UKSW Menjadi Entrepreneurship Research University

1677739004995
Rektor Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah, Prof. Dr. Intiyas Utami. Dok. UKSW.

Laporan wartawan detakpasifik.com Pius Rengka

Suasana Kota Salatiga, Sabtu, 25 Februari 2023, pukul 08.30 Waktu Indonesia Bagian Barat, meriah. Kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Jawa Tengah, menggelar wisuda 1.180 mahasiswa.

Para mahasiswa, undangan dan orangtua dari berbagai daerah di tanah air, mengalir memadati aula Balairung tempat wisuda digelar. Tenda wisuda ditambah di tepi depan kanan aula.

Lapangan sepak bola, yang terletak di tengah kampus nan rindang itu pun ditaburi ratusan kendaraan roda empat aneka merek. Empat kafetaria kampus pun padat sekali. Meski Kota Salatiga disiram musim dingin, kampus terasa hangat.

Aneka jualan terkait pesta wisuda marak digelar di lingkungan kampus mungil itu. Meski demikian, seremonial wisuda berlangsung hikmah nan agung. Tetapi, dokumen sejarah mencatat, UKSW adalah kampus tempat dari mana lahirnya para pemikir kritis yang menggagas perlawanan politik melalui lahirnya ide Golongan Putih (Golput) sebagai kritik atas busuknya praktik politik elektoral di era Orde Baru di bawah rezim otoritarian Soeharto.

Namun, Sabtu, 25 Februari 2023 itu, suasana kampus UKSW berubah ketika ribuan massa berhilir mudik di kampus itu disihir hening pikir tatkala pidato lantang Rektor UKSW berkumandang tegas disalurteruskan melalui pengeras suara. Rektor Prof. Dr. Intiyas Utami lantang berkata, “UKSW menjadi Entrepreneurship Research University”.

Pada era 2022-2027, UKSW menjadi Universitas Kristen yang progresif di kawasan Asia dalam menghasilkan Tridharma yang berdaya dampak untuk transformasi pembangunan. Untuk mencapai visi tersebut UKSW harus menjadi Universitas Kristen yang progresif dalam melakukan percepatan untuk meraih rekognisi pada level nasional dan global.

Pada era 2022-2027, tapak prestasi UKSW sebagai Research University, dilanjutkan. Pada tahun 2022, UKSW bertahan pada peringkat akreditasi institusi A. “Perkenankan saya mengajak semua pihak memberikan apresiasi pada kepemimpinan Neil S Rupidara, Ph.D,” tandasnya.

Visi kepemimpinan disajikan dengan tetap tegak lurus pada Visi Universitas Kristen Satya Wacana, yaitu:

  1. Menjadi universitas scientiarum, untuk pembentukan persekutuan pengetahuan tingkat tinggi, yang terikat kepada pengajaran kebenaran (alethea) berdasarkan pada realisme Alkitabiah.
  2. Menjadi universitas magistroum et scholarium untuk pembentukan minoritas yang berdaya cipta (creative minority) bagi pembangunan dan pembaharuan masyarakat dan negara Indonesia.
  3. Menjadi pembina kepemimpinan untuk berbagai jabatan dalam masyarakat (termasuk gereja) yang sedang membangun.
  4. Menjadi radar dalam situasi perubahan kebudayaan, politik, moral dan rohaniah, yang mensinyalir, mencatat, dan mengikuti perubahan-perubahan itu untuk bahan pembelajaran dan penelitian.
  5. Menjadi pelayan dan lembaga pendidikan pelayanan (diakonia), sepanjang masa mencakup kritik yang konstruktif serta informatif kepada gereja dan masyarakat terhadap keadaan masyarakat di mana masih terdapat kemiskinan, ketidakadilan, ketidakbenaran, dan ketidakdamaian.

