NTT, Ekbis  

Potensi Berlimpah, Tetapi Desa Compang Congkar Merana di Akses Jalan Raya

1669959298987
Christo Seda (baju hitam) Melkior Dayor (selendang), Norman Batmaro dan Pius Rengka (baju putih).

Compang Congkar, detakpasifik.com Meski potensi Desa Compang Congkar, Kecamatan Congkar, Kabupaten Manggarai Timur, cukup berlimpah, tetapi akses jalan raya amatlah sangat merana.

Hingga hari ini akses jalan raya Congkar-Borong, Congkar-Ruteng (pergi pulang/pp), ditempuh 8 jam atau bahkan lebih. Dalam kondisi serupa itulah Bank NTT melakukan binaan terhadap warga pengusaha lokal di wilayah itu.

Satu-satunya angkutan umum yang dipakai ialah truk bus. Truk bus adalah colt diesel yang dimodifikasi menjadi bus angkutan rakyat. Kursi terbuat dari papan, digelar melintang di body colt.

Truk bus mengangkut penumpang dan hasil bumi ke kota. Hal itu terjadi lantaran jalan rusak berat. Karena itulah satu-satunya tantangan dan keluhan terbesar rakyat di Compang Congkar ialah jalan rusak itu. Maka mereka mengharapkan agar pemerintah (kabupaten atau provinsi) segera memperhatikan nasib rakyat di kawasan itu.

Angkutan pergi pulang (pp) ke sana hanya dapat diakses colt diesel yang diubah menjadi truk bus. Jika sedikit punya nyali, manusia dapat menumpang ojek sepeda motor besar.

Baca juga:

Klik dan baca juga:  Didatangi 6 Pemuda TTS, Viktor Laiskodat: Kalian Telah Membuktikan Kepada Saya

Kondisi itu dilukiskan Melkior Dayor (32), Kepala Seksi Pemerintahan Desa Congkar, Kecamatan Congkar, Kabupaten Manggarai Timur tatkala ditemui tim juri Desa Binaan Bank NTT, Pius Rengka, Christo Seda dan Norman Batmaro, di Bealaing, Kecamatan Poco Ranaka, Manggarai Timur, dua pekan silam, 23 November 2022.

Melkior Dayor, menyatakan, jika saja pelayanan Bank NTT dekat, diyakininya akan banyak nasabah yang mengakses Kredit Merdeka.

Meski kondisi dan situasi demikian, kata Dayor, hingga petang dua pekan lalu, dilaporkan telah 10 orang nasabah dari kelompok penenun yang menggunakan fasilitas Kredit Merdeka Bank NTT.

Kelompok penenun ini sangat yakin bahwa tenunan mereka laku di pasar karena Bank NTT terlibat dalam proses memberi modal dan membantu pemasaran.

Tenunan khas Congkar adalah sejenis tenunan langka, karena berbeda dengan tenunan Manggarai di Manggarai Raya.

Klik dan baca juga:  Korupsi, Tantangan Kepemimpinan Prabowo

Harga jual tenunan songke Congkar Rp 500.000/lembar. Kecepatan produksi, rerata satu penenun memproduksi satu lembar tiap minggu. Karena itu, sejak ada Kredit Merdeka Bank NTT, konsolidasi para penenun kian diperkuat agar organisasi para penenun makin kuat dan solid. Kini anggota tenunan Congkar 20 orang, terbagi dalam dua kelompok usaha.

Pilihan redaksi:

Kecuali tenunan songke Congkar, Melkior Dayor menyebutkan potensi lain. Dua tanaman perdagangan yang sangat kuat di Congkar, yaitu kopi jenis robusta dan arabika. Rerata panen setahun 50 ton. Bahkan lebih. Di pasaran, kopi robusta dijual Rp 30.000/kg, arabika Rp 50.000/kg.

Harga demikian, menurut Dayor amat miring. Sebelumnya dua jenis kopi itu dijual dengan harga jauh lebih tinggi. Hal itu terjadi diduga karena permainan para tengkulak dan pengepul kopi.

Klik dan baca juga:  Menengok Pesan Viktor Laiskodat Terhadap Penyaluran Beras di Masa PPKM

Kecuali, potensi kain tenun khas Congkar dan kopi, di Desa Compang Congkar pun petani memproduksi jahe, vanili dan cengkeh. Sayangnya, semua jenis potensi itu dihajar harga tidak kompetitif lantaran permainan pasar yang diduga dilakukan para tengkulak.

Di Desa Compang Congkar juga terdapat situs tua berupa rumah adat yang terletak di Kampung Pata. Diduga usia rumah adat ini telah menelan waktu berabad-abad yang dibangun nenek moyang mereka di atas batu wadas yang kokoh.

 

(dp/pr)