Oleh: Dr. Thomas Ola Langoday, SE.,M.Si. Dosen Global Economic STIE OEmathonis Kupang
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA) tetapi sebagian masyarakatnya masih miskin. Ini anomaly, tetapi fakta lapangan berbicara seperti itu. Rilis Word Bank tahun 2025 ini, mengkategorikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 60,3% dari jumlah penduduk pada tahun 2024 sebanyak 285,1 juta jiwa. Dengan demikian jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2024 sebanyak 171,91 juta jiwa dan yang tidak miskin hanya 113,19 juta jiwa. Ini miris. Tetapi faktanya seperti itu.
Data ini beralasan, mengingat saat ini, dengan rata-rata nilai tukar rupiah sebesar IDR. 16.800 per US$. Dengan menggunakan purchasing power parity (PPP) sebesar US$.6,85 per kapita per hari atau setara pengeluaran IDR. 115,080 per kapita per hari, maka data ini mendekati kebenaran lapangan, walaupun masih ada kategori lain dengan pengeluaran per kapita per hari setara US$. 2,15 dan US$. 3,65.
Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan
Sebagai ekonomi, penulis lebih cenderung menggunakan data terakhir ini, apapun complain dari pejabat badan pusat statistic Indonesia. Sudah saatnya negeri ini jujur menyajikan data supaya Solusi kebijakan tidak salah sasaran (rubbish in, rubbish out). Presiden Prabowo sudah menyatakan komitmennya untuk bekerja total demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Beliau ingin meninggalkan legacy sebagai negarawan yang pro masyarakat kecil, miskin, bodoh, terpinggirkan dan masih terbelakang.
Presiden Prabowo menyadari, bahwa untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia, butuh kelembagaan; maka dibentuklah Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP. TasKin) yang dinakhodai oleh Budiman Sudjatmiko, salah seorang pegiat demokrasi, kaum pergerakan dan pernah mewakili rakyat Flores – Lembata – Alor menyampaikan aspirasinya di Senayan pada pemilihan umum legislative tahun 2014-2019.
BP. TasKin dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 163 Tahun 2024. BP. TasKin merupakan lembaga nonstruktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BP. TasKin mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan percepatan pengentasan kemiskinan secara terpadu. Dalam melaksanakan tugas BP. TasKin menyelenggarakan fungsi antara lain: menyusun rencana induk dan program percepatan pengentasan kemiskinan; menyelaraskan kebijakan dan program percepatan pengentasan kemiskinan di kementerian/lembaga; dan melakukan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan dan program percepatan pengentasan kemiskinan di kementerian/lembaga.
Dengan miskin struktur dan program kerja seperti amanat perpres tersebut, maka sangat mustahil untuk dapat dilakukan percepatan pengentasan kemiskinan. Sebagai komandan percepatan pengentasan kemiskinan, Budiman bertindak cepat. Disadari bahwa tanpa struktur yang ada di Provinsi dan Kabupaten Kota bahkan kecamatan dan desa di seluruh Indonesia, mustahil mengentaskan kemiskinan dapat dilakukan secara cepat dan tepat pada kelompok sasaran. Sebagai orang pergerakan, maka dibentuklah organisasi sayap, underbouw, perpanjangan tangan secara kelembagaan untuk bergerak cepat membantu BP. TasKin bersinergi dengan kepala daerah dan dinas terkait untuk percepatan pengentasan kemiskinan.
BAKTI TasKin
Gerak cepat manajemen BP. TasKin, ditunjukkan dengan pembentukan organisasi sayap yang Bernama “Barisan Andalan Kesetiakawanan Pengentasan Kemiskinan (BAKTI TasKin)” yang pengukuhannya bertepatan dengan hari lahirnya R.A. Kartini pada tanggal 21 April 2021 di Kabupaten Tangerang. Organisasi ini telah terbentuk di 38 Provinsi di Indonesia dan beberapa kabupaten/kota.
Mengingat kemiskinan ini bersifat multi dimensi, maka pengentasannya juga bersifat multidimensi. Dewan Pimpinan Pusat BAKTI TasKin sebagai perpanjangan tangan BP. TasKin, telah menetapkan Sembilan (9) bidang yang menjadi agenda atau focus Garapan untuk percepatan pengentasan kemiskinan, melalui kegiatan Industrialisasi yang memerdekakan Rakyat miskin yaitu: Industri pangan, energi terbarukan, digital dan teknologi informasi, Pendidikan dan vokasi, permukiman dan Kawasan, Kesehatan Masyarakat, transportasi dan infrastruktur, kewirausahaan dan koperasi (industry kreatif) dan terakhir sosial, seni dan budaya.
Kerja BAKTI TasKin adalah focus, efisien, efektif dan ekonomis. Untuk itu dibutuhkan mitra-mitra strategis, komunitas yang peduli pengentasan kemiskinan pada semua level pemerintahan, teknologi akar rumput yang mampu membentuk ekosistem, semacam supply chain management atau manajemen rantai pasokan, mata rantai yang tidak terputus hingga membentuk Masyarakat yang pada awalnya tergolong miskin, hingga membentuk jati dirinya sebagai manusia mandiri dan tidak miskin lagi baik dari segi kebutuhan pokok, primer maupun sekunder dan tersier.
