Kupang, detakpasifik.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat selama sepekan terakhir melakukan kunjungan kerja di daratan Timor, Nusa Tenggara Timur. Di setiap titik kunjungannya, Viktor selalu menekankan pentingnya merajut mimpi dan harapan melalui kerja keras dan kolaborasi dari segenap sektor, agar kelak, mungkin tahun depan, 3 tahun, atau 5 tahun lagi, NTT dapat keluar dari belenggu kemiskinan.
Menurut catatan detakpasifik dari beberapa sumber, kunjungan sepekan Viktor di daratan Timor dimulai di Kabupaten Kupang, Senin (22/3) lalu. Di kabupaten ini, Viktor dan rombongan, bersama pemerintah setempat melakukan panen raya jagung hasil program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) di lahan 79 ha, tepatnya di Desa Pontulan, Kecamatan Sulamu.
Kala itu, Viktor dan programnya diapresiasi warga dan Pemkab Kupang. Program TJPS yang digulirkan Victory-Jos sejak 2019 silam dianggap sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Kupang.
“Apresiasi kepada bapak gubernur, program TJPS ini sangat sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Kupang dengan mata pencaharian masyarakat kita adalah bertani,” kata Sekda Kota Kupang, Obet Laha.
Sedangkan Viktor, saat itu sepertinya tidak menunjukkan rasa puas. Meski programnya menujukkan hasil baik ditandai adanya panen jagung melimpah, ia menekankan kepada dinas terkait agar terus berpacu melakukan pendampingan kepada masyarakat tani.
“Dinas teknis terkait harus terus mengoptimalkan peran pendampingannya di tengah masyarakat,” katanya.
Usai di Kabupaten Kupang, Viktor melanjutkan kunjungannya di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Selasa (23/3). Di sana, ia mengunjungi SMK Negeri 1 Soe dan Terminal Bus Haumeni di Kota Soe. Saat mengunjungi Terminal Soe, Viktor seolah murka. Ia mengibaratkan kondisi terminal itu seperti masih di zaman Sebelum Masehi.
Baca juga: Progam TJPS Victory-Jos Sukses, Panen Jagung di Lahan 79 Ha
Zaman Sebelum Masehi sendiri diartikan dewasa ini sebagai zaman yang buram. Sejarah peradaban Indonesia sendiri pada zaman itu dianggap belum ada dikarenakan belum ada Heuristiknya (salah satu bagian penting dalam metode sejarah).
Dalam pantauan Viktor di terminal itu, ditemukan fasilitas yang tidak ditata dengan baik. Terminal itu tanpa papan informasi, tidak ada fasilitas rumah makan, toilet umum juga terlihat jorok menjijikkan. Semua hal itu rupanya diperhatikannya tanpa terlewati. Di sana, ia menegaskan agar terminal itu segera dibenah. Dimintanya Dinas Perhubungan hingga Bupati TTS agar segera membenahi Terminal Bus Haumeni.
Di SMK Negeri 1 Soe, Viktor menegaskan agar konsep pendidikan di SMK mesti dilakukan secara terfokus. SMK Negeri 1 Soe sebagai SMK pertanian harus mampu melahirkan lulusan yang memiliki pengetahuan lebih tentang konsep pertanian yang baik.
“SMK ini harus serius tangani buah karena TTS ini daerah penghasil jeruk, avokad, pisang dan lainnya sehingga diharapkan agar potensi ini dimaksimalkan,” ungkap Viktor.
Masih di hari yang sama, Viktor dan rombongan menuju ke Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Dicatat media ini, selama di TTU Viktor setidaknya menggelar dua kegiatan, melakukan panen raya jagung di Desa Letneo, Kecamatan Insana dan mengunjungi terminal tipe B yang terletak di Kota Kefamenanu.
Gagasan dan harapan baru Viktor kembali muncul saat berada di terminal ini, ia menginginkan terminal angkutan umum itu harus dapat mendukung pariwisata. Keinginan Viktor dengan pertimbangan terminal tipe B Kefamenanu, di Kabupaten TTU memiliki posisi strategis lantaran menjadi penghubung antara Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT dengan negara tetangga Timor Leste.
“Semua harus tertib, angkutan umum dari Atambua dan Malaka yang hendak ke Kupang harus masuk ke sini, atau sebaliknya yang dari Kupang ke Atambua dan Malaka harus singgah di terminal ini,” ujarnya.
Kamis, (25/3) Viktor membawa rombongannya bergerak menuju ke arah paling timur, Kabupaten Belu dan Malaka. Di Kabupaten Belu, ia meninjau Kelompok Ternak Inseminasi Buatan Nafuak Jaya di Kelurahan Fatukbot, Kecamatan Atambua Selatan.
“Pemerintah telah mendesain program TJPS ini secara baik, tinggal bagaimana masyarakat meresponsnya,” kata Viktor dalam sambutannya yang disampaikan PLT Kadis Peternakan NTT, Johanna Lisapaly.
Ia menambahkan, “Pada kesempatan ini saya mengajak petani, peternak agar lebih giat bekerja, memelihara ternak yang ada agar ke depannya melalui Inseminasi Buatan, bibit sapi wagyu dapat menghasilkan sapi dengan kualitas premium sebagai simbol kebangkitan peternak NTT,” katanya.
Di Kabupaten Malaka, Viktor mengunjungi Kelompok Tani Ternak Intan Permai, di Desa Leunklot, Kecamatan Weliman. Di sana, ia meminta dinas terkait agar segera membangun kandang permanen.
“Buat kandang yang rapi sehingga menjadi model bagi kelompok-kelompok ternak lainnya di Malaka untuk belajar di sini,” kata Viktor.
Ia menekankan agar peternak dilatih juga cara membersihkan kandang dan memanfaatkan kotoran ternak untuk diolah menjadi bahan berguna dan dapat dijual.
“Ajarkan mereka cara untuk membersih kandang dan kumpulkan kotoran sapi sehingga bisa dijual,” sambungnya.
Selain itu, Viktor juga menyampaikan niat besarnya untuk mengirim 100 anak muda NTT untuk belajar cara pemeliharaan sapi wagyu di Jepang. Ia berharap tahun 2024 peternak di NTT sudah dapat menghasilkan sapi wagyu murni dengan kualitas premium.
“Kita rencanakan kirim 100 orang ke sana (Jepang) dari setiap kabupaten. Yang pergi ini tidak boleh orang sembarang. Mereka nanti yang latih peternak lainnya cara pelihara sapi ini,” ungkap Viktor.
Mungkin saja gagasan dan mimpi besar Gubernur Viktor tidak tercapai dalam kurun waktu yang diharapkan. Namun, setidaknya dari gagasannya ia memberi harapan kepada rakyat agar tidak boleh berhenti bekerja keras. Setiap jengkal kalimatnya ia selalu memberi keyakinan, kelak, NTT akan bangkit dan sejahtera. Caranya mungkin adalah harus terus berinovasi, kerja keras dan kolaborasi dari semua stakeholders.
Penulis: Juan Pesau