Di Balik Lolongan Anjing, Misteri dan Mitos pada Deklarasi Politik di Kota Soe

SO’E – Pada Senin, 16 September 2024, Kota Soe, TTS, menjadi pusat perhatian seiring dengan berlangsungnya deklarasi akbar pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT, Melki Laka Lena dan Johni Asadoma.

Acara tersebut dihadiri oleh ribuan massa yang didatangkan dari lima kabupaten berbeda, dengan jumlah peserta tidak kurang dari 2000 orang. Namun, di tengah keramaian dan semaraknya acara, sebuah kejadian tak terduga menarik perhatian publik NTT, khususnya di Kota Kupang dan sekitarnya.

Saat upacara deklarasi memasuki momen pembukaan yang ditandai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, sebuah kejadian mengejutkan terjadi. Di tengah kerumunan ribuan orang, seekor anjing berdiri dengan jelas di tengah-tengah keramaian.

Klik dan baca juga:  Selain Ali Antonius, Dua Terdakwa Keterangan Palsu Kasus Tanah Labuan Bojo Dinyatakan Bebas

Anjing ini tiba-tiba melolong dengan nada panjang dan suara yang penuh kesedihan, menarik perhatian banyak orang. Ekspresi anjing tersebut terlihat sangat melankolis, seolah ia merasakan sesuatu yang mendalam.

Soe sendiri adalah kampung halaman Simon Petrus Kamlasi, calon gubernur NTT yang maju dalam pemilihan ini bersama Andry Garu dengan nama paket SIAGA. Meski acara deklarasi pasangan Melki-Johni berlangsung meriah, kehadiran anjing yang melolong dengan penuh emosi itu seolah menyiratkan sebuah pesan yang lebih dalam. Banyak yang mengambil gambar momen tersebut dan memperdebatkan arti dari kejadian ini.

Klik dan baca juga:  Paket SIAGA Dapat Dukungan Maksimal dari Bupati dan Relawan di Sumba Barat Daya

Dalam budaya lokal, terutama di NTT, ada mitos yang menyebutkan bahwa anjing yang melolong atau mengeluh di siang hari sering kali dianggap sebagai pertanda buruk atau sebagai sinyal adanya masalah yang akan datang.

Mitos ini menyebar luas di kalangan masyarakat, yang mengaitkan peristiwa tersebut dengan perasaan tidak senang atau ketidaknyamanan terhadap acara tersebut.

Ketika kejadian ini menjadi bahan perbincangan, spekulasi pun berkembang. Beberapa orang mulai mengaitkan momen tersebut dengan adanya Simon Petrus Kamlasi yang merupakan putra asli asal Soe, TTS.

Upe Bak (56), seorang warga Soe, TTS menyampaikan pendapatnya terkait peristiwa itu. Menurutnya kehadiran anjing di tengah keramaian itu memberi sebuah pertanda.

Klik dan baca juga:  Partai Demokrat Alor Tanam Pohon di 4 Areal DAS

“Anjing yang menggonggong sedih itu seakan mengisyaratkan perasaan menolak acara itu, dan memberitahu bahwa ada Simon Petrus Kamlasi yang memiliki wilayah sebagai putra asli Timor, Soe.”

Apakah anjing tersebut merupakan pertanda dari sesuatu yang lebih besar atau sekadar kebetulan semata, tetap menjadi misteri yang menyita perhatian publik.

Yang pasti, kehadiran anjing itu menambah warna tersendiri dalam peristiwa politik yang tengah berlangsung, memunculkan berbagai tafsir dan diskusi di kalangan masyarakat NTT.

(Vinus kontributor TTS)