Roh Kebenaran Memimpin Kita pada Kebenaran 

p2
Perayaan misa Hari Raya Pentakosta di Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Minggu (23/5/2021). Foto/RR.

Ruteng, detakpasifik.com Demikian judul homili dari Pater Kris Sambu, SVD pada perayaan misa untuk merayakan Hari Raya Pentakosta di Gereja Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong, Minggu (23/5/21).

Pater Kris dihadapan umat Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong yang hadir pada perayaan misa menegaskan, fakta yang dialami oleh semua orang dalam hidup ini adalah selalu ada ketegangan antara dua kekuatan sekaligus kebutuhan, yakni daging dan roh. Dua kekuatan ini akan menggiring orang kepada tindakan, pola pikir, tutur kata, mentalitas dan semangat hidup beriman.

Kekuatan daging, kata Pater Kris akan mendatangkan hal-hal yang menghancurkan dan kematian, seperti yang dikatakan Paulus dalam suratnya kepada umat di Galatia, antara lain pencabulan, kecemaran, hawa nafsu, percekcokan, penyembahan berhala, sihir, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, roh pemecah dan kedengkian, kemabukan, dan pesta pora.

Selain itu, Pater Kris menambahkan, kekuatan daging pasti membawa kehancuran dan kematian. Nampak nikmat dan menyenangkan bahkan dianggap sebagai berkat. Orang menghalalkan judi online sebagai berkat karena dia pernah menang satu kali. Tapi lebih banyak yang rugi. Sekali merasa untung, tetapi lebih banyak yang buat buntung.

Klik dan baca juga:  Arus Mosi Tidak Percaya Terhadap Ketua DPRD Kota Kupang Terus Menguat

Ia mengingatkan kembali dimana Kitab Suci berbicara tentang roh jahat atau setan yang menggoda Yesus saat lapar di padang gurun untuk merubah batu menjadi roti. Rasanya nikmat, tetapi jika Yesus mau, maka seluruh karya perutusan Yesus akan gagal, sebab Ia hanya alami nikmat sesaat.

Menurutnya, sebagai orang beriman, jika kita sakit, menderita, alami kesulitan bukan karena Tuhan tidak mencintai kita. Tuhan kabulkan permohonan kita sesuai kehendak-Nya, bukan keinginan kita.

Akan tetapi kekuatan Roh, lanjutnya akan memperlihatkan buah-buah yang membawa harapan, dan kehidupan; sukacita, damai, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, sikap lemah lembut dan penguasaan diri.

“Kekuatan-kekuatan ini juga seringkali menyusup masuk dalam kehidupan menggereja yang menimbulkan perdebatan sengit di dalam hati orang beriman; apakah yang dilakukan oleh orang beriman itu merupakan keinginan pribadi ataukah demi misi gereja universal? Apakah di dalam karya pelayanan seorang beriman, kita sudah menuruti Roh dan menghasilkan buah?“ ungkap Pastor Paroki Ekaristi Kudus ini.

p1

Lebih lanjut ia meyakinkan umat bahwa pelayanan yang didasarkan pada bimbingan Roh Kebenaran akan berbuah kebaikan, akan semakin banyak orang memuliakan Tuhan dan menikmati keselamatan yang dijanjikan Tuhan sendiri melalui kehadiran dan pelayanan orang beriman.

Klik dan baca juga:  Boikot Sidang Paripurna Bukan Budaya Kerja DPRD

“Kita perlu sadar bahwa sebagai orang beriman tidaklah mudah untuk bersaksi dan menghasilkan buah-buah iman. Maka di sinilah kita diingatkan akan peran Roh Kudus yang secara nyata. Roh Kudus-lah yang membimbing kita masuk dalam hidup dan pribadi Kristus. Sebagaimana pengalaman para rasul yang diwartakan dalam bacaan pertama hari ini,” imbuhnya.

Pada hari raya Pentakosta ini, ajakan Pater Kris, agar kita semua mesti membantu sesama dan diri kita sendiri, keluarga kita, lingkungan masyarakat kita, komunitas gereja seluruhnya untuk hidup dan bekerja, berpikir dan bertindak, merasa dan mengalami di bawah bimbingan dan tuntunan Roh Kudus, bukan seturut keinginan daging.

“Kita semua adalah persekutuan umat Allah yang harus terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan pastoral, kita semua mesti dengan kehendak baik ikut berpikir solutif terhadap persoalan-persoalan sosial yang dihadapi umat. Semoga Roh Kudus beri pencerahan bagi hati nurani dan akal budi kita agar mampu mengatasi tantangan-tantangan hidup. Turutilah Roh dan jauhkan keinginan daging,” tegas Pater Kris.

Klik dan baca juga:  Lebih dari Setengah Anggota DPRD Gulirkan Mosi Tidak Percaya Ke Yeskiel Loudoe

Perayaan misa merayakan Hari Raya Pentakosta ini dihadiri kurang lebih 400 umat dari kapasitas tempat duduk yang disediakan untuk 1.000 orang. Pembatasan jumlah tempat duduk ini merupakan kebijakan paroki selama masa pandemi Covid-19 yang mengacu pada Instruksi Pastoral dari Uskup Ruteng tahun 2021, dan sejauh ini paroki masih konsisten untuk menerapkan protokol kesehatan selama perayaan misa pada setiap hari Minggu.

Kebijakan paroki tentang pembatasan jumlah tempat duduk ini adalah wujud keterlibatan gereja dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19 di Kabupaten Manggarai.*

Kontributor: Rikhardus Roden

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *