Pendidik Inovatif Selalu Berinovasi di Tengah Pandemi Covid-19

Img 20210330 Wa0001[1]
Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk, M.Pd

Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk, M.Pd (Kepala SMPK Frateran Ndao)

Pengantar

“Inovasi adalah pergerakan yang sangat cepat, dengan inovasi, orang lain akan sulit mengejar anda, apapun caranya.” (Bill Gates)

“Proses pembelajaran yang paling menantang adalah bagaimana menciptakan rasa ingin tahu seorang peserta didik. Jika kita bisa, mereka (peserta didik) akan dengan mudah bisa melanjutkan estafet pembelajaran selanjutnya. (Clay P. Bedford)

Ditengah maraknya wabah virus corona (Covid-19), para pendidik di setiap satuan pendidikkan justru dituntut untuk lebih inovatif dalam membelajarkan peserta didik. Inovatif adalah kemampuan seseorang dalam mendayagunakan kemampuan dan keahliannya untuk menghasilkan karya baru atau sebuah cara berpikir untuk mendapatkan solusi yang baru.

Kata inovatif berasal dari bahasa latin, yaitu “innovatus”, yang artinya mengubah atau memperbaharui. Itu artinya pendidik yang inovatif adalah pendidik yang memiliki kemampuan untuk memperkenalkan sesuatu yang baru (kreasi baru), dalam membelajarkan peserta didik. Dengan demikian, di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, tidak ada alasan, atau pun hambatan bagi seorang pendidik untuk tidak melakukan KBM tatap muka, sebab dia selalu berpikir inovatif untuk menghasilkan sebuah inovasi, yakni suatu ide, produk, metode, dsbnya, yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, dalam membelajarkan peserta didik.

Oleh karena itu, apa pun situasinya, seorang pendidik harus selalu tetap inovatif dalam membelajarkan peserta didik. Sebab, kalau para pendidik tidak atau kurang inovatif dalam pembelajaran, maka bisa jadi peserta didik cenderung menjadi malas (lazy), boring, saturated (jenuh), karena tidak punya selera atau semangat untuk mengikuti pembelajaran. Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, inovasi seorang pendidik sangat dibutuhkan, sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tidak mati, vakum, lumpuh, melainkan tetap survival dalam KBM, walau secara virtual.

Oleh karena itu, situasi pandemi Covid-19, menuntut dan memaksa para pendidik, untuk keluar dari zona kenyamanan yang selama ini KBM dilakukan melalui tatap muka langsung ala tradisional ke KBM tatap muka secara virtual melalui aplikasi, Zoom, Google Meet, Google Class Room (GCR), dll. Dan tentunya tuntutan menjadi seorang pendidik inovatif, tidak hanya di saat pandemi Covid-19 ini, tetapi memang sudah seharusnya setiap pendidik dalam membelajarkan peserta didik, dituntut untuk selalu inovatif. Apalagi pembelajaran di abad 21 ini, dicirikan dengan 4C (Creativity and Inovatif, Critical thinking, Collaboration dan Communication).

Selain itu, gagasan mendikbud tentang “merdeka belajar dan guru penggerak”, menuntut setiap pendidik untuk lebih inovatif, sehingga selalu ada inovasi dalam membelajarkan peserta didik, apalagi ditengah pandemi Covid-19 ini, merdeka belajar dan menjadi guru penggerak, harus bisa diimplementasikan. Belum lagi tuntutan kurikulum mengharuskan setiap pendidik harus inovatif, sehingga si pembelajar juga lebih bersemangat dalam pembelajaran. Oleh karena itu gagasan merdeka belajar, sangat mulia adanya, sebab para pendidik dan peserta didik diberi “panggung”, pembelajaran seluas-luasnya.

Ada Lima Inovasi untuk Model Pembelajaran yang Lebih Efektif

Pertama, meningkatkan keterlibatan peserta didik. Dalam hal ini, panggung pembelajaran bukan hanya milik para pendidik, melainkan juga milik para peserta didik. Antara pendidik dan peserta didik saling berinteraksi dan saling membelajarkan dan saling berdiskusi. Maka, dalam arti inilah merdeka belajar terlaksana.

Kedua, pembelajaran berbasis permainan. Siapa yang tidak senang bermain game? Bermain game dilakukan untuk mengurangi rasa penat setelah belajar. Nah, bagaimana kalau belajar sambil bermain game? Suatu pendekatan di mana peserta didik belajar melalui permainan (game) disebut dengan Game Based Learning (GBL) atau pembelajaran berbasis permainan.

