Kupang  

Lokakarya Perkuat Kolaborasi Antar Umat Beragama di Kupang: Katong Semua Basodara

Kupang, detak-pasifik.com– Kota Kupang, yang dikenal dengan julukan Kota Kasih, kembali menjadi saksi perwujudan semangat toleransi dan kerukunan antar umat beragama melalui penyelenggaraan lokakarya bertajuk “Katong Semua Basodara: Keagamaan, Kebangsaan, dan Kebersamaan dengan Toleransi Pro-eksistensi”.

Kegiatan yang berlangsung pada Selasa dan Rabu, 21-22 Januari 2025, di Hotel Aston Kupang ini bertujuan untuk mempererat hubungan lintas agama serta membangun kompetensi kolaboratif dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Lokakarya ini melibatkan berbagai pihak, termasuk organisasi keagamaan dan komunitas sosial, untuk bersama-sama memupuk rasa saling menghormati antar umat beragama dan menyebarkan pesan perdamaian. Kupang, yang selama ini dikenal sebagai kota yang harmonis dengan beragamnya kelompok agama dan etnis, terus berupaya memperkuat ikatan kebersamaan dengan berbagai kegiatan positif seperti ini.

Resolusi Tiga Pilar untuk Mewujudkan Kerukunan

Dalam sambutannya, Romo Frangki, salah satu tokoh agama setempat, mengemukakan tiga resolusi utama yang perlu diterapkan oleh setiap individu dalam rangka mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Resolusi tersebut meliputi:

1. Berpikir Positif – Membangun pola pikir terbuka yang siap menerima perbedaan dalam pandangan agama dan budaya.
2. Bersikap Sportif– Menerima dan menghargai perbedaan, serta mengedepankan sikap saling menghormati antar individu dan kelompok.
3. Produktif Memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat melalui tindakan-tindakan positif yang memperkuat nilai-nilai kebersamaan.

Klik dan baca juga:  Pangkoopsud II Tinjau Bangfas dan Lahan untuk Budidaya Kelor di Lanud El Tari

“Dengan berpikir positif, bersikap sportif, dan produktif, kita bisa menciptakan sebuah masyarakat yang bukan hanya rukun, tetapi juga mampu mengembangkan potensi diri demi kepentingan bersama,” ujar Romo Frangki.

Salah satu poin penting dalam lokakarya ini adalah pemahaman mendalam terhadap agama masing-masing sebelum membuka diri untuk memahami agama lain. Prof. Siti Rohaini, salah satu narasumber utama, menyampaikan bahwa literasi agama sangat penting untuk mengurangi potensi konflik yang sering kali muncul akibat ketidaktahuan atau kesalahpahaman antar umat beragama.

“Penting untuk setiap individu memahami ajaran agamanya dengan baik sebelum berbicara tentang ajaran agama lain. Dengan saling memahami, kebencian dan ujaran kebencian dapat kita hindari, dan kita bisa menciptakan ruang dialog yang produktif untuk kerukunan bersama,” jelas Prof. Siti.

Kegiatan ini juga melibatkan berbagai organisasi keagamaan dan komunitas lintas agama di Kupang. Beberapa di antaranya adalah Aisah NTT, Komunitas Buddha, Pemuda Muhammadiyah, FKUB Kota Kupang, Pemuda Katolik Cabang Kota Kupang, PWNA NTT, GMKI, GMNI, GP Ansor, KOMPAK, PMKRI, serta aktivis lingkungan.

Klik dan baca juga:  OKP Manggarai Raya Gelar Aksi Bersih Pantai Oesapa

Mereka berkumpul dalam suasana penuh kebersamaan untuk berdiskusi mengenai pentingnya kolaborasi dalam menjaga perdamaian dan memperkuat semangat toleransi.

Dalam diskusi yang berlangsung, para peserta sepakat bahwa keberagaman agama dan budaya adalah kekayaan yang harus dijaga, bukan dijadikan alasan untuk perpecahan. Kolaborasi antar umat beragama menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang damai dan saling mendukung.

Selain memperkuat kerukunan sosial, lokakarya ini juga menekankan pentingnya pengembangan kompetensi yang relevan di era global. Tiga kompetensi utama yang perlu dimiliki oleh setiap individu adalah:

1. Kompetensi Pribadi – Kemampuan untuk memahami diri dan agama sendiri dengan baik.
2. Kompetensi Komprehensif– Memiliki wawasan yang luas tentang keberagaman agama dan budaya yang ada di masyarakat.
3. Kompetensi Kolaboratif– Kemampuan untuk bekerja sama dalam keragaman untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar.

Melalui penguatan kompetensi ini, diharapkan generasi muda bisa lebih siap menghadapi tantangan masa depan dan mampu berkontribusi secara aktif dalam menciptakan masyarakat yang rukun dan penuh kasih.

Klik dan baca juga:  Gelar Refleksi Kritis Empat Tahun Viktor-Jos, Demi Perbaikan Kerja

Sebagai penutup, seluruh peserta lokakarya diajak untuk menjaga dan memperkuat semangat toleransi yang sudah tertanam kuat di Kupang. Dengan menjaga kerukunan antar umat beragama, diharapkan Kupang tetap dapat menjadi contoh kota yang harmonis bagi daerah-daerah lainnya. Semangat kebersamaan, toleransi, dan kolaborasi menjadi kunci untuk menghadapi tantangan sosial dan budaya di era global yang serba cepat dan kompleks.

Setelah lokakarya ini, para peserta akan melanjutkan kegiatan dengan sesi diskusi lebih mendalam guna memperkuat pemahaman tentang kerukunan dan mencari solusi bersama terhadap isu-isu yang muncul terkait keberagaman agama dan budaya. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam menciptakan masyarakat yang damai, produktif, dan penuh kasih. (Arsen Setiawan)