Kupang, detakpasifik.com – Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat meminta para kepala desa memanfaatkan dana desa untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan adakan program di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan sektor lainnya.
“Anggaran dana desa itu harus digunakan sebaik mungkin untuk pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ekonomi masyarakat desa,” kata Gubernur Viktor dalam keterangan yang diterima detakpasifik.com.
Hal itu disampaikan gubernur dalam kunjungan kerja di daratan Flores di Kabupaten Sikka. Di sana dia juga menghadiri High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Provinsi NTT pada Minggu (11/9/2022).
“Jadi kita fokus pemberdayaan masyarakat untuk menekan angka kemiskinan ini. Kepala desa harus melihat dengan baik bahwa ketentuan besaran alokasi 40 persen dana desa untuk bantuan langsung tunai itu sesuaikan dengan keadaan masyarakat yang ada. Bila masyarakat penerima BLT tidak mencapai 40 persen maka dana tersebut bisa dialihkan ke atau diperuntukkan untuk hal lain seperti pemberdayaan pada program pertanian atau peternakan di desa,” ujar Gubernur Viktor.
Pada kesempatan itu, dia berharap pada bulan Oktober, semua kabupaten sudah ada desain ketersediaan lahan, pupuk dan benih untuk pengembangan sorgum, jagung dan kelor.
“Sehingga masyarakat juga bisa ikut ambil bagian. Saya yakin untuk Pulau Flores ini sangat berpotensi untuk pengembangan 3 komoditi tersebut. Bila kita sukses di Flores ini maka daerah yang lain juga mengikuti yang sudah kita kerjakan di sini sebagai contoh,” katanya.
Dia mengatakan perlunya sinergisitas antara industri dan lembaga-lembaga keuangan agar tidak membebani APBD.
“Kita jangan membebani APBD kita. Penting untuk kolaborasi dengan lembaga keuangan dan perbankan. Kita andalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Jadi kita tidak terlalu berharap dan membebani APBD kita. Maka dari itu masyarakat juga harus berperan aktif,” katanya.
Untuk mengatasi inflasi, kata dia, maka masyarakat harus memiliki dan mengembangkan sendiri komoditi yang menyebabkan inflasi.
“Untuk pengembangan Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) kita bisa kembangkan terus karena sangat memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat. Seperti di Sumba Barat Daya mereka panen 3 kali di lahan 36.000 ha. Ke depannya semua harus tanam dan panen dengan memanfaatkan mesin agar lebih efisien,” jelasnya.
Terkait inflasi, Deputi Kepala BI Perwakilan NTT Daniel Agus mengatakan untuk bulan Agustus, inflasi tahunan NTT mencapai 4,93 persen. Yang lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 4,69 persen. Ini sudah melebihi sasaran target inflasi yaitu 2-3 persen.
(dp/apm)