Wae Nanga, detakpasifik.com – Mengapa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) jauh lebih fluktuatif di desa miskin daripada di desa-desa kaya? Diidentifikasi tiga kemungkinan sebab yaitu (1) desa-desa miskin berspesialisasi dalam sektor-sektor yang lebih sedikit dan lebih bergejolak, (2) desa-desa miskin mengalami guncangan agregat yang lebih sering dan lebih parah (misalnya, dari kebijakan makroekonomi), dan (3) fluktuasi makroekonomi desa-desa miskin lebih berkorelasi dengan guncangan yang mempengaruhi sektor spesialisasi mereka.
Pertanyaan dan prakiraan jawaban itu tersembul seketika, ketika tim juri Desa Binaan Bank NTT, Pius Rengka dan Lavny Manesi, bersama rombongan staf dari Cabang Pembantu Bank NTT Cancar mengunjungi Desa Wae Nanga, Kecamatan Lelak, Manggarai, Kamis, 15 September silam.
Meski malam telah rebah dalam selimut kegelapan, tetapi toh semangat para anggota kelompok UMKM yang terdiri dari 20 orang itu, tetap bersinar. Mereka sigap memberi kesaksian atas upaya kerja keras mereka dalam komunitas pembuat dan peracik kopi robusta dan arabika, kopi jahe, temulawak, jahe, permen jahe dan kue kering berbahan sorgum.
Baca juga: Bank NTT “Gempur” Virgin Coconut Oil (VCO) di Golo Muntas
Ketua Kelompok Mbohang Ara, Elfrida Mistica Buana Lalo dan Klaviana Kurnia Miming (Sekretaris) menerangkan, dinamika ekonomi kelompok UMKM di Desa Nanga memang kian berkembang seiring dengan makin besarnya arus permintaan kopi dari berbagai pihak di pasaran dalam lokal dan negeri. Tetapi, meski arus permintaan (demand) begitu kuat, sayangnya UMKM Mbohang Ara dihadang berbagai kesulitan antara lain modal cekak untuk membeli beberapa fasilitas yang diperlukan untuk kepentingan masifikasi produksi kopi.
Bantuan Kredit Merdeka Bank NTT, diakui Elfrida Mistica Buana Lalo, memang telah menjadi stimulus sangat signifikan untuk laju pertumbuhan usaha anggota kelompoknya. Terutama untuk kepentingan pengemasan, tetapi sistem kerja manual yang dilakukan selama diakui Elfrida Mistica, ikut menuai rendahnya laju tingkat produksi. Apalagi katanya menambahkan, pemasaran kopi kelompok UMKM Mbohang Ara, masih sangat tradisional, tetapi untunglah dibantu oleh para sahabat baik dari Bank NTT Cancar dan Ruteng.
Sementara itu, Klaviana Kurnia Miming, menyebutkan produksi kopi tepung asli hanya terbatas 2 kg tiap anggota kelompok yang kemudian dikemas dengan sangat modern atas bantuan kerja sama Bank NTT. Padahal kemampuan para anggota kelompok untuk mengerjakan dan menghasilkan kopi tepung bermutu tinggi hanya dapat dikerjakan 3 kali dalam sebulan. Itu berarti produksi kopi di Desa Wae Nanga, hanya 120 kg kopi tepung yang berupa kopi asli dan kopi jahe. Kopi jahe maksudnya kopi yang diracik dengan jahe sehingga aroma dan citarasanya sangat sensatif.
Namun, kopi para anggota Kelompok Mbohang Ara, Desa Nanga, seluruhnya diproduksi dengan proses manual. Kopi asli dan kopi jahe dijual Rp 100.000/kemasan. Untungnya, kopi asli dan kopi jahe telah dikemas dengan kemasan modern berkat kerja sama dengan Bank NTT.
Baca juga: Songke Lando, Dokumen Penyimpan Kecerdasan Filosofis Perempuan Cibal Manggarai
“Karena itu, kami menilai, sesungguhnya Bank NTT dan petani kopi di Desa Wae Nanga sedang melakukan ziarah kemakmuran bersama untuk membebaskan petani kopi dari belenggu kemiskinan, dan pengelola produksi kopi yang tergabung dalam kelompok UMKM Mbohang Ara,” ujar Kurnia Miming dibenarkan Elfrida Mustika Buana Lalo. Dua tokoh perempuan ini, masih terbilang usia relatif sangat muda, tetapi sanggup menggerakkan geliat ekonomi kopi di Desa Wae Nanga.
Hal yang menguntungkan yang lain ialah bahwa anggota keompok UMKM Mbohang Ara berimbang antara laki dan perempuan karena semua anggota kelompok adalah suami istri yang bekerja sama dan sama-sama bekerja. Cara kerjanya pun harus terstruktur sehingga menghasilkan tepung kopi asli dan kopi jahe bermutu prima.
Hal senada diungkapkan Saverinus Joni (40 th), Koordinator Komunikasi kelompok UMKM Mbohang Ara di Desa Binaan Bank NTT, Wae Nanga. Kata Saverinus, pemasaran kopi produk UMKM Mbohang Ara masih sangat terbatas, walaupun hasrat untuk meningkatkan jumlah produksi sangat tinggi dengan kualitas produksi UMKM Mbohang Ara berkualitas tinggi juga.
