NTT  

Nyaris Sampai ke Garis Batas Kuasa: Amon Djobo Tetap Seperti Semula

amon djobo 5
Bapati Alor, Amon Djobo/Tribuanapos.

Menjernihkan objektivitas adalah tugas jurnalis. Tetapi tugas pemimpin, mengejar kebenaran karena kebenaran lebih penting dari fakta.

Jika pernyataan ini disodorkan kepada Frank Lloyd Wright, arsitek terkenal awal tahun 1900-an, tentulah dia setuju karena dialah orang yang pertama kali mengucapkan kalimat itu. Ucapannya itu dikutip banyak kalangan terkait kualitas tulisan investigatif para jurnalis.

Frank Lloyd Wright, lahir di Richland, Wisconsin. Ia seorang arsitek terkenal pada awal 1900-an. Wright menghabiskan masa mudanya di perkebunan pamannya di Wisconsin.

Pada awal 1889, Wright mendesain rumah untuk keluarganya dan sebuah studio arsitektur pribadi di Oak Park, Illinois. Pikiran Wright menginspirasi wartawan detakpasifik.com, Pius Rengka mewawancarai Bupati Alor dua periode, Amon Djobo, di tempat tinggalnya di Kalabahi, 24 Agustus 2022 silam.

Berikut petikannya:

Tanya (T): Bagaimana, rasanya dua periode jadi Bupati Alor?

Jawab (J): Ah biasa saja. Saya merasa masih banyak hal yang belum tuntas teratasi. Angka kemiskinan masih banyak, tren mutu pendidikan juga masih terbatas dan angka stunting masih tinggi, meski kini tersisa 11 persen. Infrastruktur jalan raya status kabupaten belum dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.

Tetapi, saya terus bekerja meski batas kuasa saya nyaris sampai di garis batas. Sebentar lagi pembangunan pasar modern dalam kota akan segera tuntas. Saya bekerja tidak untuk meninggalkan legacy, tetapi saya bekerja sebagai pelayan yang merayakan kebaikan Tuhan dan kegembiraan rakyat.

T: Apa kira-kira tantangan terbesar yang Anda alami selama Anda menjadi Bupati?

J: Tantangan birokrasi dan politik di Alor sesungguhnya dapat dikategorisasi dengan jelas karena imajinasi kepentingan seringkali terjadi antarinstansi, lembaga dan entitas politik berbeda. Tetapi, perbedaan itu, dapat diatasi dengan baik karena sesungguhnya semua orang Alor adalah sesama saudara, adik kakak penghuni tanah terberkati ini.

Kadang saya agak berkelahi dengan para sahabat saya di legislatif terutama karena terkait hal-hal yang saya anggap tidak cukup substansial. Tetapi, kita harus melewati masa-masa seru serupa itu sebagai bagian dari pelajaran hidup bersama, bagian dari dinamika politik lokal.

002462700 1564048290 whatsapp image 2019 07 25 at 3.56.40 pm
Pantai Mali, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenpar/Dinny Mutiah).

Sedangkan topografi alam Kabupaten Alor tidak boleh dianggap sebagai masalah karena topografi Alor ini memang sudah given (pemberian) Ilahi. Jadi semua jenis pemberian Ilahi tidak boleh dianggap masalah.

Topografi yang berbukit terjal dan berpulau-pulau justru menjadi kekuatan sekaligus mendorong kita untuk berpikir cara terbaik membangun akses di Kabupaten Alor. Saya hidup sebagai pegawai di Alor ini sudah 30-an tahun lebih, hampir 40 tahun sudah. Jadi saya tahu persis problem masyarakat Alor.

T: Jika bicara objektif, apakah Anda merasa berhasil memimpin Alor?

J: Itu pertanyaan sebaiknya jangan ditanyakan kepada saya. Pertanyaan itu ditanyakan kepada rakyat. Biarkanlah mereka yang menjawab perihal kepemimpinan dan gaya kepemimpinan politik saya.

Yang selalu saya sadari ialah bahwa saya selalu pasti mendatangi tempat tinggal rakyat. Saya berdiskusi dengan dan bersama mereka. Saya makan dan minum bersama mereka dan makan dari makanan persediaan mereka. Saya berusaha memecahkan masalah mereka sejauh yang saya mampu lakukan.

Baca juga: Tak Tersaing di Lerebaing

Saya sadar betul, profil problem yang dialami rakyat Alor. Bahwa masih banyak masalah sosial di Alor yang belum teratasi, ya saya akui itu benar. Sebaliknya saya sadari bahwa banyak orang telah berbuat baik untuk kepentingan pertumbuhan sosial dan pembangunan aneka infrastruktur di Alor.

