Muda  

Orang Muda Manggarai Belajar Tata Kelola Agroekowisata di Detusoko

Whatsapp Image 2021 04 28 At 16.06.21 (1)
Suasana belajar tata kelola agroekowisata di Detusoko. Foto/RR

Ruteng, detakpasifik.com – Yayasan Kehati Jakarta dan Yayasan Ayo Indonesia memfasilitasi 9 anak muda dari Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur untuk belajar tentang strategi membangun bisnis agroekowisata berbasis masyarakat di Desa Detusoko, Kabupaten Ende Kamis 15 -18 April 2021.

Fitus Parman, selaku ketua rombongan dalam kegiatan kunjungan belajar ini kepada detakpasifik.com, Senin (19/4/2021) mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya mendorong komunitas muda milenial di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur untuk menciptakan lapangan kerja baru melalui usaha agroekowisata, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk komunitas di mana dia berada. Sebab usaha di sektor pariwisata memiliki prospek untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pulau Flores umumnya, di Manggarai dan Manggarai Timur khususnya.

Orang-orang muda di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur mesti didorong untuk memanfaatkan potensi yang ada, yaitu bentangan alamnya sangat indah dan cara bertani yang khas dari petani-petaninya. Hal ini menjadi salah satu komoditas dalam industri pariwisata yang menjanjikan secara ekonomi saat ini dan di masa depan. Usaha agroekowisata bisa menjadi sumber penghidupan untuk meningkatkan taraf hidup dan mengurangi pengangguran.

Whatsapp Image 2021 04 28 At 16.06.21

“Sehingga ke depan Flores tidak hanya dikenal karena komodo sebagai destinasi premiumnya tetapi keindahan dan budaya pertanian orang Flores bisa menjadi destinasi yang menarik (dan) mendatangkan keuntungan bagi orang Flores khususnya anak-anak milenial,” ungkap Fitus.

Menurutnya, belajar membangun dan cara menerapkan tata kelola bisnis agroekowisata berbasis masyarakat di Desa Detusoko adalah pilihan yang tepat sebab desa ini telah dikenal sebagai desa yang telah berhasil mengembangkan agroekowisata berbasis masyarakat.

Klik dan baca juga:  Pembangunan Jalan Provinsi di Ende Capai 89 Persen

Lebih jauh Fitus menjelaskan, tujuan dari kegiatan kunjungan belajar ini agar peserta memahami prinsip dasar tentang agroekowisata, mengenal lebih dalam tentang  pengembangan agroekowisata desa yang berkelanjutan yang searah dengan konsep pada 17 poin SDGes, mengenal lebih dalam terkait kelembagaan ekowisata di desa, mengenal masalah, tantangan dan peluang dalam membangun ekowisata di desa, mampu merencanakan dan mendesain serta melaksanakan model bisnis usaha sesuai minat dan bangun motivasi untuk mendorong agroekowisata berbasis potensi desa serta memperoleh pengetahuan pemahaman terkait teknik membangun jejaringan dan partner dengan berbagai pihak untuk mendukung agroekowisata di desa.

Pasca kegiatan, para peserta diharapkan dapat membentuk jejaring antara peserta dengan komuntias lainnya sebagai wadah untuk berkonsultasi, sharing pengalaman dan juga berbagai informasi serta mendukung penerapan dalam implementasi aneka program untuk masa mendatang.

Peserta diterima secara resmi oleh Pemerintah Desa Detusoko

Kepala Desa Detusoko, Ferdinandus Watu dalam sambutan pada acara penerimaan peserta belajar agroekowisata di Kantor Desa Detusoko Kamis (15/4/2021) menyampaikan selamat datang dan berharap agar para peserta belajar dengan sungguh-sungguh tentang pengembangan agroekowisata, belajar tentang bisnis model yang dikembangkan, memiliki semangat kewirausahaan yang kuat dan harus berkomitmen untuk mengembangkan usaha yang sama di desa dari masing-masing peserta.

Klik dan baca juga:  Paskalis Angkur Bangga dengan Keterlibatan Perempuan di Organisasi

“Orang muda harus berani untuk membuka lapangan kerja di sektor jasa khususnya di dunia pariwisata sebab potensi kita luar biasa. Bentangan alam dan budaya pertanian di masing-masing kabupaten di Pulau Flores memiliki keunikan dan sangat menarik,” tegas Ferdinandus yang dikenal warga sebagai kepada desa yang sangat kreatif dan inovatif.

Whatsapp Image 2021 04 28 At 16.16.02
Peserta Mendengarkan Materi Tentang Tata Kelola Agroekowisata Di Kantor Desa Detusosko, Kabupaten Ende. Foto/Rr

Usaha Agroekowisata di Desa Detusoko, lanjut Ferdinandus, dikelola oleh BUMDes dan orang-orang muda diberi kesempatan untuk membuka usaha cafe.

Dia juga menceritakan dengan penuh percaya diri bahwa usaha agroekowisata ini berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat, sebanyak 20 unit rumah milik masyarakat dijadikan homestay, dan homestay-homestay telah melayani akomodasi dari kurang lebih 1.500 wisatawan domestik dan mancanegara.

Namun, jumlah tamu selama masa pandemi turun secara drastis. Dia menegaskan bahwa peran pemerintah desa melalui BUMDes dalam bisnis agroekowisata adalah meningkatkan kapasitas masyarakat khususnya terkait cara menerima tamu, bagaimana menunjukan sikap yang penuh keramahtamahan (hospitality) saat menerima tamu, merancang bisnis model dan cara mengelola bisnis homestay.

Dari keberhasilan ini, cerita Ferdinandus banyak lembaga yang datang belajar tentang cara membangun bisnis agroekowisata berbasis masyarakat dan bahkan saya menjadi narasumber pada seminar-seminar terkait pengelolaan usaha agroekowisata, baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun di level nasional.

Selain itu, kurang lebih 300 orang yang difasilitasi oleh lembaga pendidikan tinggi, pemerintah desa, lembaga koperasi, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan lembaga swadaya masyarakat datang belajar management agroekowisata di Detusoko.

Klik dan baca juga:  Menteri Bahlil: Tentukan Pilihan untuk Menjadi Pengusaha

Selama 3 hari para peserta kunjungan belajar dari Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur belajar tentang cara memetakan potensi di desa menggunakan alat analisis SWOT, merancang bisnis model untuk mengestimasi potensi profit sehingga dapat diketahui dari awal dampak atau perubahan positif yang akan terjadi dari bisnis agroekowisata terhadap masyarakat setempat.

Sergius Jelanu, salah satu peserta dari Desa Pong Leko, Kabupaten Manggarai selama kunjungan belajar memberi kesan bahwa usaha pariwisata di Detusoko telah memberikan dampak pada peningkatan pendapatan masyarakat melalui usaha homestay.

Orang-orang muda sangat kreatif dan telah membuka usaha cafe. Pengalaman inilah yang menginspirasi Sergius untuk mengembangkan usaha yang sama nanti bersama masyarakat di Desa Pong Leko. Sebab, potensi alam yang ada di desa ini tidak kalah menariknya dari Desa Detusoko, yaitu ada hamparan sawah yang berbentuk jaring laba-laba dan kebun-kebun kopi.

Dia berharap, Pemerintah Desa Pong Leko bersama masyarakat sepakat memanfaatkan dana desa untuk membangun usaha agroekowisata berbasis masyarakat dan mendorong keterlibatan orang-orang muda.

“Pengetahuan dan keterampilan yang saya dapat salama kunjungan belajar di Detusoko akan saya bagikan kepada kepala desa dan orang-orang muda di Desa Pong Leko,” janji Sergius.

Kontributor: Rikhardus Roden