“Untung saja, pemasaran masih bersifat tradisional meski perluasan pemasarannya dibantu oleh Bank NTT. Karena itu kami sangat berterima kasih terutama dengan bimbingan dan bantuan Bank NTT selama ini. Kami sepertinya sedang berziarah bersama dalam merebut pasar di luar pasar lokal di sekitar kampung saja demi kemakmuran petani kopi di Desa Wae Nanga,” ujar pria cerdas yang pandai bicara ini.
Selama ini, kata Saverinus, rekening hasil jual kopi digabungkan saja ke dalam rekening ketua kelompok. Penarikan atau pencairannya ditandatangani semua anggota kelompok demi transparansi dan akuntabilitasnya. Mekanisme ini terjadi berkat kesepakatan kelompok UMKM Mbohang Ara.
Sementara itu, terkait dengan isu kepemilikan lahan kopi para petani Desa Wae Nanga sebagai Desa Binaan Bank NTT, sangat variatif. Saverinus menyebutkan, ada petani yang menggarap lahan 5000 m2, lainnya 2500 m2. Masing-masing petani di Desa Wae Nanga memiliki kebun kopi. Maka luas lahan kebun kopi di Desa Nanga cukup signifikan dengan total hasil panen pertahun sedikitnya 40 ton kopi biji.
Volatilitas
Cara menguraikan volatilitas ke dalam berbagai sumber, mengukur kontribusinya terhadap volatilitas agregat, dan mempelajari bagaimana hubungannya dengan tahap perkembangan, maka terdokumentasikan keteraturan sebagaimana berikut ini.
Pertama, ketika warga Desa Nanga dengan kelompok UMKM Mbohang Ara, berkembang, bertumbuh dan bergeliat, maka struktur produktif mereka bergerak dari sektor yang lebih bergejolak ke sektor yang kurang bergejolak. Karena kopi dan jahe menjadi pusat konsentrasi para anggota kelompok UMKM yang bekerja sama dengan Bank NTT. Fokus aktivitas Desa Wae Nanga sebagai Desa Binaan Bank NTT pada kopi dan jahe sesuai konteks lokal.
Baca juga: Kelompok UMKM “Hekang Dite” di Kajong Kian Kreatif Bergeliat
Kedua, volatilitas guncangan ekonomi makro spesifik di mana pun turun seiring dengan pembangunan yang sedang bergeliat di sana. Artinya, guncangan ekonomi makro kemungkinan redup, tetapi geliat ekonomi kopi dan jahe di Mbohang Ara masih dapat sanggup resisten dengan keadaan ekonomi secara makro. Tetapi hal itu mungkin dapat bertahan manakala negara terlibat memberi bantuan segera. Bantuan diberikan baik oleh institusi pemerintah maupun kalangan lain yang peduli kopi dan jahe di NTT.
Ketiga, kovarians antara guncangan spesifik sektor dan spesifik negara tidak bervariasi secara sistematis dengan tingkat pembangunan. Ada juga beberapa bukti bahwa tingkat konsentrasi sektoral menurun seiring dengan perkembangan pada tahap awal, dan meningkat pada tahap selanjutnya.
Banyak teori yang menghubungkan volatilitas dan pengembangan tidak konsisten. Maka intervensi aneka pihak sangat niscaya diperlukan untuk memobilisasi pertumbuhan ekonomi yang dikelola UMKM sekelas UMKM Mbohang Ara di Desa Binaan Bank NTT, Desa Nanga, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai.
Adapun keluhan umum kelompok UMKM Mbohang Ara, di Desa Wae Nanga ialah perhatian pemerintah untuk membantu memfasilitasi kelompok UMKM dengan peralatan kerja seperti mesin pengupas kopi, membantu pemasaran (off taker), membantu memberi pelatihan cara pengelolaan kopi dan jahe yang bermutu. “Kita berharap uang berputar di sini dan terakumulasi di sini juga,” ujar Saverinus Joni, tokoh penggiat kopi dan jahe Desa Wae Nanga itu.
Sementara itu selama ini, memang, cara pemasaran kopi dan jahe yang digunakan kelompok UMKM Mbohang Ara dengan menggunakan teknologi media sosial Facebook. Tetapi cara klasik masih juga efektif, yaitu jual dari mulut ke mulut, dan atas bantuan Bank NTT yang mempromosikan produk UMKM Mbohang Ara di sejumlah event penting seperti pameran dan lain-lain.
Desa Nanga tempat kelompok UMKM Mbohang Ara bergerak dihuni oleh 800 jiwa, 325 orang laki-laki 475 perempuan. Kelompok UMKM Mbohang Ara merupakan kelompok kerja sama gabungan pasangan suami istri yang fokus mengelola kopi, jahe, kopi jahe dan kue kering.
Terkait sumber air, Desa Wae Nanga, merupakan desa dengan sumber air banyak, tetapi belum dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Kabupaten Manggarai. Diharapkan ke depan PDAM Kabupaten Manggarai akan sampai di sana.
(dp/pr)