Pengalaman inspiratif dari anggota koperasi kredit di Kampung Ruwat, salah satu Tempat Pelayanan Kas KSP CU Florette
detakpasifik.com – Kampung Ruwat, Desa Mata Wae, Kecamatan Satar Mese Utara dikenal sebagai kampung tenun dan juga kampung sumber berkah bagi penjual-penjual kain tenun di Kota Ruteng dan Labuan Bajo.
Kita dapat melihat di setiap rumah warga, perlengkapan-perlengkapan tenun terpasang rapi dalam posisi sedang memproses beberapa kain yang hampir jadi. Benang-benang pun tersusun apik di samping penenun; bahwa mereka bekerja dengan suatu sistem kerja yang baik, terlatih dan profesional dalam memproduksi kain.
Bagi mereka, menenun adalah aktivitas produktif rutin setiap hari, sebab menjual kain merupakan salah satu cara mendapatkan uang atau sumber pendapatan tetap keluarga.
Selain itu, menenun telah menjadi suatu gerakan kolektif ibu-ibu untuk memelihara budaya tenun dari orang tua mereka agar warisan kearifan itu tidak hilang atau tergerus oleh kemajuan industri tenun modern.

Beberapa penenun juga sudah mulai melatih anak-anak perempuan yang telah berusia remaja tentang cara menenun dan cara memilih benang yang baik. Tentu, kita mengacungkan jempol terhadap upaya mereka dalam memelihara atau melestarikan warisan ini.
Pentingnya Melek Keuangan
Pengurus KSP CU Florette ke Kampung Ruwat pada Kamis (17/6/2021). Kunjungan itu untuk memberikan pendidikan melek keuangan kepada 28 anggota KSP CU Florette yang mendapat pelayanan keuangan di Unit Tempat Pelayanan Ruwat dan menyerahkan santunan duka serta dana solidaritas anggota kepada ahli waris dari salah satu anggota yang meninggal dunia.
Kegiatan pendidikan diawali dengan penyerahan santunan duka dan solidaritas anggota sebesar Rp 8 juta oleh Alex Makur, anggota Badan Pengawas KSP CU Florette kepada ahli waris dari Yeremias Nagur, salah satu anggota di TP Ruwat yang telah meninggal dunia.
Kepada ahli waris, istri dari almarhum Yeremias, Alex mewakili 6.774 anggota menyampaikan terima kasih kepada almarhum yang telah ikut membangun TP KSP CU Florette Ruwat dan berharap sebagian santunan ini disimpan untuk dana pendidikan anak-anak yang ditinggalkan.
Pada pelatihan melek keuangan tersebut, dalam suasana penuh kekeluargaan khas pendekatan Koperasi Kredit Florette, para peserta diminta oleh Richard Urut sebagai narasumber, untuk menyebutkan sumber-sumber pendapatan, menghitung jumlah pendapatan setahun, jumlah pengeluaran selama satu tahun, tujuan pinjaman mereka ke Koperasi Kredit Florette dan persentase pengeluaran untuk ditabung (saving) ke dalam koperasi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah anggota telah aman secara finansial, memiliki cara berpikir produktif dan teratur dalam menggunakan uang.
Metode pelatihan yang diterapkan pada pelatihan ini adalah sharing pengalaman, refleksi bersama, komunikasi dua arah (lejong) dan menawarkan suatu pola pengelolaan keuangan mengacu pada kebiasaan orang Manggarai, di mana, disaat panen jagung atau padi, biasanya sebagian hasil panen disimpan untuk benih dan untuk antisipasi jika terjadi paceklik.
Demikian pun terkait pengelolaan keuangan, disaat mendapatkan uang harus ada yang disimpan ke dalam koperasi, paling kurang 30 persen untuk simpanan masa depan, pendidikan anak-anak, perlindungan, dan deposit sebagai passive income.
Para peserta umumnya menyampaikan dengan apa adanya bahwa sumber pendapatan mereka berasal dari usaha tenun, menempa parang, ternak babi, bekerja sebagai buruh tani dan menanam sayur-sayuran meski dalam skala kecil.
Dari sekian sumber pendapatan, yang paling besar menghasilkan uang untuk memenuhi anggaran dan pendapatan keluarga setiap tahun, kata mereka adalah usaha kain tenun, menempa parang dan usaha ternak babi. Sedangkan, dari usaha sayur-sayuran sangat kecil karena luas lahan pertanian yang sempit. Pemasaran kain tenun dan parang tidak sulit karena para pembeli datang bertransaksi langsung di Kampung Ruwat.
Akan tetapi, Meldiana Nerti Jaya (41), salah satu penenun dan juga anggota KSP CU Florette yang sangat aktif mengatakan, selama pandemi Covid-19 permintaan kain menurun, pembeli berkurang sehingga jumlah produksi disesuaikan dengan kondisi pasar saat ini sambil berharap pandemi segera berakhir.

