Kupang, detakpasifik.com – Aksi pembangunan di NTT, harus berbasis riset. Hal itu selalu dikatakan Gubernur Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat di mana pun mungkin dia berada. Terlebih jika Viktor berpidato saat wisuda sarjana di lingkungan kampus-kampus di Kupang.
Pekan lalu, hari menjelang petang. Fima Inabuy dan Elcid Li mendatangi Gubernur Viktor, di ruang kerjanya di bilangan Jl. El Tari, Kupang. Mereka mendiskusikan perihal pentingnya riset bagi pembangunan di NTT yang berbasis potensi lokal. Singkat ceritera kesepakatan pun diikat. Juga ceritera tentang bagaimana langkah yang pas. Hadir pada kesempatan itu, Staf Khusus Gubernur NTT, Pius Rengka.
Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat NTT segera menggelar serial workshop di Kupang, mulai minggu pertama Mei (12-13 Mei 2022) hingga minggu pertama November tahun ini. Rencananya, seri pertama workshop digelar minggu pertama Mei 2022, seri kedua minggu pertama Juli 2022, seri ketiga minggu pertama September 2022 dan terakhir seri keempat workshop digelar minggu pertama November 2022.
Pada seri pertama, forum workshop membahas topik terkait gene cloning, seri kedua membahas gene expression, seri ketiga membahas genetic engineering dan seri keempat fokus membahas genome-editing.
Fainmarinat S Inabuy, Ph.D menyebutkan, workshop sejenis ini, tentu saja, dalam sejarah akademik di NTT, baru pertama kali digelar, apalagi riset yang dikerjakan oleh sebuah lembaga riset yang didirikan, diandalkan dan dibanggakan Gubernur Viktor B Laiskodat.
Workshop menghadirkan empat pakar. Mereka pakar sungguhan di bidangnya masing-masing. Mereka adalah Maya Fitriyanti, Ph.D dari Pusat Penelitian Biosains dan Bioteknologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB), Eva Erdayani, Ph.D, dari Pusat Riset Rekayasa Genetika, OR Hayati dan Lingkungan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Fainmarinat S Inabuy, Ph.D, Kepala Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat NTT Prodi Biologi Fakultas Mipa Udayana dan Alfredo Kono, Ph.D dari KK Biokimia Fakultas MIPA – ITB, Pusat Penelitian Biosains dan Bioteknologi ITB.

Menurut Firma Inabuy yang didampingi penanggung jawab kegiatan Dominggus Elcid Li, Ph.D, kegiatan workshop ini terbuka untuk umum. Tentu saja para peminat yang bersemangat ilmiah. Mereka yang berminat meneliti dan ingin mengetahui seluk beluk biolocular dan bioinformatics. Tetapi, ujar Firma, kepesertaan workshop 4 seri itu dibatasi hanya 50 orang dengan biaya registrasi untuk peserta online Rp 250.000 dan peserta offline Rp 500.000.
Fasilitas yang didapat para peserta nantinya adalah sertifikat, modul dan seminar kit. Registrasi dapat dilakukan melalui Lab Biokesmas Provinsi NTT atau registrasi melalui: https://bit.ly/371N9d5. Adapun tema utama kegiatan dinamakan “A Journey from Gene-cloning to Genome-editing”.
Maya Fitriyanti, Ph.D akan mempresentasikan materi genetik dan karakternya: memasuki dunia sel, DNA, RNA dan protein (sel prokariotik); Eva Erdayani, Ph.D membawakan materi genetik dan karakternya: memasuki dunia sel, DNA, RNA dan protein (sel eukariotik); Fainmarinat S Inabuy, Ph.D memperkenalkan pengenalan bioinformatika dan penggunaannya dalam kloning gen; sedangkan Alfredo Kono, Ph.D membawakan materi tentang langkah-langkah mengkloning gen.
Relevansi
Relevansi kegiatan workshop ini di NTT menurut Firma S Inabuy dan Elcid Li, ialah untuk merangsang dan membiasakan masyarakat NTT dengan penelitian berdasarkan potensi daerah. Apalagi Gubernur NTT sangat menghargai riset dan bahkan mengaharapkan seluruh proses pembangunan berbasis riset.
NTT adalah provinsi kepulauan dengan 1.192 pulau, memiliki kekhasan alam dan kontur geografis yang tidak dimiliki wilayah lain di Indonesia. Kekhasan iklim yang kaya sinar matahari, tekstur tanah yang didominasi struktur keras berbatu, dan karakter pertemuan arus antar samudra yang unik, melahirkan kekayaan biota laut dan darat yang unik dan bernilai ekonomis.
Tumbuhan yang tahan kekeringan dan di saat yang sama menghasilkan produk bernilai mulai dari gula hingga essential oils, rumput laut dengan kualitas keraginan terbaik, spesies-spesies ikan yang mengandung potensi obat-obatan baru. Dengan kekhasan alam tadi, biodiversitas yang hidup di dalamnya tidak hanya pada level makro-organisme.
Karakter ekstrem marginal pada tanah berbatu karang dan karakter dasar laut yang unik di wilayah laut NTT adalah niche yang sempurna bagi aneka ragam mikroorganisme baru yang potensi manfaatnya hampir belum tereksplorasi sama sekali. Biodiversitas NTT yang unik ini penting untuk dipelajari dengan intensif dan digali nilai manfaatnya untuk masyarakat.

Di sisi lain, kesehatan masyarakat masih menjadi isu primer di NTT, mulai dari masalah malnutrisi, stunting, hingga berbagai penyakit akibat mikroba patogen yang menginfeksi, baik manusia maupun hewan ternak. Malaria, demam berdarah, rabies, HIV/AIDS, filariasis masih menjadi ancaman serius di tengah masyarakat.
Terkini, serangan virus African Swine Fever (ASF) secara masif menyerang ternak babi di seantero NTT pada tahun 2019-2020 yang mengakibatkan kematian massal ternak babi. Diperkirakan babi mati mencapai 300.000 ekor babi di seluruh NTT atau kerugian lebih dari 5 triliun rupiah. Babi di Flores dilaporkan sebagian besar habis.
Maka kunci untuk mengatasi hal itu, tidak ada langkah lain kecuali kebijakan publik berbasis riset yang relevan sebagaimana sering diimbau dan diucapkan Gubernur NTT, Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat, S.H, M.Si.
Pertanyaannya ialah seberapa siap sumber daya di NTT? Berapa banyak peneliti sains yang dimiliki NTT saat ini? Nah, itulah latar belakang mengapa workshop ini menjadi relevan dan didukung penuh oleh Gubernur NTT.
Gubernur NTT, Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat mendukung penuh penyelenggaraan riset dan workshop ini nantinya. “Gubernur dan tim berjanji akan hadir dalam proses workshop dan ikut belajar untuk mengetahui sedikit dunia biomolekuler itu,” ujar Firma kepada detakpasifik.com usai perjumpaannya dengan Gubernur NTT.
(dp/pr)