Upaya Pembentukan GPBLH Melalui Sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 2 Sentani

Ilustrasi.

Solusi terhadap pentingnya pelestarian lingkungan hidup dalam upaya meningkatkan lingkungan yang hijau, sehat, bersih dan nyaman.

Oleh Kelasina Yanggroseray

SMP Negeri 2 Sentani merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berdiri tahun 1978 yang bertempat di Jalan Beestur Pos Sentani. Kemudian tahun 1980 berpindah tempat tidak jauh dari tempat semula. Tepatnya di Jalan Raya Kemiri, Sentani, Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura. Sekolah ini memiliki luas kurang lebih 18.000 m2 dengan 33 ruang belajar  dan jumlah siswa lebih dari 1.000 siswa.

Secara etimologi, adiwiyata berasal dari Bahasa Sanskerta “adi dan wiyata”. Adi artinya agung, besar, sempurna, ideal, sedangan wiyata artinya tempat. Adiwiyata didefinisikan sebagai tempat ideal untuk memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta beragam estetika dan kenyamanan yang dapat mengantarkan manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup (Afriyeni 2018).

Program adiwiyata yang dilaksanakan di lingkungan SMP Negeri 2 Sentani ini merupakan salah satu solusi terhadap pentingnya pelestarian lingkungan hidup dalam upaya meningkatkan lingkungan yang hijau, sehat, bersih dan nyaman. Adiwiyata merupakan salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup yang dicanangkan mulai tahun 2006. Program tersebut bertujuan membentuk dan mendorong sekolah-sekolah agar turut melaksanakan pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi mendatang.

Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2006 mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program adiwiyata. Tujuan program adiwiyata adalah mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah sehingga menjadi sebuah karakter peduli lingkungan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

Sekolah yang telah mendapatkan predikat adiwiyata dianggap telah berhasil membentuk karakter peduli lingkungan. Hal ini diketahui dari beberapa penelitian terdahulu. Di antaranya yang dilakukan Andar Abdi Saragih. Dia mengemukakan bahwa ada pengaruh yang positif dari program adiwiyata terhadap kongnitif, afektif dan psikomotorik siswa (Saragih, 2012) serta Yupiter L Manurung (2011) yang memaparkan hasil penelitian menunjukkan bahwa program adiwiyata yang diimplementasikan di SDN Panggang 04 Jepara telah menumbuhkembangkan karakter peduli lingkungan melalui kegiatan seperti menanam dan merawat tanaman, memilah dan membuang sampah, dan menghemat pemakaian air, listrik dan kertas.

Juga penelitian Rahmat Mulyana (2009) dengan judul penanaman etika lingkungan melalui sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, menemukan bahwa pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan di sekolah peduli dan berbudaya lingkungan dinilai efektif dalam menanamkan kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas menegaskan keefektifan sekolah predikat adiwiyata dalam membentuk karakter peduli lingkungan hidup siswa. Sistem pendidikan dalam sekolah adiwiyata membelajarkan siswa secara holistik tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap lingkungan, selain juga menjadi gerakan peduli lingkungan yang melibatkan seluruh stakeholders sekolah: siswa, guru, tenaga administrasi, orangtua, serta masyarakat sekitar.

Upaya SMP Negeri 2 Sentani dalam membentuk perilaku peduli lingkungan pada siswa dengan menerapkan pengembangan karakter bangsa yang merujuk pada peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan N0 52 Tahun 2019 Pasal 4 gerakan PBLHS meliputi (perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi gerakan PBLHS).

Klik dan baca juga:  Menuju Puncak Prestasi dengan Meningkatkan Kesiapan Tugas Guru

Gerakan perencanaan PBLHS di SMP Negeri 2 Sentani dilakukan melalui kegiatan workshop awal tahun ajaran dengan menyusun perangkat ajar yang diintegrasikan dengan enam aspek lingkungan hidup: 1) kebersihan, fungsi sanitasi, dan drainase, 2) pengelolaan sampah, 3) penanaman dan pemeliharaan pohon/tanaman, 4) konservasi air, 5) konservasi energi, dan 6) inovasi terkait penerapan PRLH lainnya berdasarkan hasil IPMLH, kemudian kegiatan tersebut juga merevisi visi misi sekolah dengan menambah kalimat tentang gerakan PBLHS di sekolah.