Tapak sejarah

Tapak sejarah UKSW dimulai 30 November 1956. UKSW sebagai Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPG-KI). Rektor pertama Dr. Oeripan Notohamidjojo meletakkan fondasi UKSW sebagai kampus Indonesia Mini, untuk menghasilkan insan creative minority atau minoritas yang berdaya cipta.

Jati diri UKSW adalah wujud kehadiran kasih Kristus. Pemimpin universitas dan seluruh civitas academica menjadi bagian dalam persekutuan ilmiah untuk melayani di bidang Tridharma Perguruan Tinggi.

Pada era 2022-2027 UKSW sebagai Entrepreneurship Research University yaitu menjadi Universitas Kristen yang progresif di kawasan Asia dalam menghasilkan Tridharma yang berdaya dampak untuk transformasi pembangunan. Untuk mencapai visi tersebut UKSW harus menjadi Universitas Kristen yang progresif dalam melakukan percepatan untuk meraih rekognisi pada level nasional dan global.

Dalam upaya pencapaian visi tersebut, UKSW berhadapan dengan kondisi resesi ekonomi dunia di depan mata, tahun politik Indonesia, isu-isu intoleransi yang mengganggu persatuan Indonesia dan kompetisi antar kampus yang semakin menghimpit.

“Semuanya itu membuat kita harus ‘eling lan waspada’. Sadar dan waspada bahwa di luar sana, arus deras tak terbendung lagi, jika kita tak saling menggenggam erat, maka hanyutlah kita. Saat ini dan ke depan, dunia berhadapan dengan situasi yang sulit dan akan semakin sulit ketika krisis pangan, keterbatasan sumber daya dan potensi terjadi peperangan antar negara. Dunia tidak bisa dibangun ketika keserakahan dan perpecahan terjadi,” tandas Rektor Intiyas.

Mengutip Pidato Jokowi pada forum G20 di Bali yang lalu, Rektor Prof. Intiyas menyerukan, we must end the war. “Kita harus menjaga Indonesia dan kita juga harus menjaga dunia, diawali dengan kita menjaga universitas kita yang tercinta dengan cinta kasih, toleransi, dan kerja sama,” tegasnya yang disambut riuh tepuk tangan.

Saya yakin dengan kekuatan yang kita miliki dalam hal sumber daya talenta, sarana prasarana, infrastruktur pembelajaran, sistem informasi yang cerdas ditambah dengan dukungan alumni yang sangat kuat, jejaring kampus dengan mitra-mitra nasional dan internasional menjadi aset untuk meraih kinerja UKSW unggul.

PROUD

Pada lima tahun mendatang tajuk Renstra UKSW adalah Progressive to Outstanding (PROUD). Progresif berarti melakukan tindakan percepatan yang TERSTRUKTUR, SISTEMATIS dan TERUKUR dengan mengutamakan pada mutu. Unggul (Outstanding) bermakna target yang diraih adalah untuk:

  1. Unggul di bidang integrasi Tridharma Perguruan Tinggi.
  2. Unggul dalam kemajuan pengetahuan, teknologi dan informasi.
  3. Unggul sebagai barometer perubahan kebijakan di level nasional dan internasional.

Percepatan kinerja institusi dengan budaya mutu yang berkelanjutan yang sudah dijalankan, diteruskan dan tingkatkan, sehingga menjadi bagian dari penciri UKSW sebagai perguruan tinggi Kristen yang patuh atas regulasi di Indonesia serta menjadi agen perubahan.

Kinerja mutu juga diwujudkan dalam kolaborasi antara UKSW dengan sekolah laboratorium yang terdiri dari PAUD, TK, SMP dan SMU yang semuanya sudah terakreditasi Unggul dan A. Sekolah laboratorium sudah saatnya bertransformasi menjadi sekolah dengan metode pembelajaran yang mutakhir, lincah dan transformatif.

