Kupang, detakpasifik.com – Misa perayaan Jumat Agung di Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui, Jumat (2/4/2021) berlangsung aman dan khidmat. Misa ini dipimpin oleh Romo Andreas Sika dan Romo Johannes Bria.
Dalam pelaksanaannya, semua umat yang hadir diminta untuk selalu mematuhi protokol kesehatan. Prosesi mencium Salib pun diganti dengan cara berlutut dan menunduk di depan Salib demi mencegah penularan Covid-19.
Disaksikan detakpasifik, umat yang hadir dalam misa perayaan Jumat Agung ini tampak mengenakan masker.
Dalam khotbahnya, Romo Johannes Bria meminta umat untuk merenungi makna sesungguhnya dari pengorbanan Yesus Kristus di kayu Salib.
Jumat Agung merupakan perayaan iman tentang kesengsaraan dan derita Tuhan. Konsekuensi iman kita adalah mengimani Tuhan yang menderita dan tersalib itu. Salib menjadi tanda derita tetapi sekaligus membawa sukacita.
“Tidak ada kebangkitan tanpa Golgota, tidak ada sukacita tanpa dukacita. Iman orang Katolik sejatinya harus mempertahankan dimensi Salib itu. Sebab kehidupan kita sering diwarnai dengan dinamika Salib, derita dan sukacita. Maka mempertahankan iman sama dengan mempertahankan makna Salib bagi kehidupan,” ujar Romo Johannes dalam khotbahnya.
Romo juga mengajak umat untuk mendoakan situasi pandemi yang sedang melanda dunia saat ini, serta mendoakan keberagaman yang ada di dunia, agar hal tersebut dimaknai sebagai sebuah anugerah dan bisa hidup berdampingan yang penuh kasih dan kedamaian sejati.
Misa perayaan Jumat Agung di Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui berlangsung selama kurang lebih 2 jam dalam suasana khidmat.
Berlangsungnya misa yang aman tersebut tidak terlepas dari partisipasi umat dan semua yang hadir. Pengamanan dibantu dari tim gabungan TNI Polri dengan jumlah 3 orang TNI dan 4 orang Polisi serta kepanitiaan yang sudah bekerja keras dan kompak yang diketuai oleh Bapak Yosep Lassa.* (Yulin Kurnia)