Kefamenanu, detakpasifik.com – Petani di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) telah memasuki masa panen jagung di lahan seluas 850 ha. Panen jagung itu adalah buah dari program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang digulirkan Pemerintah NTT sejak tahun 2019 silam.
Bupati TTU, Juandi David, Selasa, mengatakan program TJPS yang digulirkan Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef A Nae Soi tersebar di 26 desa, 1 kelurahan pada 8 kecamatan di Kabupaten TTU.
“Dikerjakan 60 kelompok tani dan total luas lahan keseluruhan 850 ha,” kata Juandi.
Ia mengatakan hasil panen musim tanam Oktober-Maret produksi jagung mencapai 8.208 kg pipil basah per hektar.
Potensi pertanian merupakan andalan utama Kabupaten TTU. Produk unggulannya, selain jagung, juga ada kacang tanah, sereh merah, jambu mente, kemiri, sirih, dan pinang.
“Di bidang peternakan, TTU memiliki potensi ternak sapi, babi, kuda, kambing dan ayam,” katanya.
Viktor Laiskodat Lakukan Panen Raya Jagung
Sementara itu, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat hadir di Kabupaten TTU, Selasa (23/3/2021). Kedatangan Viktor yang merupakan bagian dari kunjungan kerjanya di daratan Timor dalam sepekan adalah untuk melakukan panen raya jagung di Desa Letneo, Kecamatan Insana Barat, Kabupaten TTU.
Saat itu, Viktor menyampaikan kegembiraannya karena program TJPS yang dicanangnya menunjukkan hasil yang memuaskan.
Baca juga: Progam TJPS Victory-Jos Sukses, Panen Jagung di Lahan 79 Ha
Ia berharap, Kabupaten TTU akan meningkatkan produktifitas hasil jagung dengan menambah luas lahan tanam mencapai 5000 ha pada tahun 2022.
“Kita bersyukur hari ini panen jagung dari program TJPS. Di TTU ini program TJPS sedang berjalan dengan luas lahan 850 ha. Saya tahu betul di TTU khusunya daerah Insana panen jagungnya hebat. Maka tahun depan saya mau kita semua panen jagung program TJPS harus mencapai 5000 ha di TTU. Kita harus tanam dalam jumlah besar agar memiliki dampak ekonomi yang signifikan,” ujar Viktor.
Menurut Viktor, produksi jagung dalam jumlah besar di NTT akan mengurangi anggaran untuk membeli pakan ternak ke luar daerah yang nilainya mencapai triliunan rupiah dalam satu tahun.
Produksi jagung yang besar di NTT akan langsung diolah untuk dijadikan pakan ternak warga.
“Pakan ternak kita beli dari Surabaya itu Rp 9000 per kg untuk tiba di Kota Kupang. Sampai di TTU harganya pasti naik lagi. Kita harus punya pabrik pakan ternak agar biaya 1 triliun itu tidak keluar dari NTT,” katanya.
Politisi Nasdem ini menjelaskan program TJPS memiliki multiplayer efek untuk pengembangan peternakan dan pertanian di NTT.
“Pertanian, peternakan dan perindustrian harus berkolaborasi dengan baik. Hasil dari pertanian diberikan pada peternakan. Lalu hasil dari peternakan dijadikan industri. Maka itu kami telah siapkan mesin pencacah dari Pemprov NTT. Pak Bupati TTU bisa minta,” kata Viktor. (JP)