Materi belajar disampaikan dalam bentuk permainan sehingga menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Untuk memotivasi peserta didik, GBL tidak hanya bermain tetapi juga memberi penghargaan agar peserta didik lebih terpacu untuk belajar. Penghargaan dapat berupa level, lencana, atau hadiah yang didapat peserta didik ketika menyelesaikan tugas tertentu.

Klik dan baca juga:  Akra, Bangsa dan Agama

Ketiga, pembelajaran multimodal. Pembelajaran multimodal dapat membantu peserta didik dengan menggabungkan tulisan, gambar, gerakan, suara, tindakan, dan sebagainya. Pembelajaraan akan menjadi lebih efektif terutama untuk belajar bahasa asing. Metode ini dapat digunakan untuk membantu peserta didik dalam mengingat kosakata kamus bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, atau bahasa asing lainnya. Tidak hanya untuk membantu mengingat kosakata, metode ini juga dapat membantu peserta didik mempelajari, mengingat, dan memahami huruf bahasa Jepang, Mandarin, Korea, Arab, atau bahasa asing yang tidak menggunakan huruf latin.

Keempat, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Di era digital ini, PJJ seharusnya bukan lagi suatu masalah dalam dunia pendidikan. Melalui teknologi koneksi internet, para pendidik dan peserta didik dapat belajar apapun dan dari siapapun serta dimanapun. Kini sudah banyak sekolah/kelas yang online. Kehadiran secara fisik sudah bukan lagi masalah yang berarti. Pembelajaran Jarak Jauh sudah bukan lagi menjadi penghalang. Namun, semudah apapun kita mendapatkan akses pendidikan lewat internet, bila tidak ada kemauan, komitmen dan kesungguhan untuk belajar, teknologi yang tersedia tidaklah berarti.

Kelima, pembelajaran berbasis komunitas. Fungsi jejaring sosial kini tak hanya komunikasi antar pribadi, melainkan juga bisa menjangkau ke dalam komunitas belajar. Misalnya kita sedang belajar bahasa Inggris, maka masuklah ke komunitas atau grup belajar bahasa Inggris dalam jejaring sosial. Di dalam komunitas itu kita bisa berbagi tips belajar atau bahkan langsung berlatih di sana (Sevima.com, 18 maret 21).

Dan inilah tantangan baru (new challenges) bagi para pendidik saat ini, yang harus disikapi dengan kemauan (will) untuk mengubah habitus lama ke habitus baru. Kemauan saja tidak cukup, tetapi harus ada komitmen (commitment) untuk memulai.  Komitmen tidak cukup, tetapi harus ada kesungguhan (seriousness) untuk berubah. Jadi, jika ingin menjadi pendidik yang inovatif, ingatlah 3K (Kemauan, Komitmen, Kesungguhan) untuk terus berinovatif, sehingga dapat menghasilkan sebuah inovasi dalam pembelajaran.

Thomas Alva Edison, pernah berujar bahwa kesuksesan itu 1% itu hasil ide, (inspiration) dan 99% adalah hasil keringat (perspiration). So, ide saja belum cukup untuk menjadikan kita pendidik yang inovatif, tetapi harus disertakan dengan keringat dalam hal ini berinovasi. Hanya dengan terus berinovatif, kita akan menjadi pendidik yang sukses. Kesuksesan tidak datang dengan sendirinya, tetapi melalui usaha kerja keras yang namanya inovasi.

Kebanyakan para pendidik merasa diri sudah pandai, apalagi sudah menjadi guru/pendidik bertahun-tahun, sehingga tidak perlu berinovatif untuk menghasilkan inovasi dalam pembelajaran. Silabus dan RPP tidak perlu dibuat, karena materi semuanya sudah di kepala, atau ada alasan lain lagi, silabus dan RPP tidak perlu dibuat karena menyita waktu, jika demikian bagaimana kita bisa menjadi pendidik yang inovatif yang sukses? Kesuksesan jangan dilihat dari materi cepat selesai? Jangan-jangan kita kena penyakit Asma (Asal Materi Abis) dianggap kita sudah sukses? Kesuksesan jangan dilihat dari hasil semata, tetapi dari proses yang terjadi.

Jadi  yang penting adalah proses menuju hasil. Kalau sukses itu dari hasil yang tidak instant, atau melalui proses, itu baru namanya usaha. Dan sebaliknya jika sukses itu dari hasil yang instant itu namanya ”curang”, jalan pintas ”korupsi”. Jadi, pendidik yang inovatif, tidak mengenal jalan pintas atau jalan instant.

Menjadi Pendidik yang Inovatif

Pendidik yang inovatif berarti seorang pendidik yang memiliki (intelektual/integritas, niat, optimis, variatif, arif, tampil beda, imajinatif, favorit).

