Melukis Bersama Para Seniman: Keselarasan dalam Perbedaan Iman

Penulis bersama mahasiswa pascasarjana UIN prodi Alquran dan Tafsir di Galeri Selaras dan mereka menjadi panitia yang solid dalam kegiatan tersebut. Dok. VN.

Perbedaan iman menjadi sumber kekuatan, bukan pemisah.

Oleh Valensius Ngardi, Mahasiswa Pascasarjana Studi Antar Iman UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pagi itu tepatnya Minggu (19/1/2025), awan membiru begitu cerah di daerah Kalasan, Yogyakarta. Suasana yang dirasakan di saat itu, seakan-akan semesta alam dan ‘Sang Pelukis Agung’ ikut merestui acara tersebut. Angin sepoi-sepoi ikut memberi kesejukan dalam ruangan yang sudah diisi sekitar seratus tamu undangan. Kegiatan spektakuler ini merupakan acara peresmian dibukanya sebuah rumah atau galeri “Selaras Art Space and Forum” yang beralamat di Turusan, RT 05/RW 2, Temanggal, Purwormartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

Para seniman yang terlibat dalam kegiatan melukis tersebut, sangat beragam baik dari segi usia, agama, sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Mereka dengan penuh antusias mengikuti acara lauching tersebut dalam susana  persaudaraan. Musik, penyanyi dan penari ikut meramaikan untuk mendukung para seniman dalam berjibaku dengan bakatnya.

Tangan-tangan dengan dengan aneka kuas dalam bermain tinta warna-warni diantar kanvas yang telah disiapkan oleh panitia maupun yang disiapkan oleh pegiat seni sendiri menjadi pemandangan yang takjub saat itu. Selain itu, para tamu undangan dijamu beragam menu yang berkhas dari kuliner Mojonegoro Jawa Timur, dan aneka kudapan lain dari daerah sekitar galeri tersebut.

Galeri seni ini milik Prof. Dr. Phil. H. Al-Makin, S.Ag., M.A. Menurut Al-Makin, “galeri ini, sebagai ruang perjumpaan untuk saling berbagi rasa. Fungsinya sebagai tempat titik temu dalam berbagi gagasan para akademisi, peneliti, pegiat seni, dialog lintas iman dan budaya serta ruang berdiskusi fenomena sosial yang bisa dikupas bersama,” ujar emeritus rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2020-2024).

Salah satu lukisan Paus Fransiskus Assisi karya Prof. Al-Makin. Dok. VN.

Visi dan misi membuka tempat ini sebagai ruang perjumpaan lintas iman dan budaya dengan beragam kegiatan baik diskusi ilmiah maupun pergelaran beragam seni sudah lama dirindukannya. Menurut si pengagum Paus Fransiskus Assisi ini, “semuanya terbuka bagi siapa saja yang ingin menggunakan dengan niat baik dan mulia untuk promosi tentang perdamaian, ekologis, dialog lintas iman dan lain sebagainya,” katanya dengan nada ramah.

Agensi Perdamaian dan Kerukunan

Tema yang disusung oleh penyelenggara kegiatan ini sangat menarik dan ciamik yaitu, “Keselarasan dalam Perbedaan Iman.” Ketika penulis mencermati tema ini, muncul sebuah penafsiran bahwa wacana ini adalah lahir dari gagasan yang brilian tentang betapa pentingnya hidup berdampingan dengan rasa saling menghargai meskipun terdapat perbedaan dalam keyakinan atau agama di masyarakat Indonesia saat ini.

Dalam hidup di masyarakat Indonesia, kita sering kali menghadapi kenyataan bahwa setiap individu memiliki pandangan dan kepercayaan yang berbeda mengenai spiritualitas dan agama. Namun, dengan munculnya kegiatan seniman ini mengajak kita untuk melihat bahwa meskipun ada perbedaan tersebut, kita tetap dapat menemukan keselarasan dalam hidup bersama.

Klik dan baca juga:  Dokumen Garis Waktu, Antara Petualangan dan Pemikiran
Para seniman senior sedang mengapresiasi hasil festival melukis bersama seniman. Dok. VN.

Seniman bisa dikatakan sebagai agensi untuk membawa perdamaian dan kerukunan yang berbeda iman di masyarakat saat ini, terlebih pascapemilu 2024 yang telah kita lewati bersama. “Dengan kegiatan seni melukis ini, diharapkan para seniman menjawab kegelisahan dan kebutuhan masyarakat multikutural dan plularisme dalam membangun kerukunan, persatuan, dan toleransi di tengah masyarakat yang beragam,” ungkapan dalam sambutan yang mewakili komunitas seni di Kota Yogyakarta.