Ditegaskan, peran UKSW dalam menghadapi era disruptif ini adalah sebagai berikut:

Pertama, UKSW adalah kampus Indonesia Mini yang terus dan tetap akan menjaga toleransi kebinekaan dan menjadi rupa Indonesia, cermin keberagaman dalam kesatuan. UKSW adalah pilar penjaga persatuan Indonesia dan teguh kokoh dalam mengamalkan hikmat Pancasila.

Toleransi bukan sekadar basa-basi, tapi adalah harga mati. UKSW dipanggil oleh sejarah untuk menjadi saksi wujud kehadiran Kristus, dengan konsekuensi bahwa hidup dan kegiatannya dijiwai oleh dan merupakan perwujudan nilai dan iman Kristen.

Kehidupan kampus dengan moto yang bersumber dari Amsal 1:7a yaitu takut akan tuhan adalah awal mula pengetahuan, masuk ke arteri dan vena seluruh civitas academica untuk bersaksi dengan karya dan pekerjaan ilmiah yang objektif, cerdas dan bertanggung jawab sehingga berkontribusi bagi penyelesaian permasalahan bangsa.

Kampus menjamin tempat belajar yang kritis, bebas dari kekerasan seksual, peduli kaum difabel, saling menghormati, bukan menghabiskan energi untuk politik identitas, untuk kepentingan diri maupun kepentingan kelompok.

Sebagai kampus Indonesia Mini juga memiliki dosen dari berbagai penjuru Indonesia, terdiri dari alumni UKSW dan nonalumni UKSW. UKSW memberi ruang bagi semua dosen, baik alumni maupun nonalumni untuk bekerja sama dan berkontribusi untuk UKSW. UKSW memberi dukungan sumber daya bagi semua dosen untuk meningkatkan kompetensi dan kualifikasinya.

“Saya pribadi, mendapatkan fasilitas luar biasa dari UKSW ketika masuk menjadi dosen pada tahun 2002 masih di jenjang S1 dan dengan biaya penuh dari UKSW dan YPTKSW saya menempuh S2 dan S3. UKSW memberikan dukungan pencapaian jenjang jabatan fungsional akademik dari asisten ahli sampai guru besar. Ijinkan saya menyampaikan bahwa Satya Wacana menjadi hidup dan menghidupi saya, dan tentu saja bagi kami semua yang sudah mematrikan diri untuk melayani di Universitas Kristen Satya Wacana,” tandasnya.

Kedua, UKSW adalah agen perubahan yang kritis, kreatif dan inovatif sehingga mampu berkontribusi untuk menyelesaikan masalah yang diangkat dalam Presidensi G20 Indonesia 2022, yaitu: siap berperan untuk riset dan kajian ilmiah di bidang sistem kesehatan, transformasi ekonomi dan digital dan transisi energi.

UKSW sudah mengawali kajian riset tentang stunting, dan energi terbarukan, data sains, sustainable development goals dan bidang strategis lainnya. Hal ini akan ditingkatkan dengan melakukan kolaborasi interdisiplin, multidisiplin dan transdisiplin.

Fakultas-fakultas membentuk riset konsorsium dan menghasilkan temuan ilmiah yang objektif, dengan tetap menjunjung tinggi nilai etika ilmiah. Kampus kreatif ditunjukkan dengan metode pembelajaran yang menyenangkan, memberi ruang gerak mahasiswa dan dosen untuk berinteraksi.

Kreativitas juga ditunjukkan dengan kemampuan mahasiswa dan dosen menciptakan ide berwirausaha sehingga lahir berbagai start up business dari proses pembelajaran lapangan. Kampus berinteraksi dengan masyarakat Kota Salatiga dan menjadi bagian dari pembangunan di berbagai bidang, serta mendukung semua program Pemerintah Kota Salatiga.

“Saya berkomitmen membawa Universitas Kristen Satya Wacana dengan total quality manajemen yang berbasis pada mutu sehingga mampu menjadi kampus cerdas digital serta memiliki kesadaran lingkungan untuk mewujudkan “green campus”, jelasnya.