Setelah itu disosialisasikan kepada orangtua melalui rapat awal tahun ajaran dan juga siswa baru dengan meminta kesediaan untuk mendukung gerakan PBLHS. Kemudian sekolah juga melakukan MOQ dengan mitra terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup, Puskesmas, PT Bank Papua untuk mendukung gerakan PBLHS sekolah. Perencanaan tersebut sebagai salah satu bahan penyusunan dan review RKJM dan RKAS.

Rencana gerakan PBLHS memuat: a) potensi lingkungan hidup sekolah dan lokal/daerah, b) masalah lingkungan hidup sekolah, lokal/daerah, dan global, serta potensi dan ketahanan bencana, c) jenis kegiatan, d) waktu pelaksanaan, e) target capaian, f) penanggung jawab, g) sumber pembiayaan, dan h) pihak yang terlibat.

Potensi dan ketahanan bencana mencakup: a) potensi bencana yang dihadapi, dan b) kemampuan warga sekolah untuk mengantisipasi, mempersiapkan, dan merespon terjadinya bencana. Penyusunan rencana gerakan PBLHS mengacu kepada penerapan 8 (delapan) standar nasional pendidikan.

Penyusunan rencana gerakan PBLHS  melibatkan: a) kepala sekolah, b) dewan pendidik, c) komite sekolah, d) peserta didik, dan e) masyarakat. Kemudian sekolah membentuk tim untuk mendukung program tersebut dan disahkan oleh kepala sekolah.

Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan gerakan PBLHS di sekolah. Pelaksanaan PBLHS di sekolah dilakukan berdasarkan rencana gerakan PBLHS yang telah disusun meliputi jenis kegiatan: a) pembelajaran pada mata pelajaran, ekstrakurikuler dan pembiasaan diri yang mengintegrasikan penerapan PRLH di sekolah, b) penerapan PRLH untuk masyarakat sekitar sekolah dan/atau di daerah, c) membentuk jejaring kerja dan komunikasi, d) kampanye dan publikasi gerakan PBLHS, dan e) membentuk dan memberdayakan kader Adiwiyata.

Jenis kegiatan point a meliputi: a) kebersihan, fungsi sanitasi, dan drainase, b) pengelolaan sampah, c) penanaman dan pemeliharaan pohon/tanaman, d) konservasi air, e) konservasi energi, dan f) inovasi terkait penerapan PRLH lainnya berdasarkan hasil IPMLH.

Contoh pelaksanaan aspek a adalah sebagai berikut: semua guru di SMP Negeri 2 Sentani telah mengintegrasikan dalam mata pelajaran masing-masing. Misalnya pada matematika kelas IX/1 menghitung luas permukaan tabung maka peserta didik diajar menghitung luas tabung biopori di SMP Negeri 2, garis tengahnya, berapa kedalamannya sehingga di perlukan  berapa sampah untuk mengisi biopori tersebut itu contohnya.

Klik dan baca juga:  Tuntutan Turunkan Upah Jasa Pemandu Wisata di Sidang Pastoral

Mata pelajaran  IPA kelas IX/1 teknologi ramah lingkungan peserta didik dapat membuat poster tentang perilaku hemat energi dengan benar, membuat alat penyaring air sederhana dengan benar dan membuat laporan tentang percobaan membuat alat penyaring air sederhana dengan benar. Mata pelajaran bahasa Inggris kelas IX materi pollution in our environment, peserta didik dapat menganasilis fungsi sosial, struktur teks dan kebahasaan teks informational report secara tertulis dengan benar sesuai dengan konteks penggunaannya.

Mata pelajaran IPS kelas VII/II peserta didik dapat mengkreasikan benda bernilai jual dari benda bekas pakai. Mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII/ganjil tentang prosedur tentang penanaman, mata pelajaran prakarya kelas VII/genap materi pengolahan bahan pangan sayuran menjadi makanan dan minuman kesehatan, mata pelajaran agama Kristen kelas VII/I materi tentang pemeliharaan Allah terhadap manusia dan alam terus menerus.

Mata pelajaran agama Islam kelas VIII/2 materi tentang makanan dan minuman yang halal serta thayyib dan yang haram. Mata pelajaran seni budaya kelas IX/2 materi tentang seni grafis dengan beragam medis dan teknik (memanfaatkan kain atau kaos bekas).

