yang merupakan kali pertama dalam sejarah Labuan Bajo memiliki seorang uskup.
“Kami sangat bersukacita menyambut momen bahagia ini. Saya merasakan kebahagiaan yang mendalam dari seluruh umat di sini. Kehadiran sekitar 300 rohaniwan menambah kesan mendalam pada perayaan ini,” ungkapnya.
Dikenal dengan sapaan akrab Andry, Adrianus Garu menekankan pentingnya dukungan dan doa restu dari para tokoh agama dalam perjalanan politiknya. Kehadirannya di acara pentahbisan ini juga menjadi kesempatan berharga untuk bertemu kembali dengan teman-teman dari masa sekolah di SMAS St. Klaus Kuwu, Ruteng, Kabupaten Manggarai.
“Kami berbagi kenangan indah dari masa-masa sekolah, terutama dengan banyak teman seangkatan dan adik kelas yang kini menjadi pastor,” tambahnya.
Adrianus Garu saat ini maju sebagai Calon Wakil Gubernur NTT mendampingi Simon Petrus Kamlasi dalam Pilgub yang akan berlangsung pada 27 November 2024. Dengan tagline “SIAGA”, mereka didukung oleh tiga partai politik: NasDem, PKB, dan PKS.
Kehadiran Adrianus Garu di pentahbisan uskup ini mencerminkan hubungan erat antara kepemimpinan spiritual dan politik di daerah, sekaligus menunjukkan komitmen para calon pemimpin untuk mendukung dan merayakan nilai-nilai keagamaan di masyarakat.*** (Juan Pesau/TM)