Menuju Puncak Prestasi dengan Meningkatkan Kesiapan Tugas Guru

Catherine Wijaya. Dok. Ist.

Diharapkan tekad dan semangat dedikasinya pun lebih maksimal dalam mengemban amanat selaku pengabdi kepada nusa dan bangsa lewat dunia pendidikan dengan membimbing, mengajar, mendidik dan melatih tunas muda harapan bangsa untuk generasi yang gemilang di masa mendatang.

Oleh Catherine Wijaya, Mahasiswa Program Studi BK FKIP di UKSW Salatiga

Gaya hidup modern di kalangan remaja yang ditandai dengan senang budaya keras (musik keras, bicara keras, bahkan minuman keras) gaungnya merambat sampai di kelompok remaja sekolah menengah tanpa disadari telah membuat situasi pendidikan bangsa ini terpuruk. Hal ini dapat kita saksikan langsung bahwa rata-rata pencapaian prestasi yang rendah, siswa yang cenderung hidup bergaya euforia, cenderung terbawa ke dalam iklim kehidupan bergelimang citra negatif seperti tertarik pornografi, dan bahkan terpengaruh narkoba.

Tentu banyak alasan yang dapat dikemukakan sebagai latar belakang. Salah satu gambaran yang kiranya dapat dipergunakan sebagai pembanding adalah penelitian di AS oleh Ann Bradley dalam Hardly Working menghimpun data yang memberi gambaran penyebab siswa suka bereuforia. Penelitian yang mencakup 1000 siswa di New York City menunjukkan bahwa para siswa tidak bekerja keras dan menyatakan kalau mereka akan dapat mencapai nilai yang lebih baik; mereka bahkan tidak menghendaki ikut tes karena hanya akan membuat mereka harus belajar lebih banyak. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa tidak khawatir sedikitpun dengan nilai rapor yang jelek kecuali beberapa orang dari mereka yang mengerjakan PR secara teratur. Mengapa terjadi demikian?

Sekitar 60% menyatakan mereka malas belajar dikarenakan guru yang tidak menarik dan tidak antusias dalam mengajar serta tidak menguasai materi. Di samping itu, sebagian besar responden menyatakan bahwa sekolah tidak disiplin dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sekitar 80% mau belajar keras kalau semua proses di sekolah berjalan secara tepat sebagaimana jadwal yang telah ditentukan.

Sebagian siswa yang lain mengeluh karena guru sering melecehkan mereka  dan tidak memperlakukan mereka sebagai anak yang dewasa melainkan dipandang sebagai anak kecil. Kalau penelitian ini dilaksanakan pula di Indonesia hasilnya pun tidak akan jauh berbeda. Artinya banyak hal yang perlu dibenahi berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran di kawasan tanah air kita ini. Kondisi tidak ideal sebagaimana dikemukakan di atas harus segera diakhiri. Ketidakberdayaan sekolah untuk menciptakan daya tarik siswa harus segera pula diakhiri dengan mengubah citra sekolah.

Klik dan baca juga:  Manajemen GSM dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMPN Sawendi, Supiori, Papua

Dari sekolah yang semula bernuansa tugas dan fungsinya lebih cenderung pada melaksanakan program, kearah lebih banyak mengambil inisiatif merumuskan sendiri program peningkatan mutu dan sekaligus melaksanakannya.

Demikian pun dalam pengelolaan lembaga ditandai dengan partisipasi masyarakat semakin besar dan ke mana arah serta tujuan sekolah ditentukan oleh sekolah sendiri. Dalam era pemberdayaan sekolah seperti dikemukakan di atas, kondisi tidak ideal, semisal keengganan siswa belajar seperti dipaparkan di depan tidak akan terdengar lagi. Hal itu terjadi karena yang menentukan corak pendidikan yang akan dikehendaki, arah ke mana tujuan pendidikan yang sejalan dengan kemauan masyarakat sekitar termasuk siswa dan orang tua siswa semua secara bersama dan saling pengertian. Dalam kondisi yang ideal seperti itu tanpa kecuali semua sekolah diharapkan akan mampu menciptakan prestasi masing-masing dalam potensi yang amat beragam sesuai sikondom (situasi kondisi domestik).

Dari apa yang diungkapkan di atas adalah fakta yang memberi gambaran nyata bahwa peran guru memang dominan. Berhasil atau tidaknya pendidikan di tangan guru tampaknya tidak terelakkan lagi.

Untuk mewujudkan kesiapan guru dalam mengajar beberapa persyaratan ini harus dipenuhi:

  1. Kesiapan administrasi
  2. Kemampuan membaca kurikulum
  3. Pengayaan materi ajar
  4. Pembekalan kearah peningkatan dan
  5. Pemantapan studi.

Masih sangat mungkin ditambahkan lebih banyak syarat lagi guna menunjang suksesnya tugas-tugas guru di dalam mengajar. Pada sisi lain mengajar bagi seorang guru adalah “seni”, antara seorang dengan yang lain mungkin saja terdapat cara-cara spesifik dan tidak secara otomatis dapat diterapkan oleh guru yang lain.

  1. Kesiapan Administrasi.

Setiap guru hendaknya akrab dengan tugas administrasi seperti: program tahunan, semester, rencana pembelajaran dll. Kesiapan tertulis ini menunjukkan guru menata secara terprogram dan rinci tugas yang akan dilaksanakan, terutama  di kelas. Pada jam tertentu, hari apa, materi mana yang akan disajikan, soal latihan mana yang akan dihidangkan, dan keistimewaan apa atau adakah spesifikasi berdasarkan pengalaman guru sendiri ketika mengajar, semua itu akan terlaksana dengan baik bila dalam persiapan tertulis sudah dipolakan.

