LEWOLEBA, DETAKPASIFIK.COM- Kabupaten Lembata mungkin sering terlupakan. Letaknya di sebuah sudut Indonesia. Ini adalah sebuah wilayah dengan potensi besar namun menghadapi berbagai tantangan.
Di tengah hiruk-pikuk politik lokal di Kabupaten Lembata, nama Thomas Ola Langoday muncul sebagai sosok yang pernah memimpin kabupaten ini dengan visi dan dedikasi tinggi. Namun, perjalanannya tidaklah mudah.
Thomas Ola Langoday adalah mantan Wakil Bupati dan mantan Bupati Kabupaten Lembata. Ia adalah kader Partai Demokrat yang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat NTT. Pada tahun 2024, Thomas kembali mencoba peruntungannya untuk maju sebagai Bupati Lembata, membawa harapan untuk perubahan dan kemajuan.
Namun, di tengah upaya tersebut, ia menghadapi tantangan yang tidak terduga – partainya, yang seharusnya menjadi penopang utama perjuangannya, justru menarik dukungannya. Bersama Thomas, Marsianus Jawa, putra asal Kabupaten Nagekeo, turut maju sebagai calon Bupati Lembata dan juga berproses di Partai Demokrat.
Meskipun Thomas menempati elektabilitas tertinggi sebagai calon Bupati Lembata, jauh meninggalkan Marsianus Jawa, keputusan DPP Partai Demokrat justru lebih memilih Marsianus Jawa ketimbang kadernya sendiri, Thomas Ola Langoday.
Keputusan ini menimbulkan pertanyaan besar bagi masyarakat Lembata. Mengapa partai yang seharusnya mendukung kadernya yang berprestasi justru memilih calon lain? Keputusan ini mengguncang kepercayaan banyak orang terhadap Partai Demokrat di wilayah tersebut.
Fenomena ini menjadi cermin dari dinamika politik yang kadang-kadang bisa sangat tidak terduga. Di tengah arus politik yang sering kali bergejolak, Thomas tetap menunjukkan komitmennya kepada masyarakat Lembata. Baginya, kepercayaan dan harapan masyarakat adalah sumber kekuatan yang sejati.
Kisah Thomas Ola Langoday adalah potret seorang pemimpin yang tidak gentar oleh rintangan. Dengan atau tanpa dukungan partai, Thomas terus berjuang untuk masa depan Lembata. Di tengah segala tantangan, tekadnya tidak pernah surut. Ia percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten.
Meskipun ditinggalkan oleh partainya, Thomas tidak pernah merasa sendiri. Dukungan dari masyarakat yang merasakan dampak positif dari kepemimpinannya menjadi bahan bakar yang terus menggerakkan langkahnya.
Antonius Ola, seorang warga Lembata, berkata, “Kami berharap Thomas tidak putus asa dan tetap semangat. Kami masih berharap dia bisa lolos menjadi calon Bupati Lembata.” Yustina, warga lainnya, menambahkan, “Thomas telah banyak berbuat untuk Lembata. Kami ingin melihat dia terus maju dan memimpin kabupaten ini menuju perubahan yang lebih baik.”
Menanggapi situasi ini, Thomas Ola Langoday menyampaikan komentarnya yang dikutip secara lengkap. Berikut komentar Thomas Ola Langoday, “Apa pun peristiwa hari ini, saya tetap percaya dan yakin, bahwa TUHAN sudah merencanakannya untuk saya. Satu keyakinan, tidak ada yang kebetulan terjadi di muka bumi ciptaan Tuhan ini. Tuhan memberi saya kesempatan untuk lebih gigih memperjuangkan cita-cita atas rintangan yang menghadang, tetapi rintangan itu tidak akan melebihi kemampuan saya. Siapa pun bupati Lembata, TUHAN SUDAH TULIS TARO. Tugas kita adalah bekerja, bekerja & bekerja, karena kita tidak mengetahui NAMA SIAPA YANG TUHAN SUDAH TULIS TARO.
Suatu cita-cita besar adalah jika menjadi bupati Lembata maka membawa Lembata menjadi KABUPATEN BERPERADABAN. Betapa tidak, suatu bangsa yang tidak berperadaban adalah bangsa yang tertinggal. Infrastrukturnya tertinggal, SDM tertinggal, ekonominya tertinggal, kondisi daerahnya tertinggal, keuangan daerahnya tertinggal, masyarakatnya miskin.
Karena itu, ingin FOKUS MEMBANGUN, fokus membangun pada 6 kriteria daerah tertinggal dengan 27 indikatornya supaya Lembata menjadi KABUPATEN BERPERADABAN. Saya yakin, Tuhan & Leluhur Lewotana Lembata mendengarkan DOA-DOA saya dan sebagian besar masyarakat Lembata yang masih mencintai KEJUJURAN, senang berbuat BAIK, BENAR & PANTAS, akan mendukung Lembata menjadi Kabupaten BERPERADABAN. Semuanya bisa dilakukan hanya jika masyarakat Lembata BERSATU (TA’AN TOU) sesuai spirit statement 7 MARET 1954 yaitu TA’AN TOU membangun Lembata dari ketertinggalan ekonomi, keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan.”
Thomas Ola Langoday adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang berjuang demi rakyatnya, bukan demi kekuasaan semata.
Perjalanan Thomas masih panjang, dan masa depan Lembata masih penuh dengan kemungkinan. Namun satu hal yang pasti, Thomas Ola Langoday akan terus menjadi simbol keteguhan hati dan dedikasi, menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah pada rintangan, tetapi justru bangkit dan melawan dengan penuh semangat.***(min-koin)