Hal demikian juga diungkapkan oleh perwakilan dari agama Katolik Romo Budi PR. Bahwa “kegiatan melukis di tempat ini, ibarat games yang saling mendamaikan. Dalam banyak budaya dan negara, perbedaan agama dapat menjadi sumber konflik dan ketegangan. Namun, melalui kegiatan seni hari ini, kita diundang untuk merayakan keberagaman ini dan menggambarkan bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk hidup damai dan harmonis. Melalui karya seni inilah, para seniman dapat mengekspresikan bagaimana berbagai keyakinan dapat berdampingan dengan saling menghormati, menciptakan ruang untuk dialog yang lebih antarumat beragama,” kata Romo Budi yang suka dengan seni melukis ini dengan mantap.

Menciptakan Harmoni

Para seniman melukis beragam objek. Ada yang melukis penari khas Bali yang dibawakan oleh seorang siswa sekolah menengah, ada juga yang melukis rumah ibadat yang hidup berdampingan di bawah alam yang harmoni yaitu gereja dan masjid. Para seniman begitu kreatif, mereka memandang pemandangan sawah, rumah, kandang hewan dan gunung merapi, sebagai objek coretan tinta cat di kuas yang dipegangnya. Alam merapi, yang mempesona di sekitar rumah galeri tersebut menjadi daya tarik sendiri bagi seniman untuk memotretnya lebih dalam lagi dan sakral berdimensi spritualitas alam.

Meskipun yang hadir tidak semua berjiwa seni melukis, namun mereka ikut berkontribusi dalam melukis sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran manusia. Penulis bersama tim, tidak berniat untuk melukis, namun kami berusaha sebisa mungkin mengingat kembali cara guru mengajar tentang  gambar gunung, laut, sawah di alam sekitar kami.

“Mas… santai saja, semakin memikirkan ide apa yang mau dituangkan, semakin kamu tidak menikmati apa itu seni melukis.” Demikian komentar salah satu peserta ketika melewat di depan tim kami, di mana lukisan itu terkesan meniru apa yang diingat waktu sekolah dasar. Jadi belum bisa keluar dari alam kesadaran sendiri.

Bagi kelompok kami, dalam memaknai keselarasan yang dimaksud dalam tema kegiatan seniman melukis ini, bukan berarti memaksa semua orang untuk memiliki pandangan yang sama, tetapi lebih kepada menghargai dan mengakui nilai serta hak setiap individu untuk menjalankan kepercayaannya dengan bebas dan damai.

Karya seni yang terinspirasi oleh tema kegiatan ini berpotensi menjadi jembatan untuk mempererat hubungan antar komunitas yang berbeda, dan menunjukkan bahwa dalam perbedaan terdapat kekuatan untuk menciptakan harmoni. Dengan demikian, tema ini tidak hanya relevan secara spiritual, tetapi juga sosial, mengajak kami untuk membangun dunia yang lebih inklusif dan penuh kasih sayang, di mana perbedaan iman menjadi sumber kekuatan, bukan pemisah.

Klik dan baca juga:  Selamat Hari Raya Idul Fitri Bagi Saudara-Saudariku Terkasih

Kontribusi bagi Masyarakat

Kegiatan para seniman ini sangat membantu masyarakat. Mereka menyuarakan indahnya hidup bersama beda keyakinan lewat seni melukis. Menurut Ully, “kegiatan ini menyatu perbedaan dan sangat penting, terutama mengingat keberagaman agama dan budaya yang ada di negara ini. Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, namun juga memiliki umat agama-agama lain yang hidup berdampingan, seperti Kristen, Hindu, Buddha, dan agama-agama tradisional. Oleh karena itu, tema ini memiliki tujuan dan kontribusi bagi masyarakat bagaimana kita bisa meningkatkan toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.” Ungkap Ully yang berdarah Batak ini dengan tegas.

Angel dan Ully tengah memperhatikan pelukis yang sedang melukis. Dok. VN.

Menurut mahasiswa pascasarjana Manajemen Pendidikan UGM ini bahwa, “dalam masyarakat yang majemuk, sering kali perbedaan agama bisa menjadi pemicu ketegangan atau konflik. Kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan kita bahwa meskipun kita memiliki keyakinan yang berbeda, kita tetap dapat hidup harmonis dan saling menghargai.”