Ketiga, UKSW adalah pencetak pemimpin bangsa dengan penciri profil lulusan yakni “creative minority”. Bermakna kaum pemimpin yang mewujudkan golongan kecil yang karena superioritas jiwa dan rohnya, dan karena kekuatan keyakinannya sanggup menunjukkan jalan dan membimbing massa yang pasif menjadi penganut yang bergiat dalam pembangunan (dikutip dari buku Kreativitas Bertanggung Jawab O. Notohamidjojo, hal 245).

UKSW sebagai universitas berciri nasionalis dan ekuminis. Sebagai universitas nasionalis, UKSW menunjukkannya melalui kehadiran mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia (dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote).

Sebagai identitas UKSW yang ekumene ditunjukkan dengan kehadiran 18 gereja pendukung UKSW duduk sebagai Pembina Yayasan Perguruan Tinggi UKSW.

Untuk mencetak generasi pemimpin, maka kegiatan mahasiswa dilakukan dengan pendekatan humanistik (pengembangan kepribadian Kristiani) dan pendekatan profesional (pengembangan penalaran) menjadi bagian pembentukan profil lulusan UKSW. Creative minority juga diharapkan mampu memberi daya dampak bagi gereja dan bangsa.

Dengan demikian karya insan UKSW tidak hanya menghasilkan output namun menghasilkan outcome yang memberi dampak bagi pemecahan masalah bangsa serta menambah sumber daya ekonomi sebagai sumber pendapatan di luar pendapatan rutin. Dalam upaya menghasilkan profil creative minority inilah, UKSW mengokohkan tata kelola perguruan tinggi yang unggul, kredibel, akuntabel, responsibel, transparan dan adil.

UKSW juga siap menjalin kolaborasi antar disiplin ilmu baik di UKSW maupun di luar UKSW. Saya mengajak dan mengundang para mitra nasional dan global untuk bermitra dengan UKSW dalam pengembangan pengetahuan, menjadi ajang rekognisi dosen dan mahasiswa, dan juga menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dan beasiswa kepada calon mahasiswa dari berbagai penjuru nusantara.

UKSW siap menggembleng calon mahasiswa dengan kreativitas yang bertanggung jawab sehingga mampu menjadi pemimpin bangsa yang penuh hikmat dengan jiwa yang melayani.

Dengan 18 sinode gereja pendukung, UKSW menjalin kemitraan yang lebih erat untuk mampu mendukung kebutuhan gereja dalam pemanfaatan teknologi informasi, pengembangan ekonomi jemaat dan pelayanan pendidikan. Semua harapan tersebut, dapat terwujud karena UKSW memiliki dosen dan tendik yang memiliki kecakapan profesional membanggakan.

Bukan megahkan diri

“Menjadi Rektor UKSW, bukanlah untuk memegahkan diri secara personal. Saya terpanggil untuk melayani Tuhan Yesus Kristus melalui perguruan tinggi Kristen yang tertua di Indonesia, Universitas Kristen Satya Wacana. Saya bersyukur diberi kesempatan untuk menjadi rektor wanita pertama dalam sejarah UKSW,” kata Rektor Intiyas.

Rektor perempuan pertama UKSW, yang juga adalah mantan Staf Khusus Gubernur NTT bidang Akuntansi Pemerintah ini, menyampaikan apresiasi positifnya kepada semua pihak yang terlibat dalam seluruh kebaikan yang dialaminya.

Pada kesempatan itu, dirinya menyampaikan terima kasih kepada para calon rektor yang sudah bersanding dan bertanding dalam pilihan rektor UKSW periode 2022-2027, Bapak Neil S. Rupidara, Ph.D, Bapak Dr. Pdt. Yusak Setyawan, Bapak Dr. Andeka Rocky Tanaamah, Ibu Prof. Ani Rambu Atahau, Bapak Dr. Umbu Rauta dan Bapak Yafet Rissy, Ph.D.

