Pentingnya menjaga kesehatan mental remaja.
Oleh Anastasia Indrayati Ganis, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat FK-KMK UGM – Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai
Gawai sudah menjadi teman bahkan kebutuhan penting bagi remaja saat ini. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet (APJI) peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia setiap tahun sangat pesat. Peningkatan pengguna remaja di Indonesia berkisar 75,50 persen. Kehadiran gawai sebagai media komunikasi dan informasi membawa dampak positif bagi remaja karena dengan penggunaan gawai remaja semakin mudah mengakses kebutuhan informasi untuk tugas sekolah dan berinteraksi dengan teman atau guru secara online bahkan bisa berinteraksi dengan teman atau kenalan yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Namun di balik nilai positif yang diperoleh remaja, beberapa penelitian membuktikan bahwa kelebihan penggunaan gawai pada remaja membawa dampak buruk bagi kesehatan. Khususnya kesehatan mental. Kesehatan mental remaja sangat penting untuk diatasi secara dini. Mengingat remaja adalah generasi yang diharapkan sehat secara fisik maupun mental agar siap untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai generasi penerus bangsa.
Kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang menggambarkan seseorang merasa damai dan juga bertindak sesuai dengan keinginannya, sadar atas kemampuan dalam dirinya, menjadi orang tangguh dalam menghadapi masalah serta mampu melakukan pekerjaan dengan maksimal dan turut serta berperan aktif dalam lingkungan sekitar (WHO, 2014). Risiko terjadinya gangguan kesehatan mental dapat terjadi pada semua kalangan baik dari segi umur, jenis kelamin, dan suku. Gangguan mental yang sering terjadi adalah anxiety disorders atau gangguan kecemasan, mood disorders atau gangguan perasaan, narsistik, kepribadian ganda dan skizofrenia (Karinta, 2022).
Pilihan redaksi:
KAGAMA NTT Harus Berperan Aktif dalam Pembangunan di NTT
Masa remaja adalah masa di mana individu sedang mengalami perubahan fisik, psikologis dan sosial dalam hidup. Pesatnya perkembangan era digital sangat mempengaruhi masa perkembangan remaja. Kelebihan waktu penggunaan gawai menyebabkan remaja kurang berinteraksi dengan orang sekitarnya dan kurang aktivitas fisik yang mengakibatkan remaja mengalami gangguan kesehatan (Indriastuti, 2019). Beberapa kebiasaan buruk remaja dalam penggunaan gawai yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental adalah sebagai berikut:
- Akses media sosial
Karakter remaja yang masih sulit mengatur diri sendiri dan rentan dengan tekanan teman sebaya membuat penggunaan gawai pada remaja berdampak negatif. Seperti kurangnya kontrol diri remaja untuk menjaga privasinya yang dapat menimbulkan kekerasan verbal, cyberbullying, pencurian data pribadi, sexting hingga kekerasan seksual yang berpengaruh terhadap kesehatan mentalnya: seperti gangguan Internet Addiction Disorder (IAD), nomofobia dan gangguan tidur karena penggunaan yang berlebihan. Remaja cenderung suka membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain walaupun hanya dengan melihat unggahan foto atau video di media sosial yang menyebabkan tingginya tekanan sosial yang dirasakan remaja sehingga prestasi di sekolah bukan satu-satunya penilaian buat remaja melainkan dengan eksis di media sosial juga menjadi tuntutan kehidupan remaja generasi gawai (Ayub dan Sulaeman, 2022).
- Kecanduan game online
Kecanduan penggunaan gawai untuk game online membuat remaja cenderung anti sosial bahkan tidak peduli dengan orang di sekitar. Duduk terlalu lama untuk akses game online membuat remaja kurang gerak juga mengakibatkan remaja cenderung mudah stres atau emosional. Seperti saat koneksi internet bermasalah dan bahkan saat kalah bertarung game online beberapa remaja melakukan perilaku kekerasan yang dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan mental. Hal yang sama juga diceritakan salah satu orang tua tentang perilaku main game online anaknya. Dia mengatakan bahwa beberapa barang pecah dan rusak akibat perilaku kekerasan anak saat kalah main game online.