Intelektual, seorang pendidik yang inovatif tentunya seorang yang berintelek dalam arti cerdas, berakal dan  berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan; daya atau proses pemikiran yg lebih tinggi yang berkenaan dengan pengetahuan; daya akal budi; kecerdasan berpikir. Agar berintelektual seorang pendidik harus belajar dan terus belajar mengasah diri.

Klik dan baca juga:  Dipanggil untuk Menjadi Orang Biasa

Integritas, seorang pendidik yang inovatif, merupakan seorang yang memiliki integritas dalam arti memiliki mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Seorang pendidik yangberintegritas, harus memiliki komitmen dan loyalitas, sikap rela berkorban, bertanggungjawab, kesetiaan, konsisten, dapat dipercaya, disiplin, kompeten, professional dalam menjalankan perannya atau profesinya.

Niat, seorang pendidik yang inovatif harus memiliki maksud, tujuan, kehendak (keinginan dalam hati) untuk melakukan sesuatu yang bermakna bagi orang lain, khususnya dalam membelajarkan peserta didik. Niat yang tulus sangat penting dalam membelajarkan peserta didik, yang dicirikan dengan persiapan diri, persiapan metode/model yang menyenangkan, menarik, bagi peserta didik, sesuai dengan bahan ajar yang akan kita sajikan.

Optimis, pendidik yang inovatif harus memiliki sikap optimisme dalam dirinya, dalam arti selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam melakukan atau menghadapi segala hal. Oxford Dictionary mendefinisikan optimisme sebagai memiliki “harapan dan keyakinan tentang masa depan atau hasil yang sukses dari sesuatu; kecenderungan untuk mengambil pandangan positif atau penuh harapan”.

Kata ini awalnya berasal dari optimal Latin, yang berarti “terbaik.” Menjadi optimis, dalam arti khas, pada akhirnya berarti satu mengharapkan hasil terbaik dari situasi tertentu. Hal ini biasanya disebut dalam psikologi sebagai optimisme disposisional. Dengan demikian, seorang pendidik harus selalu optimis dalam membelajarkan peserta didik. Sikap optimis seorang pendidik juga berarti menunjukan rasa percaya diri asal jangan sampai  percaya diri yang berlebihan (excessiveconfidence). Hilangkan keraguan atau pesimis dalam membelajarkan peserta didik., tetapi harus mampu tampil prima.

Variatif, pendidik yang inovatif harus memiliki metode/model yang variasi dalam pembelajaran, agar peserta didik tidak bosan dalam mengikuti PBM. Metode mengajar yang variatif adalah penggunaan beberapa metode yang dipakai oleh seorang pendidik untuk mendapatkan hasil PBM yang optimum. Ada bermacam macam metode atau model atau pendekatan dalam pembelajaran yang ibu bapak gunakan dalam PBM. Apalagi memasuki pembelajaran abad 21, yang dicirikan dengan 4C.

Arif, seorang pendidik yang inovatif harus bersifat arif/bijak; cerdik, pandai, berilmu. Kata arif berasal dari bahasa Arab `arofa – ma`rifat -`arif-ma`ruf yang arti dasarnya adalah kenal. Kenal berbeda dengan tahu. Tahu bersifat kognitip, bersifat pengetahuan, berbasis pengamatan atau teori. Sedangkan kenal sudah bersifat afektif berbasis pengalaman langsung. Sifat arif bukan hanya horizontal, tetapi juga vertikal.

Orang yang secara vertikal sudah arif disebut mencapai ma`rifat, yaitu mengenal Tuhan, bukan sekedar tahu ada Tuhan. Oleh karena orang arif sudah mengenal Tuhan-nya sebagai Yang Maha Baik, maka ia tabah ketika menerima kegagalan atau musibah, karena boleh jadi musibah itu hanya sekedar ujian yang diberikan Tuhan kepadanya. Orang arif tetap tersenyum dalam kesulitan, siap kecewa dan sedihpun tanpa kata-kata. Orang yang tidak arif mudah frustrasi, mengeluh dalam kesulitan, tidak siap kecewa dan jika bersedih, ia ungkapkan dengan berbagai kata cacian. Orang arif juga sudah mengenal dirinya, maka iapun tahu diri. Dengan demikian, seorang pendidik yang arif adalah seorang yang bijak, berilmu, serta mengenal kompetensi dirinya.