Pada puncak sambutannya, Rektor UKSW Prof. Intiyas Utami membacakan sebuah mosaik puisi berikut ini:

Kita adalah mosaik jiwa

Berserak dari penjuru nusantara

Kita beraneka rupa warna

Berdendang ragam nada

Tapi kita berkumpul di rumah yang sama

Bukan karena kita serupa

Tapi karena tangis tawa yang ada

Mengukir setiap cerita

Menempuh perjalanan bernama cita

Satu-satu langkah mari kita tapakkan

Bergerak serentak, berlari penuh kecepatan

Mengakar pada nilai minoritas berdaya cipta tak tergantikan

Mengukir kisah bertantra di setiap zaman

Mari, panji-panji Satya Wacana kita tegakkan

Untuk gereja dan bangsa, kejayaan ini dipersembahkan

Hiduplah Garba Ilmiah Kita

Universitas Kristen Satya Wacana

Tuhan memberkati

Salatiga, 30 November 2022.

Suasana akademis

Suasana akademis di UKSW selalu niscaya. Suasana akademis itu tampak melalui aneka aktivitas diskusi ilmiah di kampus yang terletak di tepi Jalan Diponegoro Kota Salatiga itu. Tiap hari Kamis, misalnya, diskusi rutin digelar dengan menampilkan aneka tema pokok.

Para pemakalah umumnya mahasiswa S2 dan S3 studi pembangunan yang hendak mengikuti ujian kualifikasi dan proposal riset untuk kepentingan penulisan tesis dan disertasi serta penulisan di jurnal internasional.

Amat sering, kelas diskusi ilmiah mengundang pembicara dari kalangan kampus lain entah dari luar negeri atau dalam negeri. Tradisi ini dijaga ketat oleh para pengelola fakultas agar daya kritis mahasiswa dan dosen mengikuti perkembangan dan perbuahan zaman. Karena itu bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan melalui kuliah rutin, tetapi juga melalui diskusi ilmiah berbasis riset.

Hadir pada kesempatan itu para mahasiswa S2 dan S3 di lingkungan fakultas interdisiplin studi pembangunan. Diskusi biasanya dimoderatori dosen bergelar doktor. Suasana diskusi berlangsung rileks, jenaka, tetapi tetap selalu menjaga spektrum bara api kritisisme yang sangat kuat dan kental.

Para intelektual bergelar doktor keluaran berbagai perguruan tinggi dari dalam negeri maupun manca negara terlibat aktif dalam diskusi dua jam itu.

Mereka memberi masukan, terutama kritik nan kritis atas paper yang disiapkan. Mahasiswa dan dosen berbaur akrab dalam spirit yang sama yaitu setara dalam dunia diskusi akademik karena sama-sama memuliakan cara berpikir kritis demi kemajuan ilmu pengetahuan dan melindungi martabat mulia manusia.

Jika kini alumnus UKSW menyebar di berbagai bidang kehidupan, maka bidang kehidupan itu justru menghidupkan semangat humanisme berbasis ajaran guru agung Yesus Kristus.

Solidaritas kerja sama dan sama-sama bekerja adalah semangat yang mengalir deras melalui saluran perjuangan pembebasan kaum derita dari perihnya jalan hidup manusia dan lingkungannya.

Kini UKSW menyandang predikat Universitas Unggul. Universitas swasta dengan predikat serupa di Jawa Tengah belum banyak. Hanya empat universitas.

Akibatnya, tuntutan menyusul status unggul tersebut pasti tidaklah ringan. Disiplin harus tinggi, kerja jujur profesional dan kompetisi akademik dipelihara sebagai keniscayaan martabat yang kontributif bagi kepentingan nusa dan bangsa.

Banyak kalangan berharap agar UKSW terlibat menyejahterakan lingkungan sosial strategis lainnya, tetapi sebelum itu utamakan meningkatkan kesejahteraan lingkungannya sendiri agar civitas academica UKSW bergegas kian lincah, kuat dan sungguh liat.