Redaksi – Ini peristiwa dua pekan silam. Sejumlah anak muda duduk berhimpun di sebuah ruang baca di bilangan Liliba, Jl. Antarnusa, Kota Kupang. Mulanya, sebagaimana biasa-biasa saja, para anak muda ini tak berkaca pada sekadar cita-cita, tetapi mereka menabrak sesanggupnya kebiasaan menanti matang melalui jembatan pengalaman. Mereka berbicara asal kena tentang aneka soal dalam kehidupan yang mereka tempuh.
Mereka anak muda yang, tentu saja, masih sangat hijau untuk tidak disebut tanpa banyak pengalaman. Mereka berikhtiar membangun sebuah pengalaman, merajut selembar hasrat dari aneka utasan benang tenunan pengalaman sepenggal bahkan cenderung nekat.
Pengalaman membangun media online, adalah satu soal lain, tetapi juga pengalaman menulis merupakan hal lain lagi. Tetapi karenanya, mereka mengajak orang lain yang diduganya lebih senior dalam bidang media massa. Maka hasrat ini pun kian kental, kuat dan kokoh tak tergoyahkan.
Adalah mereka anak-anak muda, masih amat sangat belia. Bahkan ada di antaranya sedang kuliah di semester dua di sebuah kampus tua. Lainnya lagi barusan rampung dari bangku kuliah. Mereka, umumnya anak petani. Mereka merantau di tanah jauh mengais rejeki dari remah-remah hasrat ingin tahu yang tak pernah padam. Lalu mereka menemukan titian kecil renik dan rapuh untuk menuntun jalan dengan mengumpul kekuatan yang sedang mereka punya. Latar belakang studi, jadi modal utama.
Bukan lantaran mereka gamang mencari pengalaman, melainkan karena mereka berhasrat amat sangat kuat untuk membangun tradisi akademik, tradisi yang sesuai konteks dan terutama kebiasaan memanfaatkan maksimal kemampuan teknologi dari jaman yang kini kian mengalir gamang dan pergi ke akar.
Maka, begitulah. Tepat 6 Maret 2021, mereka bersepakat mendirikan sebuah media online. Mula-mula, mereka bergagas tentang nama cukup ambisius. Bahwa NTT, bukan saja lokus penentu peristiwa fenomenal tempat dari mana datangnya banyak penulis di tanah air, tetapi NTT pun provinsi yang, karena letaknya di ufuk selatan tanah air, tentu sanggup menjadi pusat putaran ide untuk kemudian disebar, disiram ke seluruh penjuru jagat. Tetapi, lantaran masih banyak di antaranya yang sadar, bahwa dunia yang kini hendak direngkuh, bukan lagi ditentukan letak lokasi tempat dari mana para penentu pusaran teknologi itu datang, melainkan ditentukan kekuatan ide yang menentukan lokasi dunia.
Sebagaimana derap langkah ideologi globalisasi, yang telah mulai hadir sejak agama-agama besar menyebar ke seluruh antero jagat, maka ide pun berlari liar tanpa batas ke semua arah. Begitu pun ekonomi dan politik. Dan, NTT adalah sarang bagi hasrat yang selalu tertunda.
Demi hasrat dan geram akan citra demikian, maka satu di antaranya menyebutkan, beri saja nama media online ini dengan PacificVoice, lantaran cita-citanya mencatat peristiwa dan mencakup seluruh peristiwa di kawasan Pasifik yang dicatat oleh manusia NTT.
Argumennya tandas, bahwa ekonomi dunia pun tampaknya tidak lagi ditentukan oleh dinamika ekonomi di kawasan Atlantik, yang dipimpin Amerika Serikat dan para pengikut setianya di belahan lain dunia barat, melainkan ekonomi dunia telah cenderung mengalir riuh ke kawasan Pasifik, terutama Pasifik Selatan di Timur. Dan, NTT ada di dalam lingkaran kawasan itu.
Lainnya mendebat bergagas, bukan sekadar nama media online PacificVoice, melainkan Pasifik sebagai kawasan pengaruh ceritera tentang hari ini dan masa depan, sehingga media online ini haruslah diberi nama KabarPasifik atau WartaPasifik. Tetapi, mengapa harus Pasifik?
