Kupang, detakpasifik.com – Paskalis Angkur, anggota Dewan Pembina Persatuan Mahasiswa Pelajar Kecamatan Ruteng, Lelak dan Rahong Utara (Parmaperu) Kupang menyampaikan kebanggaannya terhadap kader perempuan yang terlibat di organisasi kepemudaan.
“Saya memberi apresiasi dan sekaligus memberikan pujian yang tertinggi buat kader-kader perempuan Manggarai yang bergabung,” kata Paskalis, Senin, 1 Mei 2023 yang lalu.
Hal itu disampaikan saat ia melihat secara langsung keterlibatan puluhan perempuan pada masa penerimaan anggota baru (MPAB) Parmaperu Kupang. MPAB adalah masa pengenalan kehidupan organisasi dan nilai-nilai dasar yang termaktub di dalamnya.
Paskalis juga menyaksikan pidato ketiga tokoh perempuan yang hadir dalam momentum tersebut. Mereka adalah alumni Parmaperu Maria Tuti Benia, Ketua Umum HMPCK Kupang Sri Puspita dan Ketua Umum Parmaperu Velan Fariani. Ditambah kepiawaian dan ‘jomel’ penguasa acara yang juga perempuan: Fitri Manggal.
Apresiasi itu ia sampaikan di tengah realitas kepemimpinan organisasi kepemudaan dan partai politik yang minim keterlibatan perempuan.
“Kita sekarang lagi sulitnya cari kader perempuan. Kami di partai politik sampai memberikan kuota khusus perempuan 30 persen. Itu pun sulit untuk mencapainya. Dan malam ini saya kagum dengan kita punya pimpinan-pimpinan perempuan di masa depan,” kata Paskalis, yang juga Wakil Ketua DPD Partai Demokrat NTT.
Paskalis mengaku bangga melihat ketiganya menyampaikan kegelisahan sembari merajut harapan terhadap pembangunan orang muda sekarang dan yang akan datang.
“Sebagai orang tua kita cukup bangga dengan melihat kader-kader perempuan Manggarai yang sudah menunjukkan jati dirinya berkiprah dalam organisasi-organisasi,” katanya.
Kepada anggota baru dia menegaskan untuk terus mengikuti proses pembinaan yang ada. Terus dibentur agar semakin terbentuk dan memiliki ketangguhan.
“Ya itu ciri pembinaan terhadap kader.”
Menurutnya, sekarang dibutuhkan kader yang miliki integritas dan militansi. Yang ada, banyak kader tapi pragmatis. Ini tidak dibutuhkan organisasi politik dan dunia kerja karena sikap pragmatis itu selalu mengganggu.
“Orang-orang yang militan itu hanya didapat dari sebuah proses yang begitu panjang. Ditempa, dibentur sedemikian rupa dan tahan dalam segala situasi apa pun,” tegasnya.
“Jadilah kader yang militan. Yang teguh dalam perjuangan. Proaktif dan responsif,” Paskalis memberi pesan.
Tantangan pembinaan dan kaderisasi kata Paskalis, tidak mudah. Tidak sedikit orang muda menghabiskan waktunya dengan telepon genggam dan aktivitas lain tanpa produktivitas. Mereka melupakan urusan pengembangan diri untuk mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi.
Dia pun menyarankan dua hal: pertama, gunakan waktu untuk berdiskusi dengan senior dan alumni, dewan penasihat dan pembina dan lainnya yang mumpuni agar mendapatkan pengetahuan dan berbagi pengalaman, kedua, meningkatkan literasi (membaca dan menulis) dengan mengakses sumber yang dapat diakses.
(dp)