Klik dan baca juga:  Tuhan Ada di Sini di dalam Jiwa Ini

Dengan adanya persiapan tulis itu akan terhindarkan adanya kemungkinan guru mengajar secara serampangan dan kurang perencanaan. Satu catatan yang perlu dikemukakan di sini, jangan terjadi bahwa bentuk persiapan tulis itu dijadikan “senjata” andalan bagi guru dalam kaitan terpenuhinya persyaratan administrasi kedinasan belaka; demi hasil konduite guru di depan mata kepala sekolah dengan nilai baik.

Hal itu memang mutlak perlu tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana dalam pelaksanaannya di kelas, sebab guru akan berhadapan langsung dengan siswa. Persiapan maksimal tetapi penampilan di depan siswa nol barangkali lebih jelek dari pada tanpa persiapan tulis. Namun guru dapat mengajar dengan mengesankan. Secara hakikat kedua-duanya tidak dikehendaki melainkan harus dilaksanakan secara terpadu antara keduanya dengan porsi yang imbang dan selaras. Yang banyak terjadi dan dikeluhkan guru saat ini adalah, waktu untuk mendidik disita oleh waktu untuk kerja administrasi.

  1. Kemampuan Membaca Kurikulum

Kurikulum pada dasarnya memuat garis-garis besar program pengajaran. Karena sifatnya demikian guru harus dapat melakukan penjabaran. Materi-materi ajar mana yang perlu dipersiapkan lebih matang dan mungkin korelatif dengan pembicaraan materi lain dalam mata pelajaran yang sama maupun yang lain serta materi mana yang cukup sekadar diingatkan oleh guru agar dipelajari sendiri.

Dengan adanya kemampuan membaca kurikulum menjadikan materi pembelajaran secara totalitas menjadi mantap dan tapis. Mantap artinya muatan materi esensial bahan ajar yang memang harus diberikan tidak ketinggalan atau tercecer bagian demi bagiannya, sedangkan tapis dalam arti seluruh materi sudah dibicarakan. Materi esensial adalah materi yang berkorelasi langsung dengan mata pelajaran lain, dengan jumlah jam yang tinggi dan terpola berkelanjutan pada kelas-kelas di bawah maupun di atasnya.

  1. Pengayaan Materi Ajar

Yang dimaksud materi dalam tulisan ini adalah sekaligus pengayaan dan soal latihannya. Menyebutkan Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar mengingatkan guru harus menguasai: bagaimana karakteristik kehidupan masyarakatnya, beragam corak pendidikan yang ada, bagaimana sikap dan mentalitas masyarakat dalam menghargai pendidikan, bagaimana tata pergaulan dalam masyarakat, karakteristik dasar yang bagaimana menjiwai filsafat kehidupan masyarakatnya; apa ciri-ciri pembeda yang menandai sebagai kota pelajar yang berbeda dengan kota yang lain; dan masih banyak lagi yang lain.

Klik dan baca juga:  Pelaksanaan In House Training untuk Siapkan Guru Terapkan Kurikulum Merdeka

Demikianlah dari satu aspek saja dengan materi yang disebutkan di atas telah memerlukan uraian cakupan yang cukup luas. Jelaslah bahwa pengayaan materi ajar menuntut guru untuk lebih banyak lagi belajar. Pada materi yang bersifat eksak seperti matematika, misalnya guru bahkan sudah harus lebih siap dengan soal-soal yang cukup banyak baik untuk pembekalan penugasan siswa maupun kesiapan diri kalau ada pertanyaan dari siswa tentang materi atau penyelesaian sesuatu bentuk pertanyaan yang diajukan siswa.

  1. Pembekalan Kearah Peningkatan

Agar guru tidak ketinggalan oleh perkembangan di luar dinding sekolah yang mengungkung diri mereka dalam kehidupan sehari-hari dalam mengabdi yang berupa pembelajaran di kelas, alangkah baiknya bila guru diberikan pembekalan peningkatan profesi oleh institusi di atasnya secara terencana, teratur, terarah dan terukur. Begitu pengetahuan tentang internet mulai merambah dalam kehidupan masyarakat seharusnya guru cepat-cepat memperoleh kursus tentang penggunaan internet.

Begitu dirasa perlunya mencurigai cara-cara penyebaran narkoba, secepat itu pula bahkan seharusnya bergerak lebih cepat lagi guru-guru untuk bisa melakukan tindakan pencegahan dan pengamanan. Dengan cara itu guru tidak selalu terbelakang seperti yang terjadi sekarang ini. Demikianlah seharusnya guru selalu mendapat pembekalan peningkatan kualitas indivual baik yang mengenai permasalahan umum maupun terkait bidang studi yang digelutinya.

  1. Pemantapan Studi

Pemantapan studi dimaksud adalah ijazah yang dimiliki guru. Seorang guru sebaiknya memiliki strata pendidikan yang memadai. Guru SD yang belum bergelar sarjana harus terus berusaha sampai akhirnya mencapai puncak prestasi studi yang signifikan dengan tugasnya. Makin tinggi pendidikan seorang guru, makin luas ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya diharapkan tekad dan semangat dedikasinya pun lebih maksimal dalam mengemban amanat selaku pengabdi kepada nusa dan bangsa lewat dunia pendidikan dengan membimbing, mengajar, mendidik dan melatih tunas muda harapan bangsa untuk generasi yang gemilang di masa mendatang.