Pasifik tidak sekadar orientasi kawasan wilayah pengaruh di masa kini dan depan, tetapi kata Pasifik pun menjadi inspirasi dan spirit ideologis utama tentang perdamaian yang berakar kuat pada term pacem dari bahasa Latin yang berarti damai. Kata damai itu haruslah menjadi urat nadi para jurnalis yang terlibat, karena semua warta yang diwarnai damai akan pasti tidak menegasikan peran pihak lain yang mungkin berlainan dengan sejumlah kelainannya.
Meski tugas jurnalis adalah mencatat dan mengabarkan catatannya, tetapi catatan yang dikabarkan selayaknya tidak nihil perspektif dan paradigma yang menggerakkan gagasannya. Gagasan dicatat, peristiwa dilihat tak hanya oleh kasat mata, tetapi terutama dipantau dengan semangat pergi ke lebih dalam.
Demi mendamaikan tarung sengit ide para penggagas yang, tampaknya tak bakal lekas selesai, disepakatilah nama media online yang dibidani 8 orang itu dengan nama pasti yaitu detakpasifik.com.
Mengapa detak, bukan detik atau denyut, atau sejenis lainnya? Karena “detak” adalah perihal substansi. Tanpa detak, makhluk hidup apa pun mati. Kata detak adalah representasi fenomena kehidupan, gejala ontologis gerakan, dinamika kehidupan, orientasi pemikiran dan bahkan ideologi pengaruh tentang dambaan paling jauh dan dalam dari semua umat manusia.
Manusia pada saatnya, entah kapan, akan meninggalkan gelanggang main dan pesona kehidupan, bukan demi awalnya, melainkan demi akhir untuk menentukan awal yang baru. Manusia itu makhluk peziarah yang terus mencari makna. Manusia terus mencari dengan kerinduan untuk menemukan, dan menemukan dengan kerinduan untuk terus mencari lagi. Apa yang dicari dan mengapa? Yang dicari adalah kebaikan dan kebenaran karena keduanya menyempurnakan kehidupan dengan pemberi kehidupan itu sendiri.
Begitulah, di kandang lahirnya media online detakpasifik.com disepakati peluncuran perdananya tepat pukul 08.00 Wita di Kupang. Mengapa? Karena penggagasnya 8 orang, sekaligus ke-8 orang itulah wartawan pengawal ceritera tentang dunia media online ini.
Sebagai gagasan dan mungkin tekad bulat pengkonkritan gagasan, tentu saja, bukan tanpa rona noda tantangan. Tantangan beragam, sebagaimana merepresentasi warna latar belakang studi para penggagasnya. Untunglah, ada diantaranya yang sanggup melamar diri mengerjakan apa dan mau bertanjgung jawab soal apa.
Maka, latihan jurnalistik serba darurat pun terjadilah. Mulai dari awal, yaitu tentang teknik menulis berita dan diskusi tematik tentang rubrikasi yang dikerjakan sambil lalu tetapi tekun hingga dini hari. Meski belum ada diantaranya yang tumbang lantaran tekanan psikologis pengaruh adrenalin deadline dan dateline, tetapi hingga hari peluncuran menjelang tiba, 8 personil detakpasifik.com tetap fit oleh pengaruh kobaran semangat api hasrat yang menyala-nyala.
Lalu, disusunlah struktur kelembagaannya sebagaimana kini tampak dalam susunan redaksi media online detakpasifik.com yang mulai meluncur Minggu, 14 Maret 2021 dan disiarkan ke publik, tepat pukul 16.30 Wita. Sedangkan hari lahir detakpasifik.com disepakati tanggal 6 Maret 2021. Sehingga nantinya, Hari Ulang Tahun detakpasifik.com diperingati saban tanggal 6 Maret.
Para pemasak sayur kabar kisah di dapur redaksi itu masing-masing, Juan Nombur, Irfan Budiman, Andry Mulyadi, Yulin Kurnia, Sinto Darman, Chelni, Kristoforus dan Pius Rengka. Maka di pundak 8 penggagas detakpasifik.com itulah tanggung jawab di beranda belakang dapur redaksi ini. Ke depan, dimungkinkan hadirnya peminat serupa yang hendak bergabung dengan detakpasifik.com jika cocok dengan gagasan ideologis media online detakpasifik.com
Kami menawarkan gagasan, pembaca menyimpulkan. Motonya, singkat saja. Aktual dan penting. Silahkan ditimbang dan kita mulai.
Selamat membaca.