Memburu Purba di Dusun Tua: Sebuah Perjalanan Mengarungi Masa Lalu

Whatsapp Image 2022 08 02 At 11.34.31
Tim juri festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival Pendapatan Asli Daerah 2022 di Kabupaten Belu, Pius Rengka dan Dewa Putra bersama tokoh di desa adat Duarato.

Belu, detakpasifik.com Tim juri festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival Pendapatan Asli Daerah 2022 di Kabupaten Belu, Pius Rengka dan Dewa Putra, 26 Juli 2022, seperti sedang mengarungi gelombang waktu masa lalu ketika tim juri tiba di sebuah dusun tua. Dusun purba yang dimaksud adalah Desa Adat Duarato, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Bagaimana tidak. Desa Duarato, adalah desa maha tua di Kabupaten Belu. Dia menyimpan jejak sejarah peradaban sangat panjang tentang ziarah manusia Belu. Oleh perjalanan nasib sejarahlah, konon, kampung Duarato dibangun oleh Raja Bau Bele, pada tahun 500 Masehi.

Raja Bau Bele, raja pertama penghuni kampung itu. Dia beristri dua. Olo Lae dan Bui Luan. Olo Lae berasal dari Timor Leste. Olo Lae ditemui Bau Bele dalam ziarah pengembaraannya mencari jejak rezeki di tanah Timor.

Sebagai seorang pemuda pada masanya, Bau Bele, tidak terlalu gampang menemui pasangan hidup. Dia melewati aneka rintangan dan tantangan dari serangan aneka jenis tarung hidup di alam terbuka pada masa itu. Dia membangun rumahnya di sebuah puncak bukit berbatu.

Dari sana tampak hamparan luas bagian belahan sisi selatan Pulau Timor yang dapat dipandang tentang apa saja tanpa halangan. Dengan kata lain, pembangunan rumah huni di puncak bukit adalah bagian dari pilihan strategis. Tetapi, rumah yang dibangun itu bukan hanya hitungan strategis.

Rumah dibangun di puncak bukit berbatu selain dapat memantau musuh atau siapa pun yang mungkin berkanjang hendak mencelakakan Bau Bele dan koloninya, tetapi juga dari bukit itu serangan mudah digalang dan digerakkan dengan menggunakan senjata purba berupa batu wadas yang dapat digulingkan ke segala arah mata angin ke lembah sekitar.

Whatsapp Image 2022 08 02 At 11.31.29
Rumah Kuno Duarato. Foto/Detakpasifik.com.

Istri kedua Bau Bele adalah Bui Luan. Bui Luan penduduk asli Belu yang ditemui Bau Bele dari sebuah ceruk lembah gunung tak jauh dari kampung Duarato. Sementara di lereng bukit merebah sampai lembah ditanamlah kopi sekadar untuk kebutuhan sendiri.

Rumah peninggalan Raja Bau Bele, yang terletak di puncak bukit berbatu itulah kini telah dipatok sebagai salah satu situs dokumen historis perjalanan kampung adat di Kabupaten Belu.

Aroma dan suasana kampung tua itu tak hanya mengundang hasrat ingin tahu para ahli antropologi dan penelusur sejarah bangsa-bangsa di kawasan Pulau Timor, tetapi juga penyimpan bisu peradaban Belu, Timor.

Klik dan baca juga:  Program TEKAD Berdayakan Masyarakat Desa

Tempat itu juga seolah-olah selalu memanggil pulang para arwah leluhur yang bergentayangan di alam baka tak jauh dari situ terkait relasi peradaban Timor Barat dan Timor Timur.

Nama kampung Duarato, secara etimologis berarti dua raja. Memang, kisahnya, setelah Raja Bau Bele mangkat, dia diganti oleh Mau Luan yang adalah putra kerajaan. Mau Luan kemudian menikahi Lawa Hatin.

Lawa Hatin, gadis pujaannya itu adalah juga orang dalam rumah sendiri. Artinya, Raja Mau Luan mempersunting orang dalam rumah sebagai permaisuri kerajaan.