Perkembangan teknologi seperti gawai (gadget semua jenis peralatan elektronik seperti HP, laptop, komputer) membuka ruang gerak bagi remaja untuk mengakses informasi dari internet. Di media sosial bahkan terkadang remaja melakukan self diagnose (mendiagnosa diri sendiri) terhadap masalah kesehatannya dan enggan berbagi kepada orang tua maupun tenaga kesehatan. Selain itu, pengaruh tingginya penggunaan gawai pada remaja juga dapat meningkatnya kasus perundungan siber. Efek paparan informasi yang diakses dari media sosial pun menimbulkan rasa kurang percaya diri pada remaja yang mengakibatkan munculnya gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, stres dan emosional (Habibie, 2022).
Penggunaan gawai memang memiliki dampak positif bagi remaja apabila penggunaannya sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Misalnya remaja mengatur waktu penggunaan gawai hanya untuk membantu menyelesaikan tugas, berinteraksi dengan teman, dan mengakses materi belajar untuk kepentingan dalam pendidikan mereka. Namun, pada kenyataannya remaja menggunakan gawai untuk mengakses media sosial dengan tujuan negatif seperti yang dijelaskan dalam penelitian (Karinta, 2022) yaitu sebagian besar remaja berisiko akses konten yang tidak pantas: kurangnya pemahaman tentang masalah privasi online dan pengaruh luar dari grup iklan pihak ketiga.
Baca juga:
Di sisi lain, cyberbullying yang cukup umum dapat terjadi pada setiap remaja dan dapat menyebabkan hasil psikososial mendalam termasuk depresi, kecemasan, isolasi parah, dan, tragisnya, bunuh diri. Hal ini didukung salah satu penelitian menunjukkan bahwa efek penggunaan gawai terutama akses media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan gangguan mental seperti kecemasan sosial (Azka et al., 2018). Data hasil penelitian Universitas Indonesia juga menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental yang paling umum di kalangan remaja adalah kecemasan (95,4 persen) selain itu 99,2 persen remaja mengharapkan adanya ketersediaan pelayanan kesehatan mental yang ramah dan bersahabat serta mampu menjaga kerahasiaannya .
Mengatasi kesehatan mental remaja akibat penggunaan gawai berlebihan sangat diperlukan komitmen remaja itu sendiri dalam menjaga kesehatan mental. Seperti yang dikatakan Setyo (Setyo et al., 2021) dalam penelitiannya bahwa remaja dapat menerapkan beberapa cara berikut untuk menjaga kesehatan mental yaitu istirahat yang cukup, menjaga kesehatan fisik, memiliki pola hidup sehat, memperbanyak teman, mengenali emosi diri sendiri, membangun sikap asertif, memiliki hobi atau kegemaran: hobi atau kegemaran dapat meningkatkan hormon bahagia di dalam tubuh.
Remaja juga membutuhkan kontribusi atau peran orang tua sebagai pendukung utama dalam mencegah masalah kesehatan mental akibat penggunaan gawai berlebihan. Selain itu, perlu adanya komunikasi yang efektif antara orang tua dan guru dalam memastikan kondisi kesehatan dan perilaku anak. Hal ini didukung oleh salah satu penelitian yang menyatakan bahwa harus ada kerja sama antara orang tua dan guru. Orang tua tidak bisa melimpahkan tanggung jawab ini sepenuhnya kepada guru di sekolah (Zahara et al., 2021).
Peran yang direkomendasikan untuk pendidik sebagai berikut (Setyo et al., 2021):
- Memastikan bahwa peserta didik memperoleh waktu istirahat yang cukup dengan cara jadwal sekolah disusun secara ergonomis.
- Memastikan bahwa peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan aktivitas fisik atau olahraga.
- Memastikan bahwa peserta didik dapat memperoleh kegiatan spiritual.
- Membantu peserta didik membuat daftar masalah yang mereka hadapi dan membuat prioritas pemecahan masalah.
- Memastikan peserta didik memperoleh banyak teman yang dapat mengembangkan emosi dan sikap positif dalam memandang hidup.
- Memastikan bahwa peserta didik yang menghadapi gangguan kesehatan mental yang serius untuk dapat memperoleh bantuan profesional.