UKSW Kukuhkan Profesor Darmawan Utomo sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Deep Learning

Salatiga, detak-pasifik.com- Pada Kamis (27/2/2025) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) secara resmi mengukuhkan Prof. Darmawan Utomo, S.T., M.Eng., Ph.D., sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer (FTEK) dalam ranting ilmu Deep Learning.

Dikukuhkannya Prof. Darmawan, S.T., M.Eng., Ph.D., sebagai Guru Besar dalam kepakaran Deep Learning merupakan sumbangsih besar terhadap dunia Artifical Intelligence (AI). Kontribusi ini diharapkan dapat memantik percepatan pemanfaatan AI di kalangan masyarakat.

Capaian Prof. Darmawan sebagai Guru Besar bukan hal yang mudah, banyak tantangan dan halangan yang beliau alami selama menempuh profesi sebagai akademisi. Kendati demikian, motto hidup menjadi lorong harapan bagi Prof. Darmawan dalam melalui aral rintang.

“Sebagai dosen di bidang teknik atau engineering dengan ditempatkan Tuhan di antara alam semesta yang luas ini, ada dua motto hidup, ‘Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan’ dan ‘Carilah dahulu kerajaan Allah serta kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan padamu.’ Dalam pencarian pengetahuan sering menjumpai kendala, maka saya mendasarkan diri pada dua ayat tersebut, dan biasanya Tuhan membukakan jalan,” ujar Prof. Darmawan.

Prof. Darmawan yang memiliki nama kecil Hong Wei ini telah bergelut dalam bidang untai digital dan AI selama lebih dari 25 tahun lamanya, melalui jenjang pendidikan Doktoral Computer Science and Information Engineering di National Chung Cheng University, Prof. Darmawan mulai berkonsentrasi pada penerapan Deep Learning dalam upaya mendeteksi dan mengidentifikasi anomali pada sistem temporal.

Klik dan baca juga:  Menuju Puncak Prestasi dengan Meningkatkan Kesiapan Tugas Guru

Dalam mencapai prestasi mentereng sebagai Guru Besar, berbagai artikel ilmiah karya beliau telah terpublikasi dalam Jurnal Internasional Bereputasi, diantaranya Deep neural network-based spatiotemporal heterogeneous data reconstruction for landslide detection (2022) yang diterbitkan jurnal Springer, A Multitiered Solution for Anomaly Detection in Edge Computing for Smart Meters (2020) yang diterbitkan oleh jurnal Sensors.

Perjalanan Meniti Akademisi

Profesor Darmawan kelahiran Surakarta pada 29 Mei 1969, anak keempat dari delapan bersaudara ini sejak remaja telah memiliki minat terhadap bidang elektronika. Pada 1988, beliau memutuskan menempuh Program Studi Teknik Elektro UKSW dan rampung pada 1993. Selepas mendapat gelar Sarjana, Prof. Darmawan tak hengkang dari dunia akademis, beliau memilih mendedikasikan diri sebagai tenaga pendidik dan bergabung dengan UKSW pada 1 Juli 1993.

Enam tahun berselang, dirinya memperoleh gelar Magister di Asian Institut of Technology Thailand pada program studi Computer Science and Information Management (1999).

Selama pengabdiannya di UKSW, setidaknya Prof. Darmawan telah menerbitkan tujuh artikel ilmiah Internasional serta lima seminar ilmiah internasional di Malaysia, Hawai, Taiwan, dan China. Pada 2008, Badan Penelitian dan Pengembangan provinsi Jawa Tengah memberikan pendanaan pada penelitian beliau yang berjudul, “Pengering Kayu dengan Microwave”. Selain itu pada 2021, beliau mendapatkan penghargaan Scholastic Honor Society of the Republic of China oleh Phi Tau Phi (Philosophy, Technology, and physiology) ROC, sebuah ikatan intelektual dan profesional yang terpusat di China.

Klik dan baca juga:  Ngabuburit Seru di UKSW Bareng BNI: Membangun Masa Depan dengan Wawasan dan Kuliner Inovatif

Demokratisasi AI

Dalam pengukuhannya, Prof. Darmawan akan mempersembahkan orasi ilmiah yang bertajuk, “Demokratisasi AI: Deteksi Anomali Temporal pada Sistem Berbasis Sensor menggunakan Deep Learning.” Dalam penelitiannya, ia memprediksi pada tahun 2030, sebuah era kecerdasan buatan telah sepenuhnya hadir dalam kehidupan manusia.

“Era kecerdasan buatan atau melebihi kecerdasan manusia diprediksi akan ada pada akhir 2030. Manusia dituntut untuk beradaptasi dan sekaligus mengembangkan model terbaru untuk mendukung kesejahteraan bersama,” ungkapnya.

Namun ia menyoroti perkembangan teknologi hanya akan berkutat di negara maju dengan indeks Sumber Daya Manusia yang tinggi. Maka demokratisasi AI adalah upaya yang diperlukan guna kepentingan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

“Sayangnya proses pelatihan yang melibatkan miliar bahkan triliunan parameter hanya dapat diakses melalui perusahaan besar di negara maju yang kaya dengan teknologi dan Sumber Daya Manusia. Maka para pengembang AI berupaya melakukan demokratisasi AI guna dapat dieksplorasi masyarakat luas,” imbuhnya.

Tujuan dari pada demokratisasi AI tak lain adalah mempermudah akses teknologi AI bagi berbagai lapisan masyarakat dan industri. Salah satunya ialah dengan penerapan Deep Learning pada bidang tertentu dapat mencapai tujuan dengan biaya relatif terjangkau.

Dalam penelitian ini, Prof. Darmawan berupaya mendeteksi anomali pada data smart meter dengan mengidentifikasi pola konsumsi tidak wajar pada setiap pengguna PLN, termasuk potensi pencurian energi. Dengan deteksi yang lebih akurat, diharapkan layanan terhadap konsumen dapat ditingkatkan secara optimal.

Klik dan baca juga:  Menakar Budaya Literasi pada Satuan Pendidikan

Dengan pengukuhan Prof. Darmawan Utomo sebagai Guru Besar, UKSW menegaskan komitmen sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Jawa Tengah yang mampu menjadi garda terdepan dalam pengembangan, penelitian serta pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) sebagai teknologi masa depan. Hal ini menunjukkan keberanian UKSW untuk bersaing dalam taraf internasional sebagai salah satu batu pijakan menyongsong World Class University.

UKSW saat ini telah memiliki 29 Guru Besar dalam berbagai ranting ilmu atau kepakaran. Capaian ini menunjukkan komitmen UKSW untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan memajukan dunia pendidikan. Ke-29 Guru Besar ini juga menjadi kekuatan UKSW dalam perjalanan menuju World Class University.

Sebagai perguruan tinggi swasta terbaik kedua di Jawa Tengah versi webometric, UKSW memiliki 15 fakultas dan 63 program studi dengan berbagai jenjang pendidikan. Kampus ini dikenal dengan keragaman mahasiswanya dari seluruh Indonesia serta julukan “Creative Minority”, yang mencerminkan semangat inovasi dan peran sebagai agen transformasi dalam masyarakat.* (WT/DE)