Sesungguhnya peran utama guru adalah mendukung murid-muridnya untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka secara intensif.
Oleh Alexandra de Araújo Tilman, Pengajar Tetap di Universitas Nasional Timor Leste (UNTL) – Jurusan Bahasa dan Sastra Tetum
Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam suatu proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal, informal maupun nonformal. Oleh sebab itulah, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan pada suatu negara, guru tidak dapat dilepaskan dari beberapa hal yang berkaitan dengan berbagai eksistensi.
Dalam budaya pendidikan umumnya telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru tidak jarang telah diposisikan untuk mempunyai peranan ganda yang multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya menjadi pendidik yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai mitra belajar literasi yang bermutu bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua setelah orangtua anak didik dalam proses pendidikan secara global.
Saat ini setidak-tidaknya ada beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi guru, yaitu: masalah kualitas atau mutu guru, jumlah guru yang dirasakan masih kurang, dan masalah yang tidak kalah penting juga adalah masalah distribusi guru dan masalah kesejahteraan guru.
Guru otoriter adalah salah satu penyebab murid kesulitan menerima pelajaran yang diajarkan dengan baik. Oleh sebab itu dalam meningkatkan kecintaan dari para siswa guru diharapkan mampu menjadi mitra yang setia selalu mendampingi murid-muridnya dalam berbagai kegiatan literasi yang bermutu secara efektif sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.
Pentingnya guru yang profesional
Pengertian literasi sekolah dalam peningkatan mutu adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. Pelatihan guru dalam jabatan telah lama dianggap sebagai aspek kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada sebuah lembaga pendidikan.
Sebagai tindakan untuk memenuhi visi tersebut maka program pengembangan untuk guru ini dalam pengabdiannya selalu diperkuat dalam berbagai pelatihan. Meskipun alasan ini guna memenuhi kebutuhan akan literasi pada sekolah. Seperti yang saat ini dihadapi oleh sistem pembelajaran pendidikan pada negara Timor Leste kegiatan literasi pada sebagian sekolah-sekolah swasta sangatlah berkembang bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri lainnya.
Namun pada sekolah-sekolah negeri yang dimaksudkan dalam implementasi kegiatan literasi ini lebih lebih intensif hanya diterapkan pada sekolah dasar, seperti salah satu aktivitas yang dapat dijumpai pada salah satu sekolah dasar di Dames Liquitei. Tepatnya di Kecamatan Maubisse Kota Kabupaten Ainaro. Di mana dalam implementasi nyata tersebut kehadiran literasi dianggap sebagai salah satu media yang sangat membantu adalah dengan kehadiran kegiatan literasi dalam bidang studi bahasa.
Pada era kemajuan dan perubahan pendidikan yang luar biasa banyak sekolah-sekolah yang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pelatihan. Pelatihan guru dalam peningkatan kegiatan literasi dimaksudkan untuk memfasilitasi para guru dalam memahami berbagai upaya peningkatan mutu literasi untuk peserta didik yang mereka ajarkan. Pelatihan literasi terhadap guru ini sengaja dipilih karena diyakini dapat membantu mencapai baik secara teori maupun praktik bagi para guru pendamping kegiatan literasi yang lebih banyak menciptakan suasana profesional yang harmonis di mana guru dapat bertindak lebih siap untuk mengembangkan keterampilan profesionalnya untuk peserta didik.
Peluang kolaboratif
Guru sebagai mitra belajar literasi yang bermutu hadir sebagai salah satu strategi yang dapat ditelusuri pada pendidikan negara-negara berkembang seperti Indonesia, Singapura dan Jepang. Belajar secara berkelompok dinilai jauh lebih efektif daripada belajar sendirian.
Hal ini ditunjukkan di mana pendidikan literasi ini diarahkan untuk membentuk kelompok untuk mempelajari, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan. Dalam konteks sekolah mereka menyatakan bahwa setiap model mitra belajar literasi ini harus terdiri dari siklus perubahan dalam praktik pengajaran yang mengarah pada gaya atau mode pengajaran yang berbeda dan peningkatan pemahaman pengetahuan baik tentang materi pelajaran maupun yang terkait pengetahuan pedagogis yang pada akhirnya akan mencerminkan positif pada kemajuan peserta didik dalam studi mereka.
Model kehadiran guru sebagai mitra belajar ini ternyata memiliki keefektifan dalam menciptakan perbedaan jenis peluang kolaboratif untuk meningkatkan minat guru dan siswa dalam mengajar dan belajar. Pendekatan ini terlihat memungkinkan guru untuk lebih meningkatkan kualitas pengalaman pendidikannya guna tetap menjadi mitra dari diri mereka yang dapat diberikan kepada peserta didik guna memberdayakan peserta didik untuk mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi.