Apresiatif, pendidik yang inovatif juga harus bersifat apresiasi, dalam artian mampu menilai (menghargai) terhadap sesuatu. Apresiasi berasal dari bahasa Inggris, appreciation yang berarti penghargaan yang positif. Sedangkan pengertian apresiasi adalah kegiatan mengenali, menilai dan menghargai bobot seni atau nilai seni.  Biasanya apresiasi berupa hal yang positif, tetapi juga bisa yang negatif. Apresiasi terbagi menjadi tiga, yaitu kritik, pujian, dan saran. Efek dari pemberian apresiasi bagi seseorang (peserta didik) adalah orang tersebut akan lebih terpacu. Dalam konteks pendidik di sekolah, maka pendidik sedapat mungkin memberikan apresiasi kepada setiap peserta didik yang “aktif” dalam PBM di kelas, sehingga lebih termotivasi lagi. Apresiasi harus diberikan pada tempat, saat dan orang yang tepat, hilangkan unsur like or dislike.

Tampil beda, seorang pendidik yang inovatif harus berani tampil beda, dalam arti meninggalkaan pola lama yang konservatif dalam PBM dan beralih pada pola baru yang kreatif dan inovatif. Berani tampil beda juga berarti harus memiliki karakter yang berbeda dengan yang lain, dengan pola paikem gembrot. Lebih lanjut, berani tampil beda berarti berani bersikap benar kepada peserta didik, saat membelajarkan peserta didik di kelas. Jangan pernah takut/ragu karena harus tampil beda dengan pendidik yang lain di kelas, sebab anda pasti mendapat apresiasi dari peserta didikmu.

Klik dan baca juga:  Mari Pulangkan Agama pada Misteri

Imajinatif, seorang pendidik yang inovatif harus memiliki daya imajinasi, artinya pendidik yang memiliki kemampuan imajinasi yang tinggi yang akan mampu melahirkan ide-ide cemerlang yang penuh dengan inovasi. Karena tanpa kemampuan imajinatif yang tinggi, ide-ide yang lahir akan berhenti pada sebuah ide semata atau tidak lebih sebagai pengulangan akan ide yang ada sebelumnya. Kemampuan imajinatif seorang pendidik, tentu akan sangat mempengaruhi kualitas PBM yang dihasilkannya.

Interaktif, pendidik yang inovatif harus memiliki kemampuan interaksi dengan peserta didik saat PBM, khusunya harus terjadi dialog interaktif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata Dialog adalah karya tulis yg disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih, sementara pengertian Interaktif adalah bersifat saling melakukan aksi.

Bila digabungkan antara kedua arti kata antara dialog dan interaktif, maka kita dapat membuat pengertian dialog interaktif adalah karya tulis yg disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih dan bersifat saling melakukan interaksi. Dalam konteks PBM, maka dialog interaktif percakapan/komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik.

Favorit, seorang pendidik yang inovatif pada akhirnya akan menjadikannya sebagai seorang pendidik yang favorit, yang diunggulkan, dijagokan. Boleh dikatakan bahwa buah dari pendidik yang kreatif dan inovatif dalam PBM, menjadikannya pendidik yang disukai, disenangi oleh peserta didik. Dan sudah tentu keberhasilan/kesuksesan PBM akan tercapai/diraih. Dengan demikian pendidik tersebut, pantas mendapat apresiasi.

Penutup

“Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tetapi guru yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang-orang hebat.”

Seorang guru itu adalah orang yang berani mengajar dengan tidak berhenti belajar.”

Menjadi pendidik inovatif yang sukses adalah sebuah pilihan sekaligus keharusan, sebab kesuksesannya bermuara pada kesuksesan peserta didiknya. Agar seorang guru/pendidik inovatif, maka dalam dirinya  harus memliki kemauan, komitmen dan kesungguhan untuk belajar terus dan terus belajar, untuk meraih sukses. Kesuksesan seorang pendidik tercermin dalam kesuksesan peserta didiknya.

Jika peserta didiknya sukses dari hasil pendidik yang inovatif, maka akan menjadi promosi yang luar biasa bagi unit kerjanya dan pasti akan selalu dikenang. Dengan demikian, pendidik yang sukses tidak diukur dari selesai materi pelajaran sebelum waktu yang diagendakan dalam promes, prota. Kesuksesan tidak juga dinilai dari peserta didik diam saat pendidik menyampaikan materi ajar.

Kesuksesan bisa dilihat selama proses di kelas saat PBM berlangsung, juga dapat diihat dari sikap, karakter yang baik nan positif serta perbuatannya di luar kelas atau di masyarakat sebagai output sekaligus outcome. Maka, “merdeka belajar” hanya akan bermakna, jika para pendidiknya selalu berinovasi, artinya memiliki terobosan baru, mengenai mengenai hal yang berkaitan dengan pembelajaran peserta didik.