Mbai, detak-pasifik.com – Di balik rintangan dan tantangan yang harus dilalui, ada semangat tulus yang menggerakkan Adrianus Garu, calon wakil gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut 3.
Dalam upayanya menjangkau masyarakat di Kampung Nasa Wewe, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo, Andry memilih untuk mengendarai sepeda motor, melewati jalanan terjal yang mengarah ke desa yang terletak di kaki bukit.
Kondisi jembatan penghubung yang masih bergantung pada struktur bambu yang sudah lapuk menjadi sorotan utama. Jembatan ini, yang berfungsi sebagai satu-satunya akses menuju desa, terlihat renta dengan beberapa batangan bambu yang mulai keropos, menambah risiko perjalanan. Namun, semua itu tidak menyurutkan langkah Andry Garu.
“Saya ingin merasakan langsung apa yang dirasakan masyarakat di sini. Jembatan bambu ini adalah satu-satunya cara mereka menyeberangi sungai,” ungkap Andry dengan nada prihatin.
Visi Andry untuk masa depan NTT terlihat jelas saat ia menegaskan komitmennya untuk memperbaiki infrastruktur, termasuk jembatan yang vital ini, jika terpilih nanti bersama pasangannya, Simon Petrus Kamlasi. Keduanya baru saja mendapatkan nomor urut 3 dari KPU dan sedang aktif melakukan kampanye serta blusukan ke berbagai daerah untuk mendengarkan langsung aspirasi masyarakat.
Di tengah kunjungannya, Andry disambut hangat oleh warga, termasuk Jon Jeli, seorang tokoh muda di Keo Tengah. Jon menyampaikan rasa syukurnya atas kehadiran Andry, meski kondisi kampung sedang sepi karena banyak warga yang berada di kebun.
“Pak Andry tidak hanya mencari dukungan, tetapi benar-benar ingin melihat dan merasakan kondisi kami,” tuturnya.
Warga Nasa Wewe, yang khawatir akan terisolasi saat musim hujan tiba, menyambut Andry dengan antusias. Mereka paham bahwa jembatan bambu yang ada sekarang sangat berisiko.
Dalam kesempatan tersebut, Andry menyalami satu per satu warga, memasuki rumah-rumah dengan sederhana, dan menjalin komunikasi langsung tanpa sekat.
“Saya terkejut melihat calon wakil gubernur datang ke tempat kami. Ia duduk dan berbincang dengan kami dengan tulus. Kami merasakan kehangatan dan ketulusan dari Pak Andry,” kata Pius, salah satu tokoh adat setempat.
Kunjungan Andry Garu ke Nasa Wewe bukan sekadar momen kampanye, melainkan sebuah komitmen untuk mendengarkan suara rakyat yang sering kali terabaikan.
Dalam setiap langkahnya, Andry menunjukkan bahwa kepemimpinan yang baik dimulai dengan memahami dan merasakan langsung tantangan yang dihadapi masyarakat. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, kehadirannya memberikan harapan akan perubahan bagi masyarakat Nasa Wewe yang ingin terhubung dengan dunia luar dengan lebih baik.*** (Juan Pesau)