Ducrey Monnier (2018) menjelaskan bahwa di negara-negara seperti Jepang, Singapura, Amerika Serikat peningkatan dan pendekatan literasi ini telah lama secara efektif dalam mempromosikan jenis kolaborasi tertentu guna meningkatkan mutu pendidikan praktis untuk menerapkan dan menyempurnakan pendekatan pedagogi pendidikan.
Ini dirasakan secara langsung oleh guru dan menjadi termotivasi untuk membentuk kelompok belajar siswa yang fokus dan berkonsentrasi dalam mengembangkan pendekatan pedagogi yang lebih luas, seperti kolaboratif yang berbasis pada masalah pembelajaran dalam meningkatkan kemajuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.
Selain itu, Lewis (2012) juga menjelaskan bahwa penerapan belajar literasi ini mendorong suatu jenis kolaborasi antara murid dan guru. Tetapi melalui kegiatan literasi ini dapat menjawab teori yang diajarkan oleh guru di kelas. Kegiatan kolaborasi khusus yang dapat mempromosikan siswa, seperti membaca indah atau membaca cepat berdasarkan tingkat pendidikan, berdiskusi, berdebat dan lainnya.
Para guru untuk meningkatkan pengetahuan kontekstual maka mereka harus mampu melaksanakan peranan mengajar dan belajar bersama siswa yang dijadikan sebagai mitra belajar literasi yang bermutu dalam proses belajar mengajar dengan efektif.
Berdasarkan ulasan tersebut diharapkan dalam menjadikan siswa untuk lebih aktif dalam memahami setiap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru pada saat proses belajar tersebut berlangsung.
Dari berbagai referensi yang ada para peneliti telah menunjukkan dampaknya pada kolaborasi guru sebagai mitra belajar dalam mengembangkan berbagai bidang atau mata pelajaran yang cenderung mempromosikan dukungan dan kepercayaan diri kepada peserta didiknya melalui kegiatan literasi serta mewakili peluang pengembangan diri secara profesional yang berkelanjutan bagi peserta didik yang telah hadir sebagai mitra.
Selain hal-hal yang telah dikemukakan di atas selaku peneliti saya memberi pandangan bahwa kegiatan literasi ini juga hadir sebagai jembatan dalam mengikat-eratkan persaudaraan antara guru dan peserta didik.
Karena di samping lebih leluasa, peserta didik juga dituntun untuk melatih diri sendiri serta berekspresi sesuai kemampuan baik secara individu maupun kelompok. Dalam hal ini juga guru dengan senang hati akan memfasilitasi dan meningkatkan pemikiran kritis terhadap peserta didik tentang pengetahuan konten budaya mereka yang dapat dianggap sebagai bentuk penggabungan antara teori dengan praktik sebagaimana yang dilakukan juga dalam kegiatan literasi.
Selain keuntungan lainnya yang dapat diperoleh dalam kegiatan literasi ini adalah sebagai bentuk baru, di mana guru diberi kesempatan lebih kritis tentang praktik kontekstual mereka melalui menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta didik.
Ini merupakan pekerjaan ekstra bagi para pendidik yang memungkinkan mereka untuk mengadopsi keputusan kontekstual tentang praktik mengajar mereka dalam konteks atau situasi tertentu. Dalam kegiatan literasi ini juga guru dapat menjelaskan bagaimana guru dapat menerapkan “refleksi-tindakan” sebagai pendekatan untuk pengembangan diri mereka dalam peningkatan profesi.
Dekkers (2010) tentang proses pendampingan guru yang hadir harus memiliki kelebihan kompleks dan multi aset sehingga mampu menjadi guru literasi yang baik dan bertanggung jawab.
Akhirnya dengan kesimpulan bahwa sesungguhnya peran utama guru adalah mendukung murid-muridnya untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka secara intensif.
Namun kita juga harus menyadari bahwa cara terbaik untuk mengajar siswa bukan dengan perkataan ataupun materi yang diajarkan, melainkan untuk menyandang “guru sebagai mitra belajar literasi yang bermutu” maka kegiatan guru sebagai mitra belajar literasi ini harus dapat memberikan warna tersendiri. Walaupun hanya mempelajari sesuatu hal melalui beberapa pertemuan dan diskusi saja tetapi mereka telah dapat mencapai kesepakatan bahwa suatu keberhasilan dalam pengajarannya bukan hanya dilihat pada keberhasilan seorang guru yang berkompeten, melainkan kehadiran seorang guru mampu mengarahkan dan melakukan tanggung jawabnya dalam melakukan “perubahan demi perubahan” untuk dunia pendidikan yang lebih baik ke depannya.