Pengalaman dua hari jalan bersama manajemen KSP CU Florette melayani anggota di desa.
detakpasifik.com – Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Credit Union (CU) Florette berdiri pada tanggal 19 Agustus 2001 dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota melalui usaha simpan pinjam sebagai usaha tunggal (single purpose). Pada awal berdirinya jumlah anggota 25 orang dengan modal Rp 13.125.000, sedangkan per April 2021 jumlah anggota telah mencapai 6.766 orang dan tersebar di 22 Tempat Pelayanan Kas (TPK) di Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Kabupaten Manggarai Timur.
Kepercayaan masyakarat terhadap KSP CU Florette sangat tinggi terbukti dengan bertambahnya jumlah anggota dari tahun ke tahun dan jumlah simpanan anggota dalam bentuk simpanan saham dan non saham terus meningkat. Keberhasilan KSP CU Florette secara manajerial ini diakui oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai dengan memberi penghargaan sebagai koperasi terbaik tingkat Kabupaten pada tahun 2007, 2009, 2012 dan 2015.
Untuk meningkatkan dan mendekatkan pelayanan anggota, KPS CU FLorette membangun 4 unit kantor pelayanan harian, yaitu di Kantor Pusat, Kelurahan Waso, Kecamatan Langke Rembong; di Lalo, Desa Daleng Kecamatan Lembor; Desa Ketang, Kecamatan Lelak; dan di Desa Hilihintir, Kecamatan Satar Mese Barat.
Menurut Manajer KSP CU Florette, Srianus Syukur jumlah aset per April 2021 mencapai Rp 37.3 miliar dengan jumlah anggota sebagai pemilik lembaga sebanyak 6.766 orang, dengan rincian anggota menurut pekerjaan adalah petani 67,44 persen, pelajar/mahasiswa 4,71 persen, pegawai negeri sipil (PNS) dan pensiunan PNS 5.82 persen, wiraswasta (pengusaha) dan karyawan swasta 15.04 persen sedangkan 6.99 persen adalah biarawan-biarawati dan ibu rumah tangga.
Pada setiap kegiatan pelayanan anggota di 22 tempat pelayanan (TP), para staf manajemen selalu mengingatkan anggota bahwa pemilik dari KSP CU Florette adalah anggota. Demikian juga jika pengurus melakukan pendidikan anggota di TP.
Menyadarkan anggota tentang KSP CU Florette sebagai lembaga keuangan milik dari anggota, kata Rian, terus dilakukan agar para anggota berpartisipasi secara aktif memajukan KSP CU Florette dengan cara rajin menyimpan (saving), disiplin dalam mencicil pinjaman, hadir pada saat pelayanan di TP, mempromosikan CU Florette kepada orang lain, anak-anak dari anggota wajib memiliki simpanan pendidikan (SINDANDIK) dan anggota mengembangkan usaha produktif untuk meningkatkan pendapatan. Partisipasi anggota merupakan kekuatan utama sebab dari awal KSP CU Florette dibangun dari, oleh dan untuk anggota.
Selain itu, lanjut Rian, dari waktu ke waktu pengurus, koordinator TP dan manajemen mendorong anggota untuk ikut berpikir tentang masa depan KSP CU Florette. Pendidikan anggota tentang semangat dasar hidup berkoperasi, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan pola kebijakan diselenggarakan secara rutin. Sebab pendidikan adalah salah satu kunci keberhasilan koperasi.
Akan tetapi, tujuan pendidikan anggota tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang perkoperasian, pengelolaan keuangan dan bisnis tetapi melalui upaya pendidikan anggota tentu akan memperkuat posisi mereka sebagai pemilik dari KSP CU Florette sehingga dapat menjalankan fungsi kontrol secara optimal.
“Pemilik yang memiliki pengetahuan mendalam tentang koperasi sangat mungkin bagi mereka untuk berpikir tentang cara mencapai visi dari KSP CU Florette, yaitu terwujudnya Koperasi Florette sebagai lembaga keuangan yang mandiri, kokoh dan terpercaya demi kesejahteraan anggota. Anggota yang terdidik adalah aset penting,” ungkap Manajer KSP CU Florette ini.
Ia menambahkan pendidikan adalah cara untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian anggota sebab koperasi bukan perkumpulan uang tetapi koperasi adalah kumpulan-kumpulan orang yang memiliki semangat solidaritas untuk saling membantu dengan memegang prinsip aku susah engkau bantu, engkau susah aku bantu namun tidak bersifat karitatif.
Koperasi Simpan Pinjam CU Florette Dicintai Orang Desa
Rasa bangga dan memiliki Koperasi KSP CU Florette dari para anggota di TP Tebo, Desa Pong Lengor, Kecamatan Rahong Utara dan di TP Lenda, Desa Nanu, Kecamatan Cibal Barat sangat terasa selama pelayanan simpan pinjam dan kegiatan pendidikan melek keuangan di kedua TP tersebut.
Mereka berkumpul di rumah koordinator TP yang bertanggung jawab untuk mengatur pelayanan kas dan mempromosikan KSP CU Florette kepada calon anggota. Antusias mereka untuk datang ke TP dan menyetor simpanan saham/non saham dan mencicil pinjaman cukup tinggi, karena tingkat kepercayaan anggota terhadap layanan CU Florette dinilai baik.