Hal ini berdampak pada berkurangnya pemasukan dari usaha tenun. Padahal, kami butuh banyak uang untuk membiayai pendidikan anak-anak, memenuhi kebutuhan sembako dan acara-acara adat.
Menurut Meldiana, berbeda pada sebelum pandemi Covid-19. Frekuensi para pembeli datang untuk bertransaksi hampir setiap minggu, bahkan tempat tenunnya dikunjungi turis dari Eropa yang tertarik melihat proses tenun dan juga membeli kain tenun yang ia buat.
Menyikapi kondisi ini, dia dan suami banting setir untuk membuka usaha lain. Yaitu melayani jasa perbaikan parang bekas, menjual batu asah, tofa, memelihara ayam pedaging dan ternak babi. Untuk menggerakkan usaha-usaha ini, ia meminjam modal di KSP CU Florette dalam bentuk pinjaman usaha (produktif) dengan bunga 1,6 persen.
“Kami beruntung bergabung ke KSP CU Florette karena dimudahkan untuk mendapatkan pinjaman dengan nilai bunga pinjaman terjangkau, yaitu 1,6 menurun. Pola kebijakan pinjaman memang sangat tegas dan terbuka dan kami selalu diingatkan oleh pegawai Kopdit Florette setiap pelayanan bulanan untuk menaati pola kebijakan, dengan cara kami harus rajin menyimpan, disiplin dalam mencicil pinjaman dan terbuka jika mengalami kesulitan keuangan,” ungkap Vinsensius Mahun (50), suami Meldiana.
Dia juga menambahkan, pelayanan KSP CU Florette sangat sesuai dengan harapannya, sebab pihak Florette selalu mendorong anggota untuk meningkatkan skala bisnis dan anak-anak diharuskan sekolah.
Semangat anggota-anggota KSP Florette di Tempat Pelayanan Ruwat untuk bisnis dan menyekolahkan anak-anak mereka hingga mendapatkan gelar sarjana pun sangat tinggi. Hal ini terlihat jelas dari antusiasme mereka menyimpan uang untuk pendidikan anak ke dalam satu jenis simpanan non-saham, yaitu Simpanan Pendidikan (SIDANDIK).
“Pendekatan pelayanan seperti ini, mendorong saya untuk memberanikan diri mengajukan pinjaman ke Kopdit Florette guna membeli satu unit pick up carry agar usaha jasa bengkel perbaikan parang bekas bisa menjangkau seluruh kampung di Kabupaten Manggarai. Kendaraan ini sangat saya butuhkan untuk mengangkut peralatan-peralatan yang digunakan untuk memperbaiki parang bekas, pisau, dan tofa buatan saya sendiri untuk dijual. Ke depan target layanan jasa bengkel saya adalah anggota-anggota KSP CU Florette di 25 Tempat Pelayanan Kas di Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur,” ujar Vinsen, yang hanya lulusan sekolah dasar (SD) ini dengan penuh optimis.

Selain itu, mereka mengakui, KSP CU Florette juga membantu mereka untuk mendapatkan pinjaman pendidikan.
“Puji Tuhan, anak pertama kami telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan 1 orang lagi sementara kuliah di Yogyakarta. Sedangkan tiga anak yang lain masih di bangku SMA, SMP dan SD. Empat dari 5 orang anak kami ini telah memiliki Simpanan Pendidikan (SIDANDIK). Modal untuk mendapatkan pinjaman di Kopdit di Florette adalah jujur dan disiplin mencicil serta menyimpan,” ujar Meldiana seraya bersyukur.
Dari proses pelatihan ini, narasumber menyarankan peserta untuk meningkatkan pendapatan dengan meningkatkan skala usaha. Setiap jengkal lahan pertanian, harus menghasilkan uang, fokus mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan dan setiap penghasilan sebaiknya 30 persen untuk disimpan ke dalam simpanan non-saham, seperti Simpanan Sukarela (SISUKA), Simpanan Bunga Harian (SIBUHAR), Simpanan Masa Depan (SIMAPAN) dan Simpanan Pendidikan (SIDANDIK).
Kontributor: Rikhardus Roden