Keturunannya kemudian menyebar ke Sooai di tepi selatan Kabupaten Belu. Sooai, kini telah menjadi bagian dari negara Timor Leste setelah pecahnya perang kemerdekaan dan jajak pendapat Mei tahun 1999.

Turunan Mau Luan lainnya menempati kawasan dataran rendah Malaka yang kini telah menjadi kabupaten mekaran Kabupaten Belu.

Begitulah kampung maha tua itu dikisahkan mengawali pertemuan tim juri dengan rombongan para ibu yang bergiat di UMKM. Kampung tua itu pulalah yang menjadi andalan Desa Binaan Bank NTT yang hendak dijual ke mancanegara.

Pesona kampung tua Duarato bukan hanya terletak pada letaknya sendiri, tetapi juga terletak pada kisah mistik yang melampaui cakaran akal sehat manusia.

Bagaimana mungkin tujuh rumah adat di bukit itu sanggup tetap kokoh berdiri mengawal bukit seolah digdaya menahan terpaan badai angin puting beliung yang nyaris datang hampir saban tahun? Bagaimana mungkin kampung itu tetap berdiri kokoh diterjang badai Seroja 5 April 2021?

Semua pertanyaan itu, mungkin tidak hanya dijawab dengan narasi, tetapi perlu juga dijawab melalui pengalaman langsung yaitu datang ke kampung Duarato dan merasakan betapa riuh suara hening dari kebeningan masa silam.

Tiga Dimensi Sejarah

Sejarah tidak akan terlepas dari tiga dimensi sebagai titik fokus kajiannya (Wijaya, D., 2012), yakni manusia (human), waktu (time), dan tempat (space). Dalam pandangan ini sejarah dapat dipahami sebagai sebuah kajian yang berfokus pada perkembangan (secara lambat maupun secara cepat) manusia (masyarakat) dalam suatu wilayah tertentu (lokal, nasional, ataupun regional).

Klik dan baca juga:  Bank NTT Sebagai Agen Perubahan Sosial Pedesaan di NTT

Persis serupa jika ingin mengetahui sejarah Amerika dari peradaban Amerika Kuno (Maya, Inca, dan Aztek) hingga pengaruh Amerika terhadap revolusi Indonesia. Umum mengetahui bahwa Christopher Columbus atau Amerigo Vespucci yang telah menemukan benua Amerika dan bahkan ada tafsiran baru bahwa Cheng-Ho pelaut dari China telah datang ke Amerika jauh sebelum mereka datang, tetapi tanah Amerika yang sekarang dikenal ternyata telah berpenghuni sebelum mereka semua datang (Walton, 1938:26).

Mereka sering disebut sebagai suku Indian atau Amerinds (Amerika-Indian), sebutan ini berkembang luas karena kesalahsebutan seorang Columbus yang mengira tanah yang diketemukannya tanah India.

Mereka diduga oleh banyak ahli datang dari benua yang sudah lama dihuni dan kebanyakan dari para ahli telah menyepakati bahwa mereka semua datang melalui jembatan es (sekarang selat Bering) pada masa glasial antara Siberia (sekarang Rusia) dan Alaska sekitar 2500 SM.

Mereka secara bertahap datang dari tanah Siberia (sekarang suku eskimo) seperti bangsa Amurian dan ras Mongolia yang sebenarnya tidak bermaksud untuk tinggal di benua tersebut tetapi naluri mereka untuk bertahan hidup mengantar ke tanah Amerika.

Kepala Desa Duarato dua periode, Goris Mau Bere (55 th), menjelas rinci pertimbangan arti penting intervensi Bank NTT terhadap desanya. Intervensi Bank NTT melalui desa binaan dengan sentuhan kredit merdeka, bukan saja memerdekakan rakyatnya yang berjumlah 530 jiwa, tetapi juga mentautkan kisah historis masa silam tentang kampung Duarato dengan sejarah aktual masa kini yang disimpan dalam rajutan tenunan sarung bermotif kalor dan utus morok.

