Compang Ndejing, detakpasifik.com – Desa Binaan Bank NTT Compang Ndejing, mengklaim sebagai desa sentra jagung sekabupaten Manggarai Timur. Klaim itu beralasan ketika Kepala Desa Compang Ndejing, Ahmad Jabur (52) menyebutkan, 756 ha hamparan lahan di desa itu ditanami jagung. Dari luas tersebut, 37 petani telah bergabung mengikuti sistem pola kemitraan Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) dengan Bank NTT.
Desa berpenduduk 2.537 jiwa, 578 kepala keluarga itu, sesungguhnya memiliki potensi lahan lebih luas dari yang disebutkan dan dapat ditanami aneka jenis hortikultura.
Untuk semua tanaman hortikultura kini baru tergarap 100 ha. Maka kebutuhan sayur-sayuran di pasar Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur disuplai antara lain dari Desa Binaan Bank NTT itu.
Dia menambahkan, sejak program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nae Soi digelorakan, pihaknya segera mengkonsolidasi kekuatan rakyat untuk menyambut program ini.
Meski diakuinya, sosialisasi konkret ke lapisan rakyat belum masif di wilayahnya. Tetapi, gaung gelora program TJPS ini telah sungguh merangsang dan menjanjikan, karena program TJPS mendorong petani memaksimalkan semua lahan milik mereka demi kepentingan peningkatan ekonomi rakyat.
Pilihan redaksi:
- Potensi Berlimpah, Tetapi Desa Compang Congkar Merana di Akses Jalan Raya
- Kampung Tumbak Menawarkan Tenun Ikat Lamba Leda Usai Intervensi Bank NTT
- Membina Desa Wae Nanga, Sebuah Ziarah Kemakmuran Bank NTT dan Petani Kopi
Fakta itu terungkap saat pertemuan tim juri Festival Desa Binaan Bank NTT, Pius Rengka, Christo Seda dan Norman Batmaro dengan aparatur desa dan para kelompok usaha kreatif di Kantor Desa Compang Ndejing, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, dua pekan silam, 24 November 2022.
Pada pertemuan yang dihadiri Rian Lahur (35) Koordinator UMKM Paroki St. Hubertus Sok Kevikepan Borong, Maria Goreti Meos (55) dan Angelina Nganut (26) pengusaha kripik pisang dari Kelompok Nekalos, Damianus Kong (56) Wakil Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) dan Florianus Esdjono (56), anggota BPD serta para tokoh adat setempat.
Ahmad Jabur menyebutkan, Desa Compang Ndejing memiliki empat potensi unggulan yang dapat ditawarkan dan dikapitalisasi untuk kepentingan memperkuat ekonomi rakyat. Keempat potensi itu masing-masing, jagung, tanaman hortikultura, sawah dan destinasi wisata Ligota Beach.
Rian Lahur menambahkan, jika empat potensi lokal ini dimaksimalkan dengan sistem kerja kolaborasi dan sinergi lintas entitas yang sehat, maka Desa Compang Ndejing bakal keluar sebagai salah satu desa makmur di Manggarai Timur.
Meski demikian menurut Rian Lahur yang adalah aktivis gereja itu, pihaknya senantiasa tidak berhenti berikhtiar untuk membebaskan rakyat dan umat di Compang Ndejing berbasis potensi terpasang di desanya.
Baca juga:
- Bank NTT “Gempur” Virgin Coconut Oil (VCO) di Golo Muntas
- Hasil Ikan Tangkapan di Dintor Melimpah Tetapi Pasar Sangat Lemah
- Songke Lando, Dokumen Penyimpan Kecerdasan Filosofis Perempuan Cibal Manggarai
Karena itu, pihaknya bersama pastor paroki setempat senantiasa menggalang kekuatan generasi muda untuk berpaling ke desa dan pertanian dan peternakan demi menyongsong masa depan yang lebih menjanjikan.
Apalagi, kini terbuka luas kerja sama dengan Bank NTT baik melalui penyediaan fasilitas Kredit Merdeka maupun melalui upaya untuk mencari pasar dengan harga yang relatif pasti.
Bahkan Ahmad Jabur menyebutkan, selain empat potensi lokal itu, di desa yang dipimpinnya itu terdapat 400 ekor sapi. Ternak sapi dipelihara secara tradisional ala kadarnya. Artinya sapi dipelihara tanpa memperhitungkan aspek bisnis di dalamnya. “Pokoknya pelihara saja,” ujarnya.
Rp 4 juta/ton
Ahmad Jabur merinci, produksi jagung rerata 6 ton/ha dijual Rp 4 juta/ton. Sedangkan pisang dijual Rp 25.000/tandan, isinya rerata 10 sampai 15 sisir, setara 120 buah pisang pertandan.
