Pemprov NTT Bentuk Pokja Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi

Kupang, detakpasifik.com Angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih terbilang cukup tinggi. Tahun 2020 jumlah kematian ibu di NTT sebanyak 149 kasus dan angka kematian bayi baru lahir mencapai 744 kasus, sedangkan angka stunting mencapai 24,2 persen.

Wakil Gubernur NTT, Josef A Nae Soi mengatakan angka kematian ibu dan bayi di NTT masih jauh jika dibandingkan dengan target yang dimasukkan dalam RPJMD tahun 2018-2023, yaitu nol kasus.

“Kondisi ini masih jauh jika dibandingkan dengan target yang dimasukkan dalam RPJMD 2018-2023 yaitu tidak adanya kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di NTT. Dengan kata lain target RPJMD Pemerintah Provinsi NTT untuk kematian ibu melahirkan dan neonates adalah nol kasus,” kata Josef Nae Soi mengutip pres rilis Biro Humas saat menetapkan terbentuknya Tim Koordinasi (Pokja) Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) serta Pencegahan dan Penanganan Stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Selasa (4/5/2021).

Klik dan baca juga:  Daftar Bacaleg Golkar NTT Pemilu 2024, Ada Nama Wagub Josef Nae Soi

Menurut Josef, pemerintah saat ini berupaya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi baru lahir di NTT dengan cara mengoptimalkan kelompok kerja (Pokja) yang akan mengkoordinir semua kegiatan dan upaya pencapaian target nol kasus kematian ibu dan bayi.

“Pemerintah Provinsi NTT telah mempunyai Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan Pencegahan dan Penanganan Stunting yang dibuat berdasarkan Surat Keputusan Gubernur NTT dan Surat Keputusan Kepala Bappelitbangda Provinsi Tahun 2019,” kata Josef.

“Untuk mengakomodir kebutuhan dan sesuai situasi saat ini perlu dilakukan perubahan struktur kelompok kerja tersebut dimana dua kelompok kerja terintegrasi untuk mencapai hasil yang maksimal. Untuk itu Pemerintah Provinsi NTT menggandeng USAID,” sambungnya.

Klik dan baca juga:  Menyongsong Generasi Emas Indonesia: Peran Strategis TPA Holistik Integrasi di NTT

Josef berharap di waktu yang akan datang, praktik kolaborasi program tersebut dapat dikreasikan untuk menyelesaikan berbagai persoalan terutama peningkatan kualitas dan akses layanan pendidikan maupun upaya pengurangan angka kemiskinan.

“Kita membutuhkan kolaborasi untuk menghasilkan super team dan bukan sekedar superman yang bergerak secara sendiri. Setiap masukan dan kontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini harus tercatat dengan baik untuk dirumuskan dalam implementasi kegiatan demi pencapaian target Pemerintah Provinsi NTT; NTT Bangkit – Menuju NTT Sejahtera,” ujarnya.

Sementara itu, secara virtual Direktur Kantor Kesehatan USAID, Foster Pamela menyampaikan dukungan USAID melaui program momentum untuk mendorong pencapaian target pemerintah mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi di NTT.

“USAID mendukung terbentuknya Tim Koordinasi (Pokja) Percepatan Penurunan AKI, AKB dan Pencegahan dan Penanganan Stunting di NTT. USAID akan memberikan dukungan teknis untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, meningkatkan sistem rujukan dan meningkatkan kualitas data untuk pengambilan keputusan di 22 kabupaten/kota di NTT,” kata Foster Pamela yang hadir secara virtual.

Klik dan baca juga:  Pengurus IKAL Lemhannas Telah Hadir di NTT

Kesempatan itu sekaligus juga untuk merayakan Hari Bidan International yang jatuh pada tanggal 5 Mei. Pemerintah Provinsi NTT dan USAID mengapresiasi peran dan dukungan para bidan yang sebagian besar adalah tenaga pelaksana Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di tingkat masyarakat. Acara penetapan Pokja yang berdekatan dengan Hari Bidan International ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian para pemangku kepentingan terhadap KIA.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, dr Erna Mulati, serta perwakilan pemangku kepentingan di tingkat provinsi dan 22 kabupaten/kota.* (JP)