Pelaksanaan In House Training untuk Siapkan Guru Terapkan Kurikulum Merdeka

Perhatian Ndruru.

Kurikulum diharapkan menjadi pedoman untuk mengembangkan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan zaman.

Oleh Perhatian Ndruru

Kurikulum

Setiap negara memiliki departemen atau kementerian yang mengatur tentang pengembangan program pendidikan suatu negara. Salah satu bagian yang paling sentral dalam tugas pokok kementerian atau departemen pendidikan suatu negara adalah mengembangkan kurikulum yang menjawab kebutuhan cita-cita, arah kebijakan, dan kemajuan suatu negara.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan (Widodo Winarso 2015:4).

Dalam era globalisasi sekarang ini, maka setiap negara merencanakan kurikulum yang menjawab kebutuhan zaman yang semakin hari semakin maju. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, maka negara Indonesia tentu saja diperhitungkan untuk bisa memberikan pengaruh secara global.

Pengaruh di dalam era globalisasi ditentukan dari kemampuan setiap generasi untuk terlibat aktif mendorong perubahan-perubahan yang semakin maju. Oleh karena itu, salah satu langkah dari pemerintah, dalam hal ini Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) dalam menjawab kebutuhan zaman ini dan zaman yang akan datang adalah dengan menyusun kurikulum sebagai pedoman dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Bab X tentang Kurikulum Pasal 36 ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum diharapkan menjadi pedoman untuk mengembangkan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan zaman.

Kurikulum merdeka

Ada pemahaman yang sering muncul di kalangan masyarakat: secara khusus bagi kalangan pendidik bahwa, “setiap pergantian pemerintahan atau pergantian menteri pendidikan, maka akan ada pergantian kurikulum.” Pergantian kurikulum seringkali menjadi agenda yang melelahkan bagi setiap guru karena akan mempelajari kembali dokumen-dokumen kurikulum terbaru beserta dengan format-format administratifnya.

Dalam meneruskan tongkat estafet penerapan kurikulum di setiap sekolah, pemerintah biasanya menggunakan pelatihan-pelatihan yang dimulai dari pusat, kemudian diteruskan ke daerah. Di setiap daerah, para guru dilatih untuk memahami, merencanakan, membuat rencana tindak lanjut, dan menerapkan kurikulum di sekolah. Kelemahannya adalah pelaksanaan pelatihan hanya satu kali untuk menerapkan kurikulum baru. Tindakan ini tidak membuat setiap guru memahami dan mampu menerapkan kurikulum.

Klik dan baca juga:  Menuju Puncak Prestasi dengan Meningkatkan Kesiapan Tugas Guru

Biasanya instruktur nasional melatih instruktur daerah. Instruktur daerah melatih para guru di daerah. Setelah itu, tidak ada pelatihan. Pelatihan berhenti ketika sudah satu kali pelatihan kurikulum dilakukan. Seharusnya, jika menginginkan setiap guru untuk menerapkan kurikulum secara ideal, maka harus ada program pelatihan secara berkesinambungan dan disertai dengan evaluasi-evaluasi yang terus ditindaklanjuti.

Sejatinya, kebanyakan yang terjadi di lapangan adalah banyak guru mengeluh oleh banyaknya administrasi yang harus diselesaikan sementara tidak memiliki kemampuan untuk menerapkan kurikulum sebagaimana seharusnya.

Kurikulum merdeka adalah salah satu terobosan besar dalam dunia pendidikan di Indonesia di masa pandemi Covid-19. Kurikulum merdeka memberikan pengertian kemerdekaan bagi setiap guru dan siswa untuk mengajar dan belajar sesuai kebutuhan, minat, dan bakat peserta didik.

Kurikulum merdeka hadir untuk menjawab kebutuhan kesenjangan pendidikan di Indonesia yang mengalami banyak learning loss di masa pandemi. Dengan kurikulum merdeka, pendidik bisa mengejar dan menyesuaikan ketertinggalan tanpa ditekan oleh banyak tuntutan kurikulum yang harus diselesaikan dalam rentang waktu yang sudah ditentukan.

Untuk menerapkan hal ini secara ideal di seluruh sekolah di Indonesia, maka salah satu terobosan lain yang tidak kalah berpengaruh adalah Kementerian Pendidikan mengeluarkan aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM). Semua bentuk administrasi, pelatihan dasar dan pengenalan kurikulum merdeka telah disediakan dalam platform ini. Oleh karena itu, seharusnya para kepala sekolah dan guru sudah sangat terbantu dengan platform ini.

Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah ketidaksiapan semua kepala sekolah dan guru dalam memanfaatkan platform ini. Banyak guru tidak memiliki kesadaran penuh untuk menggunakan platform ini secara maksimal. Padahal di dalam platform ini sudah tersedia semua contoh-contoh administrasi kurikulum, contoh video pelaksanaan pembelajaran, dan lain sebagainya.

Klik dan baca juga:  Investasi Sumber Daya Manusia

Dengan kurangnya kesadaran dalam hal ini, maka penulis menyarankan untuk tetap mempunyai pilihan lain dalam mempersiapkan kepala sekolah dan para guru dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan pelatihan berbasis in house training.

Menurut saya, dengan hakikat kita manusia yang lebih senang berkolaborasi secara langsung (onsite), berdiskusi (onsite), mengembangkan secara bersama-sama sesuatu yang baru, maka akan sedikit lebih baik jika hanya mengandalkan kesadaran untuk melakukan pelatihan secara mandiri melalui platform merdeka mengajar. Dalam melaksanakan in house training, maka ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan:

  1. Penilaian Kebutuhan

Pemerintah daerah dalam hal ini dinas pendidikan (bagian pengembangan kurikulum) harus menganalisis dan menilai secara serius apakah yang menjadi kendala dari penerapan kurikulum merdeka di setiap sekolah. Dinas pendidikan perlu mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh sekolah dalam meningkatkan kemampuan memahami dan mengimplementasikan kurikulum di sekolah. Penilaian kebutuhan ini akan menjadi dasar dan bahan pertimbangan untuk tindakan selanjutnya. Jika bukan dari pihak dinas pendidikan yang melakukan analisa ini, maka kepala sekolah perlu mengambil andil untuk melihat kebutuhan pelaksanaan in house training bagi setiap guru di sekolah.

  1. Desain Pelatihan

Setelah melakukan penilaian kebutuhan, maka dinas pendidikan perlu mendesain bentuk pelatihan yang dilakukan. Hal ini akan membuat pelatihan menjadi lebih efektif dan efisien, baik dari segi waktu, tenaga, bahkan finansial. Dalam desain pelatihan, perlu merancang materi-materi pokok yang perlu dan penting dikuasai oleh peserta pelatihan sehingga lebih memudahkan bagi peserta mencapai hasil pelatihan dengan baik.

  1. Validasi Program Pelatihan

Jika memerlukan validasi program pelatihan, pemerintah daerah dalam hal ini dinas pendidikan bisa berkonsultasi dengan perguruan tinggi yang ada atau dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yang berada di daerah. Dengan cara seperti ini, maka secara administratif, program pelaksanaan pelatihan dapat dikatakan valid, objektif, dan autentik karena melibatkan para validator.

  1. Latih Para Pelatih
Klik dan baca juga:  Gempuran Program TJPS di Sumba Barat Daya Kian Meluas

Setelah melakukan validasi, maka para pelatih akan bekerja untuk memberikan pelatihan supaya keterampilan dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka jauh lebih maksimal dan lebih baik. Sebelum melakukan pelatihan, pastikan bahwa para pelatih memiliki kualifikasi yang kuat dalam membawa pelatihan yang dibutuhkan. Jika untuk kurikulum merdeka, maka boleh mengundang anggota Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), tim ahli kurikulum pendidikan dari universitas, atau dosen yang mengajarkan tentang kurikulum di kampus.

Saya sendiri sebagai penulis sangat senang ketika beberapa waktu lalu di Kota Gunungsitoli Kepulauan Nias, Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli melaksanakan in house training dalam hal implementasi kurikulum merdeka. Para peserta adalah beberapa kepala sekolah dan guru yang mewakili gugus atau kecamatan.

Saya sendiri merasakan ada banyak hal yang baru yang saya mengerti terkait perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum merdeka di sekolah. Dari beberapa diskusi dan pembicaraan ringan dengan rekan kepala sekolah dan guru yang lain, mereka mengakui baru mengerti bagaimana tahapan implementasi kurikulum merdeka.

Beberapa hal baru yang dikuatkan adalah bagaimana cara memecahkan CP (capaian pembelajaran) menjadi ATP (alur tujuan pembelajaran), dan ATP menjadi rujukan untuk membuat modul ajar. Hal lainnya adalah pemahaman penting terkait mengintegrasikan profil Pancasila dalam pembelajaran dan dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Pelaksanaan in house training adalah salah satu bentuk pelatihan yang sangat membantu untuk penerapan kurikulum merdeka di sekolah-sekolah. Jika memungkinkan, ini tidak hanya satu kali dilaksanakan, akan tetapi akan terus ada pengembangan, sharing, dan berkolaborasi untuk penerapan IKM ini. Jika ini dilaksanakan, maka kurikulum merdeka akan dapat diimplementasikan di sekolah-sekolah sesuai dengan yang diharapkan.