T: Boleh lebih konkret, siapa atau lembaga apa saja yang ikutan dalam pembangunan di Alor?

J: Banyaklah. Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, lembaga swasta dan lembaga-lembaga non pemerintah. Semua institusi ini memberi perhatian cukup serius kepada Kabupaten Alor.

T: Apa saja wujudnya. Tolong dirinci?

J: Wujudnya banyak. Contoh konkret, misalnya, pembangunan infrastruktur jalan provinsi di Kabupaten Alor semuanya tuntas kok. Ada lima ruas jalan provinsi di Kabupaten Alor, dua di Pulau Pantar dan tiga lainnya di Pulau Besar. Jalan provinsi tuntas di Alor karena Gubernur Viktor Laiskodat fokus menuntaskan infrastruktur jalan raya. Gelontoran dana pemerintah provinsi ke Alor sangat kuat dan konsisten.

Klik dan baca juga:  Sambutan Hangat Ribuan Warga Saat Cagub NTT Simon Petrus Kamlasi Tiba di Alor

Salah satu contohnya, jalan provinsi Kalabahi-Moru, 15 km dikerjakan tuntas sesuai janji politik Viktor Laiskodat. Begitu pun jalan provinsi di ruas lainnya, tuntas kok. Apa artinya ini? Artinya pemerintah provinsi memberi perhatian sangat serius terhadap problem infrastruktur di Kabupaten Alor yang sesuai dengan topografi kabupaten ini.

Sedangkan pemerintah pusat, membangun gedung ruang tunggu untuk Bandara Mali. Begitu pun pelabuhan laut. Makna utama yang diperoleh dari gegap gempita pembangunan di Alor adalah bukti konkret dari kerja kolaborasi dan sinergi lintas jenjang jejaring pemerintah antara kerja pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat.

Saya ingat betul Gubernur Viktor Laiskodat selalu menegaskan hal itu kepada para bupati dan instansi terkait. Jadi, saya mesti meneruskan kabar baik ini. Saya mesti mengerjakan hal itu.

T: Saya peroleh informasi, pola komunikasi Anda cenderung kasar dan tegas entah kepada siapa pun. Memang harus begitukah?

J: Heeeeeeee begini. Watak atau karakter saya sudah terbentuk sejak lama memang begitu. Omong lugas dan terus terang. Tidak ada gunanya kita menunda omong hal yang benar dan baik. Kata orang, pola komunikasi saya itu kasar dan kurang sopan. Pola komunikasi jenis itu bukan sebuah kemestian, tetapi sebuah pola komunikasi yang sudah ada sejak saya masih muda, bahkan ketika saya masih usia remaja.

Memang, akibatnya banyak orang yang awalnya tersinggung, mungkin tidak suka. Tetapi lambat laun mereka mengerti kok. Bupati Amon Djobo memang begitu sudah. Mau bilang apa lagi.

Rakyat Alor sudah kenal saya dengan sangat baik. Mereka mengenal saya sangat baik karena tiap Jumat hingga Minggu, saya selalu pasti ada bersama mereka di kampung-kampung. Saya tidur di rumah orang kampung sebagaimana apa adanya.

Bahkan sekali waktu saya pernah terpaksa tidur di kandang kambing dengan beberapa ekor kambing karena rumah rakyat di kampung yang saya kunjungi itu sudah ditutup lewat tengah malam. Saya pagi terbangun karena kambing menjilat kaki saya heeeeeeee.

dev 4 tempat wisata di alor yang wajib dikunjungi 3
Panati Kepa, Alor. Foto/detiktravel.

T: Tetapi apa implikasi positif yang diperoleh dari Anda rutin mengunjungi rakyat di kampung tiap minggu itu?

J: Pertama, saya mengenal dengan sangat baik problem yang dihadapi rakyat yang sesungguhnya. Kedua, saya boleh terus melakukan motivasi dan membesarkan harapan hidup mereka. Ketiga, saya tahu intervensi pembangunan jenis apa yang dibutuhkan. Keempat, laporan asal bapak senang pasti tidak laku di saya karena saya tahu problem rakyat.

Apakah semuanya telah berhasil? Saya pastikan, belum semuanya berhasil. Tetapi saya boleh bertaruh, kehadiran pemimpin di tengah rakyat justru sebagai salah satu obat terbaik untuk mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara mereka memahami politik pemimpin dan kepemimpinan politik.

Itulah sebabnya saya selalu mendorong para calon bupati di Alor setelah saya, agar pergilah ke tengah rakyat, tidurlah bersama mereka, makanlah bersama mereka dan makan apa yang rakyat makan, ketahuilah apa masalah pokok yang mereka hadapi, dengarkanlah keluhan dan tuntutan mereka.

