Pengamat Bilang Rekaman Suara Berbau Sara yang Viral di Kota Kupang Mengganggu Relasi Sosial

Pengamat politik, Ahmad Atang.

Kupang, detakpasifik.com Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK), Ahmad Atang menanggapi rekaman suara berbau sara diduga milik Ketua DPRD Kota Kupang, Yeskiel Loudoe yang viral di grup WhatsApp hari ini, Sabtu (29/5/2021). Ia mengatakan, rekaman suara itu telah menunjukkan bahwa telah terjadi pertarungan politik identitas yang berbasis agama dan etnis di lembaga DPRD Kota Kupang.

“Jika memang ini rekaman suara dari Ketua DPRD Kota Kupang, Yeskiel Loudoe maka dapat diduga bahwa di dewan sedang terjadi pertarungan politik identitas yang berbasis agama dan etnis,” kata Ahmad Atang kepada detakpasifik, Sabtu.

“Oleh karena itu, publik tidak terburu-buru menghakimi namun perlu dilakukan cek and recek agar tidak menimbulkan bias persepsi,” sambung Atang.

Menurut Atang, dalam politik tidak dapat dipungkiri bahwa bayang-bayang kepentingan entitas selalu muncul. “Namun, sangat disayangkan jika ini menjadi pandangan generalis,” ujarnya.

Klik dan baca juga:  Ismail Bahudin Siap Rebut Kursi Ketua Demokrat Lembata

Ia mengatakan rekaman suara yang beredar luas hingga memantik beragam tanggapan masyarakat itu menjadi sebuah preseden buruk dan mesti segera diluruskan agar tidak menjadi ‘bola liar’ karena dikotomi politik berbasis identitas akan sangat mempengaruhi dinamika politik di Kota Kupang.

“Hal ini penting agar tidak muncul politik rivalitas yang pada gilirannya dapat memperlebar keterlibatan publik akibat adanya sentimen ini,” ujarnya.

Karena itu, pengajar ilmu komunikasi politik pada sejumlah perguruan tinggi di NTT ini mengatakan, pernyataan yang viral dan diduga milik pimpinan lembaga DPRD itu sangat mengganggu relasi sosial masyarakat di Kota Kupang.

“Terlepas dari apakah pernyataan tersebut muncul dari Ketua DPRD Kota Kupang atau tidak namun sangat disayangkan karena akan sangat mengganggu relasi sosial masyarakat di kota ini,” kata Atang.

Klik dan baca juga:  Pria 24 Tahun Asal Oebelo Dilaporkan Tenggelam di Perairan Kupang Tengah

Ia menambahkan keberadaan anggota DPRD Kota Kupang yang berasal dari Flores dan beragama Katolik tidak mewakili entitasnya. “Mereka yang secara individu dan kelompok memiliki kepentingan politik bukan kepentingan agama apalagi kepentingan daerahnya,” imbuhnya.

Sebelumnya, rekaman suara viral di grup WhatsApp. Isi rekaman itu menyinggung demonstrasi yang terjadi di Kantor DPRD Kota Kupang pada Kamis (27/5/2021) yang dilakukan Aliansi Sikap Warga Kota (SIKAT).

Tujuan dari pendemo, menurut pemilik suara itu adalah untuk memberikan mosi tidak percaya kepada Yeskiel Loudoe yang berasal dari Kabupaten Rote dan beragama Protestan sebagai Ketua DPRD Kota Kupang.

“Jadi ini semua dari Flores ya lebih banyak orang Manggarai, agama pun Katolik. Jadi memberikan mosi tidak percaya kepada Yeskiel Loudoe agama Kristen Protestan,” ujar pria dalam rekaman itu.

Klik dan baca juga:  DPRD Kota Kupang Rombak Pimpinan Komisi, Yuvens Tukung Masih Bertahan

Pria itu lalu meminta agar pernyataannya ditulis. “Ya itu, itu tolong ditulis ya,” katanya.

Pemilik suara itu menyebutkan, orang yang bertanggung jawab dalam demonstrasi dan mosi tidak percaya itu ada enam orang dan seluruhnya beragama Katolik dari Pulau Flores. Demo itu menurutnya menuntut Ketua DPRD Kota Kupang.

“Yang bertanggung jawab dalam mosi ini, dalam demo ini ada enam orang sampai keseluruhannya beragama Katolik dari Flores, minta ketua DPRD untuk turun, Yeskiel Loudoe agama Kristen Protestan, supaya masyarakat tahu ya,” ujar pemilik suara itu.

“Tapi saya perlu sampaikan bahwa ini yang bertanggung jawab dalam demo ini seluruhnya, hampir keseluruhannya orang Flores dan beragama Katolik untuk menjatuhkan Ketua DPRD Kota Kupang, Yeskiel Loudoe asal Rote agama Kristen Protestan,” sambungnya.

 

(dpasifik)