Meski demikian Angelina Nganut menambahkan, sebagai anggota Kelompok UMKM Nekalos, pihaknya sanggup memproduksi kripik pisang khas Compang Ndejing, tetapi terbentur masalah modal dan pasar.
Modal cekak dapat mempengaruhi kinerja para anggota kelompok. Angelina menyarankan aparat desa mencari dan menemukan jalan terbaik bagi mobilisasi ekonomi di desa itu. Hal itu dibenarkan Maria Goreti Meos, yang sehari-hari menyibukkan diri memproduksi kripik pisang.
Baca juga:
- Kelompok UMKM “Hekang Dite” di Kajong Kian Kreatif Bergeliat
- Lantaran Untung Kelompok Usaha Desa Binaan Bank NTT di Silu Tekuni Sapi Paron
- Pelaku UMKM Desa Camplong II Masih Dikepung Tengkulak Hingga Babak Belur
- Desa Fatumonas Bersama Bank NTT Kembangkan Aneka Potensi Lokal
- Kripik Nano-Nano Inovasi Berbasis Kredit Merdeka Sambil Mendandan Gereja Tertua
“Selama ini kripik pisang dijual ke Yayasan SMKS Wisata Ruteng. Mereka memesan 60 bungkus/minggu. Harga perbungkus Rp 10.000 atau Rp 15.000/bungkus,” ujar Maria Goreti Meos.
Sayangnya sebulan belakangan pisang terserang virus aneh yang belum diketahui namanya dan obatnya. Menyerang tanaman pisang milik petani.
Akibatnya produksi turun drastis. Dikhawatirkan pisang punah di daerah itu. Disinyalir virus yang sama menyebar hingga ke seluruh wilayah terdekat. Hingga kunjungan tim juri Festival Desa Binaan Bank NTT, belum diketahui pasti jenis virus dan cara mengatasinya.
Ahmad Jabur menambahkan, Desa Compang Ndejing juga memiliki 45 ha sawah, dua kali musim tanam. Tiap panen memproduksi 2 ton/ha.
Bahkan pihaknya kini menggalakkan tanaman kelor sebagai bagian dari hortikultura yang selama ini dikerjakan satu dari tiga kelompok UMKM hortikultura pelaku ekonomi kreatif.
Hasilnya, ialah ada steak kelor di Desa Compang Ndejing, ujarnya sedikit berbangga. Pihaknya menyambut baik seruan pemerintah provinsi untuk memasifkan tanaman kelor sebagai tanaman bergizi untuk mengatasi stunting dan penyakit lain di desanya.
Namun, meski banyak potensi di desa yang dipimpinnya itu, Ahmad Jabur menyayangkan kondisi jalan masuk ke Desa Compang Ndejing yang masih rusak berat.
“Tetapi saya sudah memperoleh informasi dari Bupati Manggarai Timur Andreas Agas, bahwa jalan 3 km yang rusak berat itu akan segera dibereskan awal tahun 2023,” ujarnya berharap.
Menurutnya, akibat jalan buruk itu akses ke destinasi wisata Ligota Beach agak terhambat, meski ada kecenderungan wisatawan lokal mulai berdatangan ke lokasi Ligota Beach.
Tawaran pemandangan alam sepanjang jalan seperti sawah terasering dan lekukan sungai yang mengalir sebelum sampai ke lokasi destinasi wisata.
Pilihan:
- Memburu Purba di Dusun Tua: Sebuah Perjalanan Mengarungi Masa Lalu
- Bir Jahe Zonafreno Branding Terbaru dari Baun
Dia berpesan, agar Bank NTT terus mendekatkan diri dengan para calon nasabahnya di Desa Compang Ndejing karena potensi ekonomi di desanya cukup kuat.
Model pemasaran
Angelina Nganut maupun Maria Goreti Meos mengakui, selama ini salah satu model pemasaran yang digunakan ialah kabar melalui media sosial seperti Facebook, Instagram dan WhatsApp ditambah dengan cara klasik yaitu ceritera dari mulut ke mulut.
Memang diakui keduanya, akibatnya positif. Konsumen memesan kripik pisang buatan Compang Ndejing. Tetapi problem muncul. Bagaimana akses dan kontrol terhadap jualan mereka berupa kripik pisang, steak kelor dan lainnya dapat sampai aman ke para pembeli.
Karena itulah, Angelina Nganut dan kawan-kawannya mengusulkan agar pemerintah desa segera membentuk Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Produk kreatif petani dijual ke Bumdes. Seterusnya Bumdes bekerja sama dengan Bank NTT mencari offtaker.
Saran Angelina dan Maria Meos ini disetujui kepala desa, tetapi juga disetujui aktivis kaliber sekelas Rian Lahur. Rian Lahur menambahkan, dirinya tetap terus melakukan pemberdayaan rakyat melalui pelatihan keterampilan kelompok untuk aneka bidang yang belum petani dan peternak kuasai.
(dp/pr)