Salah satu dimensi kehidupan yang terus mengganggu pikiran Gus AMI adalah kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh Yucundianus Lepa
Centrist Democrat International (CDI) pada Kamis, 28 Oktober 2021 menetapkan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar (Gus AMI) sebagai Wakil Presiden CDI mendampingi Presiden CDI Andres Pastrana Arango dari Kolumbia (Radarbangsa.com, 28 Oktober 2021). Penetapan jabatan tersebut dilakukan saat Sidang Umum Komite Eksekutif dan anggota CDI seluruh dunia secara hybrid di Stanhope Hotel Brussels, Belgia.
Gus AMI menjadi wakil presiden bersama beberapa pimpinan partai politik dunia, di antaranya perwakilan Belgia, Spanyol, Bosnia, Jerman, Kroasia, Kolumbia, Brazil, Maroko, Meksiko, Ekuador, Peru, Libanon, Kamboja, dan Filipina.
Restrukturisasi menyisahkan Antonio Lopez Isturiz White dari Spanyol sebagai sekretaris. Sedangkan Koordinator CDI kawasan Asia-Pasifik dijabat oleh Cesar Rosselo, kawasan Afrika dijabat Alberto Ruiz Thiery, dan kawasan Amerika Latin dijabat oleh Monica Valencia Campo. Mereka bertiga di bawah Direktur Regional CDI, Luis Blanco.
Selain restrukturisasi Komite Eksekutif CDI, forum tersebut juga membahas perkembangan ragam persoalan yang terjadi di berbagai belahan dunia, tak terkecuali masalah pandemi Covid-19, ekonomi hijau dan transformasi digital (Detik.com, 28 Oktober 2021).
Peristiwa penting ini melambungkan rasa bangga tidak hanya bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tetapi juga bagi Indonesia. Kepercayaan untuk turut serta memimpin CDI dimaknai sebagai bentuk apresiasi dunia terhadap PKB dan Indonesia dalam demokrasi, ideologi politik yang mampu memadukan berbagai keberagaman identitas dan komitmennya sebagai bangsa yang cinta damai serta kesungguhannya mengeliminasi radikalisme dan terorisme global.
Seperti ditegaskan oleh Gus AMI, jabatan yang disematkan kepadanya merupakan peluang yang bagus bagi PKB dan juga Indonesia untuk berkontribusi lebih nyata di CDI, baik dalam konteks hubungan Asia, politik global, demokrasi dan social justice. Peran ini membuka ruang bagi Indonesia untuk terlibat aktif dalam percaturan global terutama menyangkut pengembangan demokrasi, hak asasi manusia.
Centrist Democrat Internasional (CDI) adalah sebuah badan politik internasional demokratik Kristen yang dibentuk tahun 1961 di Santiago Chili. Badan ini sebagai pewarisan badan Kristen demokrat internasional yang berniat untuk menciptakan jalur ketiga yang terinspirasi Kristen alternatif dari sosialis internasional. Pada 1982, badan tersebut berganti nama untuk pertama kalinya menjadi Kristen Demokrat Internasional sampai tahun 2001. Nama tersebut resmi diganti karena partisipasi kelompok berbagai agama.
Badan ini kemudian mengubah orientasinya menjadi kelompok politik internasional global yang didedikasikan kepada promosi demokrasi. Meskipun mengumpulkan partai-partai dari seluruh dunia, para anggotanya utamanya berasal dari Eropa dan Amerika Latin. Beberapa di antaranya juga anggota Uni Demokrat International, (International Democrat Union) meskipun CDI lebih ke politik tengah dan komutarian ketimbang IDU.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) resmi diterima CDI tanggal 22 Maret 2019. Dalam konferensi pers yang dilakukan di Jalan Raden Saleh Jakarta Pusat di Kantor DPP PKB, Ketua PKB Gus AMI menegaskan bahwa kami bersyukur diterima secara resmi menjadi anggota CDI secara penuh tanpa melalui tahapan-tahapan keanggotaan yang biasa menjadi dasar rekrutmen keanggotaan. PKB adalah parpol yang pertama dan satu-satunya partai di Indonesia yang masuk ke dalam keanggotaan CDI. (Kompas.com, 22 Maret 2019).
Lebih lanjut Gus AMI menegaskan, “Kami bersyukur PKB sebagai partai yang berbasis Islam, berbasis keagamaan, bisa menjadi bagian dari badan internasional yang mempromosikan demokrasi. Kesempatan ini akan kami gunakan sebagai pintu masuk berkomunikasi dengan partai-partai dunia dan pemimpin negara lain untuk kepentingan Indonesia.
Koordinator CDI untuk Asia Pasifik dan Amerika Latin, Cesar Rosello yang menyerahkan secara langsung Surat Bukti Keanggotaan PKB mengatakan, pihaknya merasa terhormat menerima PKB. Dia berharap, PKB bisa berkontribusi dalam organisasi ini untuk memecahkan masalah-masalah dunia. Rosselo mewakili CDI berharap PKB bisa memanfaatkan akses yang ada dalam organisasi ini untuk kepentingan rakyat Indonesia. “Kami merasa beruntung dan terhormat menerima PKB, partai yang ada di ujung tombak dalam melawan radikalisme.”
Visi Global Gus AMI
Respons Ketua Umum PKB dan sambutan Rosselo sebagai pihak yang mewakili CDI ibarat gayung bersambut. Sebagai partai politik yang tak pernah lelah merawat keberagaman Indonesia sebagai sebuah bangsa majemuk, masuknya PKB dalam CDI adalah manifestasi dan komitmen Gus AMI dengan visi globalnya terhadap demokrasi, toleransi, dan kesejahteraan sosial.
Pergulatan terhadap masalah sosial kebangsaan telah menguatkan komitmen Gus AMI untuk memformulasi SUDURISME sebagai ideologi perjuangan PKB bertekad menguatkan sinergisitas paham nasionalisme-religius sebagai kekuatan potensial bangsa dalam menghadapi perubahan. Sebaliknya dalam pandangan dunia internasional, PKB adalah ujung tombak dalam perang semesta melawan radikalisme.
Kita mengenal Gus Ami tidak hanya sebagai seorang politisi dengan track record yang “moncreng” dengan jabatan-jabatan bergengsi pada level kenegaraan. Gus AMI juga adalah pemikir kebangsaan yang terus-menerus menghidupkan gagasan tentang ideologi, politik kesejahteraan sosial, kesetaraan gender, moderasi keagamaan dan lainnya dalam panggung politik kenegaraan.
Bagi Gus AMI, demokrasi adalah sarana dan bukan tujuan. Melalui demokrasi, semua hak hidup harus mendapat tempat. Demokrasi tidak akan tergerus jika persamaan dan kesederajatan tetap terwujud dan terawat.
Visi Gus AMI tentang demokrasi, toleransi dan kesejahteraan, dapat kita letakkan pada pandangan filsuf terkemuka Jacques Ellul dalam think globally and act locally. Berpikirlah, secara rasional seluas mungkin, tetapi bertindaklah secara lokal. Rangkuman ini, di satu pihak, mengingatkan betapa rasio manusia merupakan pusat seluruh pertimbangan, pusat wawasan mencerna kenyataan. Juga menjadi sumber keputusan untuk tindakan real yang harus diambil secara pendek, langsung, dan berskala lokal.
Gus AMI sebagai seorang pemimpin publik, hidup dalam tempaan masalah kebangsaan yang intens. Penunggangan demokrasi dengan kebebasan tanpa batas, gesekan ideologi melalui pembenturan dengan agama, gerakan eskatologis yang menihilkan realitas masa kini adalah hal faktual yang dihadapi masyarakat dunia yang juga menjadi kawah candradimuka yang membentuk karakter kepemimpinan dan sikap empati Gus AMI. Menjadi tugas setiap pemimpin untuk dapat mendamaikan semua masalah melalui penyelesaian yang bermartabat.
