Menuju Debat Kedua, SPK dan Andry Garu Diutus dari Rumah Ben Mboi

Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu berpose dengan latar foto mendiang almarhum dr. Ben Mboi.

Kupang, detak-pasifik.com – Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu, yang tergabung dalam paket SIAGA, memulai langkah menuju debat kedua dengan cara yang penuh makna. Mereka memilih untuk berangkat dari kediaman tokoh nasional Brigjen dr. Ben Mboi di Oetona, Kota Kupang, sebagai simbol penghormatan kepada salah satu figur besar dalam sejarah NTT.

Simon Petrus Kamlasi mengenakan busana adat khas Timor Tengah Selatan (TTS), sementara Adrianus Garu mengenakan pakaian tradisional Manggarai, yang menunjukkan kekayaan budaya NTT. Pilihan pakaian ini tidak hanya menggambarkan identitas mereka, tetapi juga komitmen mereka untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya lokal dalam setiap kesempatan.

Ben Mboi: Tokoh Sejarah yang Menginspirasi

Brigjen dr. Ben Mboi, yang menjabat sebagai Gubernur NTT pada periode 1978 hingga 1988, adalah seorang tokoh yang telah memberikan kontribusi besar bagi pembangunan daerah ini. Sebagai pengganti El Tari, Ben Mboi dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berwibawa, serta berhasil mencatatkan prestasi dalam berbagai sektor, termasuk kesehatan dan pendidikan.

Klik dan baca juga:  Kritik Pedas Wartawan Senior NTT ke Paslon Gubernur, Jangan ‘Cari Muka’ dengan Pejabat, Datangi Rakyat Seperti SPK

Selama masa kepemimpinannya, Ben Mboi dikenal dengan prinsip kepemimpinan yang berfokus pada kemajuan sosial dan kesejahteraan masyarakat NTT. Oleh karena itu, kediaman Ben Mboi di Oetona, yang kini menjadi situs bersejarah, dipandang sebagai tempat yang sarat makna. Rumah tersebut bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga menjadi simbol semangat perjuangan dan dedikasi untuk memajukan NTT.

Kehadiran Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu di rumah Ben Mboi disambut dengan hangat oleh Daniel Ndiwa, keponakan dari mendiang Ben Mboi, yang saat ini dipercayakan untuk merawat rumah peninggalan sang tokoh nasional.

Menurut Daniel Ndiwa, kedatangan keduanya bukan sekadar simbol politik, melainkan juga sebagai bentuk penghormatan dan permohonan restu kepada leluhur, khususnya kepada mendiang Ben Mboi, yang telah berjasa besar bagi NTT.

“Rumah ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi, dan menjadi tempat yang penuh makna bagi banyak orang, termasuk saya. Kedatangan calon gubernur dan wakil gubernur ini adalah bentuk penghormatan yang luar biasa terhadap jasa-jasa Ben Mboi,” ujar Daniel Ndiwa.

Klik dan baca juga:  Simon Petrus Kamlasi Sampaikan Rasa Bela Sungkawa untuk Korban Letusan Gunung Lewotobi

Daniel juga menambahkan bahwa rumah ini telah menjadi saksi perjalanan panjang sejarah NTT, dengan banyaknya tokoh besar yang pernah mengunjungi tempat ini, termasuk Presiden Prabowo Subianto yang pernah bersilaturahmi ke kediaman Ben Mboi. Kehadiran tokoh-tokoh besar ini menunjukkan betapa pentingnya rumah Ben Mboi dalam kancah perpolitikan dan sejarah Indonesia.

Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu di rumah Ben Mboi.

Bagi pasangan SIAGA, keberangkatan mereka dari rumah Ben Mboi menjelang debat kedua ini bukan hanya sekadar acara seremonial. Lebih dari itu, ini merupakan upaya untuk menegaskan komitmen mereka dalam meneruskan cita-cita dan semangat perjuangan yang telah diwariskan oleh para pemimpin terdahulu.

“Dengan restu dan semangat leluhur pemimpin terdahulu, kami berharap bisa mengemban amanah masyarakat NTT untuk membawa provinsi ini ke arah yang lebih baik,” kata Calon Wakil Gubernur NTT, Andry Garu.

Klik dan baca juga:  Dukungan Tak Terduga, Adrianus Garu Menerima Bantuan Masyarakat di Kupang

Menurut Andry, debat kedua yang akan dilaksanakan malam ini menjadi momentum penting dalam proses demokrasi di NTT. Sebagai calon pemimpin, dirinya bersama Simon Petrus Kamlasi berusaha mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, dan memilih untuk mengawali perjalanan dengan langkah penuh makna.

Dengan membawa nama besar Ben Mboi sebagai simbol perjuangan, Andry Garu berharap dapat memperoleh kepercayaan masyarakat NTT untuk melanjutkan pembangunan yang berkelanjutan dan mendalam.*** (Juan Pesau)