Apotek Omega di Manggarai Diduga Lambungkan Harga Obat

ilustrasi obat

Ruteng, detakpasifik.com Toko obat atau Apotek Omega yang beralamat di Jalan Van Bekum, Ruteng, Kabupaten Manggarai diduga telah menjual obat di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Informasi ini diperoleh detakpasifik.com dari seorang warga berinisial YM (36) yang telah melakukan transaksi pembelian obat di apotek tersebut.

Menurut pengakuan YM, pada tanggal 6 Juli lalu dirinya membeli obat di Apotek Omega berdasarkan resep dokter untuk anaknya yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Ben Mboi Ruteng.

Obat yang dibeli YM adalah stesolid, berdasarkan pemberitahuan pegawai RS Ben Mboi, ia mengetahui harga obat itu berkisar antara Rp50.000 sampai Rp60.000.

Namun, sesampainya di Apotek Omega, dirinya mendapatkan kenyataan lain, obat itu harganya tiga kali lipat dari yang diberitahu pegawai rumah sakit yaitu seharga Rp150.000.

“Sampai di sana saya kaget. Pegawai apotek bilang, ada kalau bapa mau beli tapi harus dengan resep dokter. Harganya Rp150.000,” kata YM, Sabtu (10/07/2021).

Klik dan baca juga:  Ibu Hamil Berisiko Tinggi Terpapar Covid-19, Vaksinasi Mulai Dilakukan

Meski harga obat tersebut dinilai terlalu mahal, YM terpaksa harus membeli obat itu karena kebutuhan sang anak yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit.

YM menceritakan, pada label harga eceran tertinggi obat stesolid yang dibelinya itu telah dicoret dengan spidol berwarna hitam dan dirubah dengan tempelan label baru dengan angka (harga) Rp150.000.

“Saya heran. Setelah dicek, ternyata pada label HET obat tersebut telah ditutupi tinta spidol warna hitam dan ada label kertas baru dengan angka harga Rp150.000,” urainya.

Pemilik Apotek Omega, dr. Pius Kandar yang dikonfirmasi media ini tidak membatah informasi tersebut.

Ia beralasan, apoteknya menjual obat tersebut melampaui HET dikarenakan harga yang dibeli dari distributor di Kupang dengan harga Rp118.000.

Klik dan baca juga:  Data Covid-19 Kota Kupang 14 Maret 2021 Tembus 5.184 Orang

Ditemui pada Sabtu pagi, ia mengatakan pihaknya menjual obat tersebut melampaui HET Rp33.000 bukan atas keinginannya, tetapi karena harga obat itu dibeli dari distributor sebesar Rp118.000 ditambah dengan PPN/PPh menjadi Rp130.000.

“Yang kami jual kemarin Rp150.000, HET Rp33.000. Ini HET ini dari pabrik. Kemudian yang membeli ke pabrik itu Perusahaan Besar Farmasi (PBF). Jadi, kami beli ke PBF. Jadi sebenarnya kalau soal HET itu kami dapat harga dari AAM (Anugerah Argon Medica) di Kupang itu seharga Rp118.000 ditambah dengan PPN PPh menjadi Rp130.000,” ujar Pius Kandar.

Ia mengatakan, persoalan itu seharusnya tidak perlu melibatkan dirinya selaku pemilik Apotek Omega tetapi harus dipertanyakan kepada pihak AMM di Kupang selaku distributor.

“Jadi soal ini harusnya dipertanyakan itu ke AAM sebagai distributor, bukan ke kami (Apotek Omega, red),” jelas dr. Pius Kandar kepada wartawan di Apotek Omega pada Sabtu, 10 Juli 2021.

Klik dan baca juga:  Pria di Ruteng Ditemukan Meninggal Dalam Kamar Kos, Jenazah Ditangani Sesuai Protokol Covid

Dirinya juga tidak membatah telah menutup harga HET dengan tinta spidol. Hal itu menurutnya sengaja dibuat agar para pembeli tidak protes terhadap harga obat yang melampaui HET.

“Soal menutup HET dengan spidol, itu cara kami menghindari perdebatan dengan pembeli, karena pembeli tidak paham dengan situasi ini,” tuturnya.

Penulis: Heribertus Salus

Editor: Juan Pesau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *