Kupang, detakpasifik.com – Pelajar SMK N 7, dan SD Petra di Kecamatan Alak, Kota Kupang harus memanjat tembok setinggi 2 meter untuk bisa masuk sekolah. Pasalnya, akses jalan menuju dua sekolah itu ditutup akibat pembangunan yang dilakukan oleh dua pengusaha dari PT Caycong dan PT Pitoby.
Kedua perusahaan ini melakukan pembangunan dan menutup penuh akses jalan dengan membangun tembok.
Fitri, siswi kelas 6 SD Petra mengaku sudah setahun ia dan teman-temannya harus berjibaku dengan kokohnya tembok untuk bisa berjuang masuk sekolah. Bila tidak memanjat tembok, Fitri dan pelajar lainnya memilih melewati jembatan darurat yang dibangun seadanya. Itu pun mereka harus ekstra hati-hati agar tidak terjatuh ke dalam jurang.
“Kami lewat kali dan panjat pagar, karena jalan yang biasa lewat sudah ditutup,” ungkap Fitri Bangngu, siswi kelas 6 SD Petra kepada wartawan, Kamis (18/3/2021).
Bila musim hujan, ancaman banjir ditambah kondisi jembatan yang mulai rapuh menjadi tantangan terberat para pelajar ini.
Guru SD Petra, Neldiana Kameng Mau mengungkapkan akses jalan itu ditutup sejak tahun 2020. Siswa, guru dan orang tua murid mengalami kesulitan untuk bisa ke sekolah.
“Sebelum ada tembok itu akses kami gampang-gampang saja untuk ke sekolah. Memang terdapat akses jalan lain, namun para siswa, guru, dan orangtua harus melewati jalan umum yang jaraknya 5 km, dan sangat berisiko karena banyaknya kendaraan yang bisa menyebabkan kecelakaan,” kata Neldiana, guru wali kelas VI SD Petra.
Neldiana mengaku prihatin karena siswanya bersusah-payah hingga bertaruh nyawa agar bisa mengakses pendidikan di sekolah. Jembatan kecil yang menjadi jalur alternatif sewaktu-waktu bisa roboh karena kondisinya yang sudah mulai lapuk.
“Masa sih anak-anak hanya mau menuntut ilmu saja kok harus sengsara seperti ini? Mereka adalah anak-anak penerus generasi bangsa yang harus diperhatikan oleh pemerintah,” ungkapnya.
Ia berharap pemerintah segera membuka kembali akses jalan menuju dua sekolah dan satu TK itu.
“Kami guru-guru SD Petra minta tolong pemerintah setempat, tolong bantu kami. Kasihan anak-anak kami. Mereka ini anak-anak generasi penerus,” katanya.
Hari ini, lima orang tua murid juga mendatangi Kantor Camat Alak untuk menyampaikan protes terkait penutupan akses jalan ini.
“Hari ini kita bertemu bapak camat, kami lima orang bertemu langsung dengan pak camat di ruangannya sendiri. Di situ kita menyampaikan keluhan terkait jalan menuju ke sekolah yang sudah ditutup,” ujar salah satu orang tua murid Siprianus kepala media.
Menurut Siprianus, ia dan beberapa warga Alak lainnya pernah juga mengadu masalah ini kepada anggota DPRD Kota Kupang.
Namun, hingga kini keluhan mereka ke DPRD belum ada jawaban.
“Sebelum itu kita sudah mengajukan permohonan atau keluhan kita ke DPRD dan sampai BPN Kota Kupang turun ukur tapi sampai saat ini tidak ada hasilnya,” ujarnya.
Sementara, Bobby Pitoby dari pihak PT Pitoby mengungkapkan pihaknya masih menunggu rekomendasi dari DPDR Kota Kupang dan BPN.
“Kita dari pihak Pitoby masih menunggu rekomendasi dari DPRD dan pihak BPN untuk mengetahui batas persis tanah itu,” ungkap Bobby saat dikonfirmasi Kamis sore.
(JP)