Baca juga: Tak Tersaing di Lerebaing

Janganlah kita mengetahui masalah rakyat dari buku statistik atau laporan staf. Itulah sebabnya saya merasa satu aliran darah dengan gaya kepemimpinan Viktor Laiskodat. Beliau pergi ke medan tempur masalah yang sesungguhnya yaitu rakyat yang menderita. Beliau tidak berceloteh dari kursi kekuasaan di kantor, tetapi Beliau pergi dan terlibat hidup bersama rakyat.

T: Sepertinya Anda memuji sekali Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi ya?

J: Saya tidak memuji apalagi memuja. Tetapi saya mengakui kepemimpinan pasangan ini sangat kuat bukan hanya karena mereka berani mengambil tindakan kontroversial demi kepentingan rakyat, tetapi juga karena mereka membagi tugas dan kewenangannya sangat jelas.

Klik dan baca juga:  Gubernur Viktor Kunker ke Alor, Pastikan Pembangunan Jalan Provinsi, Kesehatan dan Pendidikan

Ada keberanian Gubernur Viktor mendelegasikan atau melimpahkan wewenang Gubernur kepada Wakil Gubernur. Saya kira belum ada contoh lain di Indonesia selain di NTT. Ini satu terobosan tradisi struktural birokrasi yang amat sangat langka dan berani.

Saya juga melihat keberanian Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi menerobos tembok kekuasaan pemerintah pusat. Beliau berdua dengan seluruh jaringannya bergerak bersama untuk menata pemerintahan dan pembangunan ini demi kepentingan NTT.

T: Bagi saya pernyataan ini masih terlalu abstrak. Maaf ya. Apa contoh konkret dari menerobos kekuasaan pemerintah pusat?

J: Salah satu contoh konkret itu ialah soal penunjukan dan penentuan para penjabat dan PLT Bupati dan Wali Kota di beberapa kabupaten dan kota di NTT. Aturannya kan Gubernur harus mengajukan sedikitnya dua nama calon penjabat sementara atau pelaksana tugas sementara. Tetapi, yang dibuat Gubernur dan Wakil Gubernur justru mengajukan hanya satu nama. Kan melawan aturan main itu. Calon tunggal. Dan apa yang terjadi? Pemerintah pusat mau mengubah penerapan aturan yang mewajibkan usul dua nama calon. Kan ini terobosan luar biasa. Atau apakah banyak orang NTT tidak melihat ini sebagai suatu terobosan maha dahsyat? Saya kira Viktor dan Josef Nae Soi ini adalah pembuat sejarah.

Contoh lain lagi soal terobosan TJPS itu, tanam jagung panen sapi. Itukan terobosan kultural dan struktural. Terobosan kultural karena masyarakat petani mengubah tatacara kultur bertani dari sekadar ekonomi subsisten menuju ekonomi industri perdagangan.

Disebut terobosan struktural karena tekanan TJPS pada akibatnya untuk meniadakan ketergantungan pada permainan para pelaku pasar. Tanam jagung panen sapi, bagi saya hanya sebuah jargon semantik, tetapi sesungguhnya substansi yang hendak dikejar adalah perubahan kultural dan struktural itu.

Kolaborasi bank, petani, dan pembeli (offtaker) itu adalah suatu jenis kelembagaan yang memperkuat posisi petani. Nah, itu sedikit contoh terobosan. Tambahan lagi jika nanti terobosan infrastruktur energi hijau (green energy) di Pulau Sumba. Wah itu dahsyat sekalilah. Saya akuilah itu.

T: Saya kira banyaklah pejabat dan tokoh politik di NTT selevel Gubernur Viktor yang memiliki keberanian serupa. Jangan terlalu mengkultuskan jugalah?

J: Maaf, saya tidak sependapat dengan tudingan Anda. Saya tidak sedang hidup dalam kegembiraan mengkultusindividukan Viktor dan Josef Nae Soi. Saya sudah hampir mendekati 40 tahun menjadi pegawai negeri di NTT. Saya telah mengalami dan mengikuti semua perjalanan para pemimpin di NTT. Dalam pengalaman saya, saya temukan orang sekelas El Tari dan Ben Mboi. Beliau berdua itu berani dan melakukan perubahan yang sangat jelas.

Sekarang saya temukan lagi tokoh berani pasangan Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi. Tetapi saya tidak sedang membandingkan para tokoh ini ya. Saya hanya sedang menjawab pertanyaan Anda yang agak bernada menuding saya mengkultusindividukan Viktor Laiskodat dan Josef Nae Soi.

T: Baik, kita bicarakan tema penting lain. Bagaimana pembangunan pariwisata di Alor?

