Oleh Juan Pesau, Pemimpin Umum detak-pasifik.com
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank NTT yang dijadwalkan pada 14 Mei mendatang menarik perhatian publik, terutama setelah Gubernur Nusa Tenggara Timur Melki Laka Lena menegaskan bahwa posisi direksi dan komisaris terbuka bagi seluruh masyarakat NTT. Pernyataan ini mencerminkan semangat keterbukaan dan mengisyaratkan perubahan paradigma dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di NTT.
Sebagai pemegang saham pengendali, sikap Gubernur Melki Laka Lena menjadi penanda penting bahwa kepemimpinan di Bank NTT tidak lagi bersifat elitis atau terbatas pada lingkaran kekuasaan tertentu. Transparansi dalam proses seleksi direksi maupun juga komisaris merupakan syarat mutlak untuk menciptakan bank daerah yang profesional, kompetitif, dan mampu bersaing secara sehat di tengah tantangan industri perbankan nasional.
RUPS bukan sekadar forum pengambilan keputusan formal tahunan, tetapi juga menjadi panggung untuk menilai sejauh mana tata kelola perusahaan dijalankan secara akuntabel. Dengan dibukanya kesempatan bagi masyarakat umum, Bank NTT membuka ruang bagi figur-figur potensial dari berbagai latar belakang, termasuk profesional perbankan, akademisi, hingga diaspora NTT yang tersebar di luar daerah.
Langkah ini patut diapresiasi, namun juga harus dibarengi dengan sistem seleksi yang ketat, objektif, dan berbasis meritokrasi. Tanpa itu, keterbukaan hanya akan menjadi slogan kosong.
Seperti Apa Kinerja Bank di Bawah Kepemimpinan Yohanes Landu Praing?
Sejak menjabat sebagai Plt Direktur Utama, Yohanes Landu Praing telah menunjukkan kepemimpinan yang efektif dengan berbagai pencapaian signifikan. Dalam pemberitaan sejumlah media lokal menyebutkan sejumlah pencapaian Bank NTT di bawah kepemimpinan Landu Praing . Misalkan: Pertumbuhan Laba: Laba Bank NTT meningkat sebesar 45,94% year-on-year (YoY), dari Rp155 miliar pada Desember 2023 menjadi Rp240 miliar pada Desember 2024, Peningkatan Aset dan Kredit: Aset bank mencapai Rp17,44 triliun per September 2024, dengan total kredit sebesar Rp12,782 triliun, Digitalisasi Layanan: Pengguna mobile banking meningkat menjadi 114.547, dengan pertumbuhan transaksi sebesar 78,49% YoY. Layanan QRIS tumbuh 45,74%, dan layanan Agen Dia-Bisa tumbuh 15,60%, Dukungan terhadap UMKM: Bank NTT telah membiayai lebih dari 10.000 pelaku usaha dengan total plafon Rp150 miliar pada 2024, dan menargetkan peningkatan menjadi 15.000 pelaku usaha dengan plafon Rp200 miliar pada 2025. Kolaborasi Strategis: Bank NTT menjalin sinergi dengan Bank Jatim untuk memperkuat posisi dalam menghadapi tantangan industri perbankan ke depan.
Bank NTT sebagai BUMD strategis memiliki peran besar dalam menopang pembangunan ekonomi daerah. Namun, tantangan yang dihadapi cukup kompleks—dari aspek permodalan, digitalisasi, hingga kepercayaan publik. Oleh karena itu, pemimpin bank harus memiliki kapasitas teknis, integritas tinggi, serta visi jangka panjang.
Jika proses rekrutmen direksi dilakukan secara transparan dan akuntabel, maka Bank NTT berpeluang besar menjadi model bank daerah yang sehat dan berdaya saing. Sebaliknya, jika proses ini kembali dikendalikan oleh kepentingan politik jangka pendek, maka publik hanya akan menyaksikan pengulangan kegagalan masa lalu.
RUPS 14 Mei 2025 menjadi momentum penting bagi reformasi tata kelola Bank NTT. Pernyataan Gubernur bahwa posisi direksi terbuka bagi masyarakat umum harus diterjemahkan dalam tindakan nyata yang melibatkan lembaga seleksi independen, uji kelayakan terbuka, serta pelibatan publik dalam pengawasan.
Jika hal ini terlaksana, maka kepercayaan masyarakat akan tumbuh, dan Bank NTT dapat bertransformasi menjadi institusi keuangan yang tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga kebanggaan rakyat Nusa Tenggara Timur.*