Sebagai respons terhadap situasi sosial yang seringkali mengabaikan aspek kemanusiaan dalam kehidupan bernegara, maka Gus AMI mengambil sikap tegas untuk memformulasikan referensi moral dan religiositas bangsa Indonesia dalam landasan filosofis yang diberi nama SUDURISME. Dalam berbagai kesempatan, SUDURISME terus digaungkan, tidak sebagai sebuah ideologi baru tetapi sebagai formula baru hasil sintesa pemikiran nasionalisme Soekarno, dan nasinoal-religius yang menjadi pemikiran Gus Dur.
Menghidupkan SUDURISME tidak hanya dalam pikiran tetapi dalam tindakan, maka radikalisme atas nama agama dapat diredam. Dengan demikian, agama dan negara membentuk sebuah relasi yang saling mengokohkan. Agama memperkuat kesadaran bernegara. Sebaliknya, negara memastikan agama-agama hidup berkembang secara damai satu sama lain. Agama tidak boleh diperalat untuk kepentingan politik. Tujuan agama ialah mengarahkan manusia kepada kebaikan tertinggi (bonum maximum).
Kesadaran ini mesti diinsafi dan disadari oleh semua agama. Terutama oleh para pemuka agama dan para politisi supaya tidak merusak citra agama-agama. Sedapat mungkin agama mengambil jarak yang kritis sekaligus berdialektika dengan negara supaya tidak terkontaminasi oleh tujuan-tujuan kepentingan politik praktis.
Agama mengambil jarak kritis sekaligus memberikan pencerahan kepada bentuk-bentuk penyelenggaraan kekuasaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi serta bertentangan dengan paham-paham kebangsaan. Sikap pengambilan jarak ini bisa terjadi karena ada bidang kesadaran budi dalam diri manusia
Politik Kesejahteraan
Sudah lebih dari sekali Gus AMI menjadi Wakil Ketua DPR RI, kemudian menjadi Wakil Ketua MPR RI. Ada satu wakil yang belum diraih Gus AMI yaitu wakil presiden. Kalau “wakil” itu adalah jabatan terberi, maka rakyat Indonesia menunggu momentum kehadirannya.
Satu hal yang pasti, keikhlasan hati untuk mendedikasikan tenaga dan pikirannya bagi bangsa dan Negara serta rakyat Indonesia secara umum akan terus dilakukan tanpa jedah. Salah satu dimensi kehidupan yang terus mengganggu pikiran Gus AMI adalah kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bagi Gus AMI, kesejahteraan sosial itu bukan sebuah utopi. Kesejahteraan adalah hal ideologis, kesejahteraan ada dalam jangkauan pemikiran yang bisa diraih. Bagi Gus AMI, kesejahteraan sosial adalah raison d’etre kemerdekaan. Yang mempersatukan bangsa kita yang bineka ini adalah, kemiskinan, perbudakan dan ketidakadilan karena hilangnya orientasi kemanusiaan yang dilakukan kolonialisme. Kesadaran akan ketidakadilan inilah yang membuat para pendiri bangsa sepakat menempatkan keadilan sosial sebagai sila pamungkas dari negara.
Kesejahteraan juga sangat bertautan dengan kukuhnya kebinekaan. Kebinekaan menjadi indah dalam relasi sosial yang sama rata, sama rasa. Riak-riak politik yang terus menggema di Papua misalnya adalah contoh absennya kesejahteraan dan keadilan. Kita berharap, berbagai pemikiran dan komitmen Gus AMI terhadap masalah kebangsaan, dapat mengantar Gus AMI melangkah lebih jauh lagi menuju puncak.
Melalui tulisan singkat ini, saya sebagai pribadi maupun atas nama keluarga menyampaikan proficiat atas ditetapkannya Gus AMI sebagai Wakil Presiden CDI. Dalam kebanggaan dan rasa hormat yang tinggi, saya berkeyakinan bahwa bagi seorang tokoh nasional dan kader utama PKB seperti Gus AMI, tidak ada hal yang mustahil.
(dp)