Kupang, detakpasifik.com – Warga Kota Kupang, NTT sebentar lagi akan menikmati indahnya pemandangan air mancur menari yang letaknya persis berada di jantung kota. Air mancur menari ini disebut akan menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia, selain air mancur menari yang ada di Bundaran HI, Jakarta dan di beberapa kota besar lainnya di Indonesia.
Air mancur menari ini dibangun mengelilingi patung atau tugu Tirosa (Timor, Rote, Sabu) di Bundaran PU, Kota Kupang. Bila pada malam hari anda datang dari arah Bandara, setelah melewati Jembatan Panjang Liliba mata anda akan dimanjakan dengan kilauan serupa kilatan laser yang tampak dari air mancur menari ini.
Seperti yang disaksikan detakpasifik pada Jumat (30/4/2021) malam, ketika air mancur menari itu dilakukan ujicoba mingguan sebelum dibuka untuk umum. Air mancur menari ini terlihat gemulai menari-nari, meliuk-liuk, dipadan juga dengan warna warni lampu yang membuat siapa pun yang melihatnya akan berdecak kagum.
Pada Jumat malam itu, air mancur menari ini hanya hidup kurang lebih 45 menit lamanya. Wahana yang dibangun menggunakan dana promosi Bank NTT ini akan tetap ditutup hingga izin keramaian kembali dikeluarkan mengingat saat ini sedang merebak virus corona.
Menurut sebuah sumber, air mancur menari ini akan menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Anggaran pembangunannya sebesar 3,5 miliar. “Air mancur menari ini akan masuk dalam 5 air mancur menari terbesar di Indonesia,” ujar sumber itu kepada detakpasifik, Jumat.
Air mancur menari di Kota Kupang ini juga adalah yang yang pertama di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pembuatannya berkat kerja sama antara Pemerintah Kota Kupang dan Bank NTT.
“Pembuatannya bersumber dari dana promosi Bank NTT,” ujar Kepala Divisi Umum Bank NTT, Rahmat Saleh Bobby kepada detakpasifik suatu waktu.
Pembangunan air mancur menari ini juga disebut atas persetujuan dan dorongan dari Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Air mancur menari ini sebenarnya telah diresmikan pada Februari 2021 lalu oleh Wakil Gubernur NTT, Josef A. Nae Soi dan Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore.
Namun, karena masih dalam situasi pandemi, pemerintah memutuskan untuk tetap menutupnya agar menghindari terjadinya kerumunan.* (JP)