Cara pandang Ully juga didukung oleh Angel. Bahwasannya “kegiatan seniman hari ini dapat membuka mata dan hati masyarakat tentang pentingnya saling menghormati perbedaan keyakinan. Ini berkontribusi pada upaya mengurangi diskriminasi dan memperkuat hubungan antarumat beragama, terutama di tengah tantangan sosial dan politik yang kadang memperburuk ketegangan antaragama.” Ujar si suara emas ini dengan nada tegas.

Menciptakan Ruang Dialog

Ketika waktu menunjukkan jam 12.00 siang, para pelukis diminta oleh panitia untuk mengumpulkan hasil karyanya guna diberi apresiasi oleh seniman senior atau tim pegiat seni. Akan tetapi, bagi yang belum selesai diberi kesempatan untuk menuntaskannya di rumah masing-masing peserta. Dalam komentar salah satu sesepuh, muncul dorongan dan kesadaran bahwa simbol yang dituangkan dalam kain kanvas itu adalah sebagai ruang dialog.

Hal ini ditegaskan dengan menekankan bahwa meskipun Indonesia terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan, kita memiliki satu tujuan bersama, yaitu hidup berdampingan dengan damai. Keselarasan dalam perbedaan iman menunjukkan bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama.

Melalui seni melukis dapat memainkan peran penting dalam membangun rasa kebersamaan. Dengan mengangkat tema ini dalam karya seni, para seniman dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih menghargai perbedaan, yang pada akhirnya memperkuat persatuan di Indonesia. Hal ini juga bisa memperkuat semangat Pancasila sebagai dasar negara yang mengutamakan keberagaman dan persatuan.

Selain itu, diharapkan kegiatan ini menciptakan ruang dialog dan pemahaman yang lebih dalam antara umat beragama. Sering kali, kurangnya pemahaman tentang agama lain dapat menimbulkan prasangka atau bahkan kebencian. Melalui seni melukis mendorong masyarakat untuk belajar tentang keyakinan yang berbeda dengan cara yang lebih terbuka dan inklusif.

Klik dan baca juga:  Mendorong Inklusivitas dan Toleransi dalam Keberagaman Budaya dan Agama di Sekolah

Dengan demikian terciptanya komunikasi yang lebih baik antar komunitas agama, yang dapat mengurangi kesalahpahaman dan ketegangan yang terjadi akibat perbedaan. Ini juga membuka peluang bagi umat beragama untuk saling belajar satu sama lain, memperkaya wawasan dan mempererat hubungan.

Banyak hal yang disampaikan oleh para seniman, dan penulis tidak bisa menafsir secara pasti semiotika mereka dalam melukis. Namun bagi penulis, sebagai penikmat gambar lukisan abstrak, sajian mereka tidak lain adalah mengingatkan masyarakat akan pentingnya kebebasan beragama. Setiap orang berhak untuk memilih dan menjalankan agama atau kepercayaannya tanpa rasa takut atau diskriminasi.

Salah satu hasil lukisan. Dok. VN.

Dengan menggugah kesadaran masyarakat melalui seni, tema ini berkontribusi pada upaya perlindungan hak asasi manusia, terutama dalam hal kebebasan beragama. Ini membantu menjaga keharmonisan sosial dan mendorong negara untuk terus mendukung kebebasan beragama sebagai bagian dari hak dasar setiap individu.

Karya Seni yang Inklusif

Bila kegiatan ini berkelanjutan, maka akan menciptakan ruang bagi para seniman untuk berkolaborasi dalam menciptakan karya seni yang inklusif, yang merangkul keberagaman agama dan budaya. Melalui seni, perbedaan iman dapat diekspresikan dalam bentuk yang kreatif dan menghargai nilai-nilai keagamaan yang ada.

Terciptanya karya seni yang tidak hanya mempersatukan para seniman dari berbagai latar belakang agama, tetapi juga memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya saling menghormati. Ini memberi dampak positif pada masyarakat, terutama dalam membangun rasa saling percaya dan menghargai antar individu yang berbeda keyakinan.

Akhirnya semoga Keselarasan dalam Perbedaan Iman” dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk memperkuat kehidupan beragama yang damai dan harmonis di Indonesia. Melalui seni, pesan tentang toleransi, penghargaan terhadap kebebasan beragama, dan pentingnya hidup berdampingan dalam perbedaan dapat disampaikan dengan cara yang menyentuh hati dan merangsang refleksi sosial.

Hal ini tidak hanya memiliki dampak positif pada dunia seni, tetapi juga pada masyarakat luas, mengingatkan kita akan nilai-nilai dasar Pancasila dan tujuan nasional Indonesia yang mendukung kerukunan antarumat beragama. Mari kita terus menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dengan manfaatkan segala potensi yang ada dalam diri kita demi Indonesia damai dan sejahtera.