Campur tangan Bank NTT jelas membantu dan mendorong kreativitas para ibu yang tergabung dalam kelompok UMKM. Maka, pariwisata budaya perlu pengembangan serius. Tenun ikat dan kopi Duarato diharapkan mendapat tempat di para wisatawan mancanegara.

Menyambut era industri pariwisata, Desa Duarato, memaksimalkan kampung Duarato. Maka kredit merdeka tak hanya memaksimalkan empat kelompok tenun kain adat di Desa Duarato, tetapi juga mendorong bangkit kembali dua kelompok peracik jamu instan dan dua kelompok peracik jahe dari Desa Duarato.

Kini, mobilisasi intervensi Bank NTT, telah menderapkan langkah pasti para petani, tetapi juga menambah gairah ekonomi Duarato melalui kredit merdeka.

Klik dan baca juga:  Membina Desa Wae Nanga, Sebuah Ziarah Kemakmuran Bank NTT dan Petani Kopi

Belum diketahui pasti, apakah pendapatan asli daerah atau pendapatan desa bakal menanjak naik setelah ini? Tetapi Goris Mau Bere, Kepala Desa dua periode itu, memastikan desanya bakal keluar dari kemiskinan.

Tambahan pula kopi Duarato di atas hamparan lahan 8 hektar amat sangat kompetitif di masa depan jika dibandingkan dengan Kopi Flores, Kopi Toraja dan Kopi Bajawa.

Persiapan Tim Pendamping

Tim juri festival Desa Binaan Bank NTT, eloknya, didampingi oleh squad maha kuat dari Bank NTT Cabang Belu. Mereka masing-masing, Martha Bani Tabelak staf analis mikro, Frans Neonbeni, Kepala Cabang Pembantu Bank NTT Atapupu, dan Wakil Kepala Cabang Bank NTT Belu Lenny Muni.

Tim juri dan para pendamping dari Bank NTT Cabang Belu bergerak ke lima lokasi desa binaan, pekan lalu (26-27 Juli 2022). Dukungan total Kepala Cabang Bank NTT Belu, Adi Pontus, menyiapkan tim pendamping sangatlah prima untuk tidak disebut amat sempurna.

Adi Pontus bahkan menyebutkan, silakan mencatat apa saja kekuatan dan kelemahan yang mungkin muncul dalam festival ini agar semua pihak dapat berbenah. “Rakyat di dalam kelompok UMKM berbenah, Bank NTT pun ikut mendukung penuh. Tujuannya sama yaitu untuk kebaikan bersama. Kita membawa rakyat NTT menuju ke kemakmuran bersama,” ujar Kepala Cabang Bank NTT Atambua yang baik hati ini.

Whatsapp Image 2022 08 02 At 11.33.28
Kepala Cabang Bank Ntt Atambua Adi Pontus, Wakilnya Lenny Muni Bersama Juri Festival Desa Binaan Bank Ntt Pius Rengka. Foto/Detakpasifik.com.

Bupati Belu, dr Agustinus Taolin, SpPD-KGEH, FINASIM bahkan menyebutkan bahwa Kepala Cabang Bank NTT Atambua dapat disebut sebagai nabi kebaikan yang berdaya menularkan kreativitas menata relasi sosial.

Kunjungan ke lima desa di Kabupaten Belu, persis sesuai tema festival, fokus pada dua urusan. Pertama, fokus pada apakah pertumbuhan ekonomi di semua Desa Binaan Bank NTT telah merangkak naik? Dan, kedua, sejauh mana kiranya intervensi Bank NTT itu telah mendorong naiknya pendapatan asli di desa dan terutama di kabupaten?

Namun, dua tema ini belum sampai menyentuh jawaban pasti, lantaran nyaris hampir di semua Desa Binaan Bank NTT para anggota kelompok UMKM mendahului memperkokoh bangunan struktur ekonomi kampung masing-masing melalui sejumlah aktivitas anggota UMKM di tiap desa yang ditolong Bank NTT melalui kredit merdeka tanpa jaminan.

 

(dp/pr)