Ruteng, detak-pasifik.com– Sebuah pengalaman berharga didapat Aurelia Casey Jerdam, Ketua OSIS SMA Katolik Setia Bakti Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia berhasil lolos seleksi dan berpartisipasi dalam Indonesia Student Leadership Camp (ISLC) yang diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Indonesia (UI) pada November 2024.
Kegiatan itu bertujuan mengasah kemampuan kepemimpinan para pelajar terpilih, memberikan kesempatan langka bagi Casey dan peserta lainnya untuk belajar langsung dari para ahli dan tokoh inspiratif.
Melalui Seleksi yang Ketat
Dalam sebuah wawancara pada Jumat, 17 Januari 2025, Casey, yang lahir pada 24 Agustus 2007 di Deru-Mukun, Kabupaten Manggarai Timur ini menjelaskan bahwa untuk bisa mengikuti ISLC, peserta diwajibkan untuk menulis sebuah esai dan membuat video penjelasan terkait dengan esai tersebut. Proses seleksi ini dilakukan dengan sangat ketat, dan dari ribuan pendaftar, hanya 102 peserta yang terpilih, di mana 100 di antaranya adalah ketua OSIS dari berbagai provinsi di Indonesia, sementara dua lainnya adalah pelajar berprestasi.
“Puji Tuhan, saya bisa memenuhi semua persyaratan dan terpilih untuk mengikuti kegiatan ISLC yang digelar DPM UI ini,” ujar Casey dengan penuh syukur.
ISLC yang berlangsung dari 9 hingga 13 November 2024 di UI, dirancang untuk memberi wawasan yang luas tentang dunia kepemimpinan. Peserta tidak hanya mendapatkan teori kepemimpinan melalui berbagai sesi webinar, tetapi juga dilibatkan dalam kunjungan ke berbagai instansi penting, seperti kantor DPR RI, perusahaan-perusahaan terkemuka, serta Universitas Internasional Islam Indonesia dan Universitas Indonesia.
Selain itu, para peserta juga dilatih dalam situasi praktis, seperti permainan “cari jejak” yang dirancang untuk mengasah kemampuan kepemimpinan dalam kelompok kecil. Melalui permainan ini, peserta diajak untuk mengatasi berbagai tantangan yang membutuhkan strategi, komunikasi, dan kerjasama tim.
“Banyak hal baru yang saya pelajari tentang kepemimpinan, termasuk bagaimana seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual agar mampu membuat keputusan yang bijak dan berpihak pada kepentingan orang-orang yang dipimpin,” ungkap Casey.
Bagi Casey, pengalaman mengikuti ISLC sangat berharga dan membuka wawasan baru mengenai pentingnya latihan dan belajar secara konsisten dalam mengasah kualitas kepemimpinan. Dia mengungkapkan, untuk menjadi pemimpin yang efektif, seseorang harus melalui proses panjang yang melibatkan pengembangan diri secara menyeluruh, baik dari sisi pengetahuan, emosi, maupun spiritual.
“Saya belajar bahwa menjadi pemimpin yang baik bukanlah sesuatu yang instan. Itu semua membutuhkan proses, latihan yang terus-menerus, dan pengembangan diri yang serius,” tambah Casey, yang bercita-cita menjadi seorang apoteker.
Melalui pengalaman yang didapatkan dalam ISLC, Casey kini memiliki pandangan yang lebih luas tentang kepemimpinan dan pentingnya kualitas seorang pemimpin dalam mempengaruhi perubahan positif di masyarakat. Ia berharap, pengalaman ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi dirinya pribadi, tetapi juga bagi sekolah dan komunitas tempat dia beraktivitas, khususnya di Kabupaten Manggarai.
“Saya ingin berbagi ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan di ISLC dengan teman-teman di sekolah dan lingkungan sekitar, agar kita semua bisa menjadi pemimpin yang baik di masa depan,” tutupnya. (Juan Pesau)