J: Terima kasih. Saya akui, bahwa saya baru mengetahui banyak sekali potensi wisata di Alor, baik di darat maupun di laut. Di darat misalnya, Kabupaten Alor memiliki Al Qur’an tertua dan masjid tertua yang diduga jejak sejarahnya telah ada sejak abad 16. Tetapi, kami belum membuat narasi tentang hal itu. Kisah tentang dua hal ini belum kami tuntaskan.

Saya telah menyusun tim untuk menulis narasi untuk beberapa objek wisata di darat di Kabupaten Alor. Kemudian wisata laut juga begitu. Ternyata Alor ini memiliki wisata bawah laut yang konon katanya salah satu yang terbaik di dunia. Hal itu pun barulah saya sadari ketika Gubernur selalu ingatkan pentingnya pembangunan pariwisata di Alor.

Klik dan baca juga:  RSJ Naimata Menjadi Pusat Tes Kejiwaan untuk Para Caleg 2024

T: Tiap kali saya tanya tema apa saja, sepertinya Anda selalu kembali merujuk Viktor Laiskodat. Memang Anda ada urusan apa dengan Beliau?

dev 4 tempat wisata di alor yang wajib dikunjungi 2
Desa Adat Takpala. Foto/detiktravel.

J: Begini, dalam pandangan saya Pak Viktor Laiskodat itu jujur sudah sejak dalam pikiran, perkataan dan tindakan. Beliau itu jujur secara intelektual, tetapi juga jujur secara moral.

Artinya, apa yang diucapkannya itu selalu mengandung kebenaran ontologis dan fenomenologis. Nah, saya ini kan haruslah jujur mengakui bahwa saya tidak tahu terlalu banyak soal pariwisata di Alor. Tetapi karena tiap kali ketemu Gubernur, Beliau selalu mengatakan bahwa Alor itu kabupaten hebat pariwisata, saya pun mulai pikir, memang Alor ini ada apa ya? Setelah saya cermati dan dengar banyak pihak yang mengerti soal ini, barulah saya sadari dan akui bahwa apa yang diucapkan Pak Viktor itu benar secara objektif karena ada faktanya di lapangan.

Barulah saya sadari bahwa objek wisata di Kabupaten Alor itu ternyata tidak saja sedikit, tetapi memiliki kualitas yang handal dan mendunia.

Maka sejak itu saya galakan urusan pariwisata itu dengan melakukan sejumlah event bertaraf nasional dan internasional. Antara lain, festival dugong saban tahun, atraksi paralayang yang katanya salah satu yang terbaik di tanah air, melakukan pesta peringatan akbar satu abad Qur’an dan membentuk tim penulisan narasi untuk masjid tertua dan pertama masuk Kabupaten Alor di Lerebaing.

T: Apa rencana Anda ke depan, setelah batas akhir kekuasaan Anda usai?

J: Yang pertama bakal saya lakukan ialah pulang ke rumah. Setelah itu, saya pikir-pikir, apakah saya masih harus aktif di politik atau tidak.

T: Masa tidak mau ikut lagi dalam politik, misalnya menjadi calon anggota DPR atau DPRD provinsi?

J: Memang banyak institusi partai politik mengajak saya untuk terlibat aktif dalam politik.

T: Lalu, kerja politik apa saja yang masih merangsang Anda untuk tetap aktif berpolitik?

J: Tugas saya di masa akhir ini ialah mendorong orang Alor yang akan menggantikan saya, siapa saja, untuk melanjutkan apa yang terbaik yang pernah saya lakukan, dan melupakan apa yang mungkin buruk yang saya lakukan.

Tetapi khusus untuk Gubernur NTT, saya selalu umumkan kepada khalayak ramai di Alor, agar tetap setia di barisan untuk mendukung Viktor Jos jika pasangan ini masih ikut dalam pawai perebutan kekuasaan di NTT.

Saya selalu mengatakan hal itu di masyarakat ke mana saja saya pergi di Kabupaten Alor ini. Saya tidak ada beban untuk mengucapkan hal itu kepada publik di Alor karena saya ingin menjadi objektif. Saya kira kepemimpinan Viktor Jos itu beta akuilah.

Baca juga: Tak Tersaing di Lerebaing

T: Tetapi apa agenda Anda sendiri?

J: Saya harus tuntaskan urusan saya sebagai bupati, dan karena itu saya tidak bakal kendor. Saya tetap bekerja sebagaimana semula saya memulai memimpin Alor.

Anda boleh cek di masyarakat, seberapa sering saya kunjungi mereka di kampung. Yang saya tahu, tiap Jumat hingga Minggu, saya pasti ada di lapangan bersama rakyat. Saya akan tetap begitu sampai dinyatakan kepemimpinan formal saya sebagai bupati selesai.

 

(dp/pr)