Saat ini, pemerintah sedang giat melaksanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) serta perintisan pembentukan Koperasi Desa Merah Putih di setiap desa dan kelurahan seluruh Indonesia. Oleh karena itu, potensi dan focus kerja BAKTI TasKin ke depan adalah membentuk ekosistem yang mampu mensukseskan percepatan pengentasan kemiskinan.
Sebagai contoh, untuk industrialisasi yang memerdekakan rakyat miskin, maka diperlukan ekosistem yang mampu melahirkan Hilirisasi dan industrialisasi pangan dengan Masyarakat desa sebagai subyek; bekerjasama dengan BUMDes dan Kopdes MP untuk penyediaan MBG dengan melibatkan Masyarakat miskin sebagai supply bahan kebutuhan MBG. Jika ekosistem ini dapat dibangun maka akan memberi multiplier effect jangka Panjang dan berkelanjutan; misalnya, dengan adanya permintaan/demand side kebutuhan MBG seperti beras, jagung, kacang-kacangan, telur, daging, ikan, maka akan ada peningkatan luas lahan panen baru, akan ada tambahan kendang dan jumah ternak seperti ayam, sapi, kambing dan domba serta pada komunitas tertentu dimungkinkan kandang dan jumlah ternak babi; ada permintaan tambahan untuk alat penangkap ikan dan tentunya jumlah ikan, maka akan ada tambahan tenaga kerja pada ekosistem Garapan; dan pada akhirnya kita mempunyai lumbung pangan baru pada setiap desa/kelurahan, kabupaten/kota dan provinsi.
Bersinergi
Tidak ada orang dan atau institusi yang menjadi superman, superwoman atau superinstitusi yang berbuat sendiri untuk menyelesaikan persoalan bangsa ini, termasuk persoalan percepatan pengentasan kemiskinan. Kita butuh teknologi akar rumput, sinergi antara pelaku usaha yang satu dengan pelaku usaha lainnya; sinergi antara pelaku usaha dengan pemerintah pada berbagai tingkatan; sinergi antara pelaku usaha dengan dunia akademik; sinergi antara pemerintah dengan dunia akademik. Kita akan menemukan irisan tugas dan fungsi yang dapat dilakukan secara bersama-sama dengan nilai tambah dan multiplier effect yang berkesinambungan dan berjangka Panjang.
Hari-hari belakangan ini, BP. TasKin dan BAKTI TasKin sedang bekerja untuk mewujudkan ekosistem ini. Melalui tulisan ini, kami mengajak kita semua untuk bersinergi. Menghilangkan egoisme masing-masing untuk semua memandang, bekerja sama mengeluarkan masyarakat, saudara dan saudari kita, bapa dan ibu kita yang hari ini masih hidup di bawah pengeluaran per kapita per hari IDR. 115.085. Masih ada 171,1 juta jiwa, mungkin juga termasuk kita yang berada di dalam kategori ini.
Pertanyaannya adalah “siapa yang mau help?” siapa yang mau membantu? Hanya orang miskin itu sendiri yang dapat membantu dirinya sendiri untuk keluar dari jerat kemiskinannya. Tugas kita adalah bersinergi, mendampingi, meningkatkan kapasitas orang miskin dan kita sendiri agar mampu mandiri pada waktunya. Inilah yang disebut “orang miskin bersatu untuk membantu orang miskin”; “orang kecil bersatu untuk membantu orang kecil”; dan kita yakin bahwa kita mampu untuk melakukannya.
Kita mau, agar negeri kita ini menjadi negeri yang unggul; bukan negeri yang kaya sumber daya alamnya tetapi rakyatnya miskin. Negeri yang unggul harus dibangun dengan proses yang unggul. Dengan mengutip buku “Ekonomi Pembangunan: Membangun Negeri Unggul dan Berperadaban” (Langoday, T. O., 2024), proses itu sedang digagas oleh BP. TasKin dan BAKTI TasKin sekarang ini, yaitu hilirisasi dan industrialisasi produk unggulan di setiap desa dengan melibatkan Masyarakat setempat sebagai subyek. Dengan ini, akan muncul para pengusaha unggul/ entrepreneur unggul yang mengelola produk unggulan. Himpunan pengusaha-pengusaha unggul tersebut akan membentuk satu dan atau beberapa industry unggul. Jika persebaran industry-industri unggul tersebut merata di seluruh negeri, daerah, dengan produk-produk industrinya bernilai tambah tinggi/produktivitas tinggi; tentu penghasilan penyedia bahan baku dan atau setengah jadi dalam ekosistem supply chain management juga tinggi; tentunya gaji karyawannya juga tinggi; dengan demikian daya beli masyarakat pada umumnya juga tinggi.
Daya beli masyarakat yang tinggi, apalagi melebihi pengeluaran per kapita per hari setara US$ 6,85 atau IDR. 115,080; apakah kita masih tergolong miskin? Tentu tidak. Kita tidak saja menjadi negara dengan Pendapatan kotor per kapita tinggi namun rakyatnya miskin, tetapi negara kita masuk kategori negara dengan Tingkat pendapatan menengah atas yang pengeluaran per kapita per hari juga tinggi.
Terima Kasih Presiden RI. Bapak Prabowo Subiyanto; Terima Kasih Kepala BP. TasKin bapak Budiman Sudjatmiko yang telah berkomitmen untuk percepatan pengentasan kemiskinan rakyat dari negeri yang kaya akan sumber daya alam ini. Terima kasih telah menyandingkan teori Pembangunan (kajian akademik) dengan program pengentasan kemiskinan (tataran kebijakan dan praktek).*