Menurut Yohanes Lesak, Koordinator TP Lenda dan Antonius Timur Koordinator TP Golo Tebo, kebanyakan anggota sudah memahami dan merasakan keuntungan menjadi anggota CU Florette. Misalnya bunga (rate) pinjaman umum relatif kecil, 1.6 persen menurun, pinjaman dicairkan langsung di TP, pinjaman dan simpanan dilindungi oleh produk layanan dana perlindungan bersama(daperma), ada santunan duka yang berasal dari solidaritas anggota dan keikutsertaan CU Florette pada program Dana Duka Puskopdit Manggarai (D2PM) serta tersedianya produk pinjaman musiman dengan bunga pinjaman sangat kecil.
Matilda Nur, salah satu anggota dari Kampung Galang yang sedang duduk menunggu giliran untuk menyetor kewajiban bulanannya dalam bentuk simpanan wajib mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada KSP CU Florette yang telah memberikan pinjaman dan telah mendidik untuk menyimpan uang setiap bulan dalam koperasi.
Yohanes Lesak dan Antonius Timur kepada detakpasifik.com, Kamis (13/5/2021) mengatakan, jumlah anggota di TP Lenda hingga April 2021 sebanyak 317 orang dan di TP Golo Tebo berjumlah 280 orang, mereka sebagian besar mata pencarian bertani dan dua orang pensiunan guru.
Yohanes dipilih anggota menjadi Koordinator TP sejak 31 Januari 2013 dan berperan mengatur pelaksanaan pelayanan, menerima setoran anggota setiap bulan dan mendorong warga di Kampung Lenda dan sekitarnya untuk menjadi anggota.
“Produk simpanan dan pinjaman yang termuat dalam pola kebijakan KSP CU Florette sungguh-sungguh mengakomodir kemampuan finansial anggota sehingga anggota diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mendapatkan pinjaman, yang paling penting adalah anggota harus memiliki karakter yang baik, jujur, disiplin dan terbuka menyampaikan keluhan. Pelayanan dari KSP CU Florette yang demikian mendorong saya untuk menerima tugas sebagai koordinator, meskipun saya tidak diberi honor atau gaji. Saya telah menjadi pekerja sosial atau sukarelawan koperasi sejak tahun 2013,” ungkap ayah dari 3 orang anak ini.
Melek Keuangan Harus Menjadi Pengetahuan Anggota
Pada kunjungan di dua TP dari KSP CU Florette tersebut, Rikhardus Urut, salah satu pengurus membagi pengalaman tentang pengetahunan melek keuangan kepada anggota. Dia bersama-sama anggota yang hadir di TP Lenda dan Golo Tebo, melakukan identifikasi tentang sumber pendapatan (pendapatan aktif dan pasif), jumlah pengeluaran tahunan anggota, presentase alokasi pendapatan untuk disimpan dalam koperasi, masa paceklik, jumlah produksi komoditas (kopi/cengkeh/kemiri) setahun dan lembaga keuangan mana saja yang memberi pinjaman uang kepada warga di 2 desa tersebut.
Hasil diskusi partisipatif ini, ungkap Rikhardus, ditemukan beberapa fakta menarik, antara lain: Pertama, sumber pendapatan yang terbesar untuk biaya hidup berasal dari penjualan kopi, cengkeh dan kemiri namun pada beberapa tahun terakhir produksi dari ketiga jenis komoditas, cenderung menurun sehingga mereka memilih untuk bekerja sebagai buruh tani. Faktor yang menyebabkan produksi kurang maksimal adalah pola tanam dari tiga jenis komoditas menerapkan pola tanam campuran (mixed cropping), tidak dilakukan perawatan secara rutin dan tidak memiliki keterampilan pengolahan paska panen untuk meningkatkan nilai tambah khususnya kopi.
Kedua, pendapatan lebih kecil daripada pengeluaran. Untuk memenuhi kebutuhan uang selama setahun mereka sering meminjam uang kepada lembaga keuangan yang lain, meski dengan bunga tinggi, yaitu 2 persen tetap. Situasi ini biasanya berlangsung pada bulan Januari hingga Mei. Selama rentangan waktu tersebut, mereka mengalami kesulitan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya untuk pengadaan sembako dan membiayai pendidikan anak-anak mereka.
Ketiga, presentase alokasi pendapatan untuk disimpan (saving) sangat kecil. Pengelolaan keuangan masih perlu ditingkatkan. Budaya menabung harus terus menerus dibangun agar menjadi kebiasaan (habitus).
Dari hasil diskusi ini, yang perlu dilakukan ke depan adalah; Pertama, fungsi tempat pelayanan ditingkatkan menjadi tempat untuk pemberdayaan sosial ekonomi (belajar) dan pusat informasi pasar dari komoditas andalan anggota. Kedua, pelatihan melek keuangan diberikan kepada anggota agar 30 persen dari setiap penghasilan mereka disimpan dalam bentuk simpanan saham dan non saham. Ketiga, meningkatkan nilai tambah (ekonomis) dari kopi melalui pelatihan budidaya paska panen dan menghubungkan mereka dengan pembeli kopi. Keempat, memanfaatkan lahan tidur untuk hortikultura, budidaya porang dan usaha peternakan.
Kontributor: Rikhardus Roden