Selanjutnya upaya pembentukan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah dilakukan melalui pengembangan diri yang terdiri dari beberapa kegiatan rutin dan konsisten melalui program pembiasaan semut (sejenak memungut). Jika ada sampah maka mereka harus memungut sampah itu dan membuangnya pada tempat sampah yang disediakan. Ada sampah organik dan nonorganik.

Kemudian ada piket umum perhari dengan lokasi kerja yang sudah dibagi oleh tim adiwiyata sekolah antara lain: bagi piket kelas VII lokasi kerja di halaman depan, kelas VIII mulai dari kantor guru sampai dengan kantin, kelas IX lokasi lab komputer sampai dengan lapangan voli dan basket.

Kegiatan daur ulang tidak dilakukan di dalam proses belajar mengajar. Namun di luar jam pembelajaran. Dalam pelaksanaan kurikulum merdeka, kami mengambil tema gaya hidup berkelanjutan. Sampah kertas diolah jadi tempat tisu dan tempat pensil. Sampah tutupan botol jadi tempat tisu. Sampah daun dijadikan pupuk kompos pembibitan tanaman rosela yang menjadi tanaman khas SMP 2 Sentani.

Selain kegiatan rutin, selanjutnya kegiatan pembiasaan diri berupa kegiatan spontan. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan tanpa direncanakan yang dilakukan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan oleh guru atau pihak sekolah ketika melihat sesuatu yang kurang baik sehingga harus memberikan teguran kepada siswanya.

Kegiatan ini dilakukan untuk memantau dan mengingatkan piket kelas serta piket umum agar seluruh area sekolah terjaga kebersihan dan keindahannya. Kebersihan dan keindahan menjadi hal yang utama. Contohnya saat berpapasan dengan siswa dan ada sampah maka kami akan menyampaikan untuk diambil dan buang di tempat sampah. Biar mereka sadar akan kebersihan sekolahnya.

Yang lebih sering diingatkan adalah siswa kelas IX karena mereka siswa Covid -yang belajar satu tahun lewat daring dan luring, dan waktu seleksi awal tidak tatap muka tentang wawasan wiyata mandala. Sedangkan kelas VIII dan VII sudah lebih tahu aturan karena sebagian besar ikut dalam beberapa pokja yang berpengaruh terhadap kebersihan sekolah.

Klik dan baca juga:  Kepribadian dan Keterampilan dalam Kepemimpinan Politik

Setelah kegiatan pembiasaan, selanjutnya adalah pengembangan diri yang dilakukan melalui keteladanan. Adalah perilaku guru atau pihak sekolah dalam memberikan contoh yang baik kepada peserta didik dengan menunjukkan tindakan terpuji di mana guru-guru juga memiliki piket harian. Kepala sekolah juga membersihkan lingkungan kerja setiap hari. Hal ini dapat dijadikan contoh atau panutan peserta didik.

Untuk mendukung terlaksananya pendidikan karakter maka sekolah harus mengondisikan sebagai pendukung semua kegiatan. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai karakter yang diinginkan sekolah guna mendukung terlaksananya pendidikan karakter peduli lingkungan.

SMP Negeri 2 Sentani telah mengondisikan area sekolahnya untuk mendukung terbentuknya perilaku peduli lingkungan pada siswa. Di antaranya ada green house dan rumah kompos. Dikondisikan juga agar sampah semua dapat dimanfaatkan tersedia dua macam tempat sampah yaitu sampah organik dan nonorganik. Pengondisian yang di lakukan pihak sekolah dapat menghemat penggunaan sumber daya di sekolah di antaranya adalah mengurangi penggunaan plastik di kantin dan juga penggunaan kertas pada ulangan tengah semester dan ulangan akhir, tetapi mengunakan sistem online. Namun tahun 2023 sudah melaksanakan sesuai dengan minat anak baik yang dipresentasi lewat peta konsep, presentasi lewat power point atau Canva, maupun lewat seni melalui irama lagu.

Kegiatan selanjutnya adalah penerapan perilaku ramah lingkungan untuk masyarakat sekitar sekolah antara lain terlibat dalam pembersihan Danau Sentani, penanaman pohon di lokasi banjir bandang 2019, dan pembersihan drainase. Dalam kegiatan membentuk jejaring kerja dan komunikasi dalam media sosial, komunitas belajar, bahkan SMP Negeri 2 memberi bantuan pohon trembesi kepada beberapa sekolah juga tanaman pucuk merah yang disemai sendiri di lingkungan sekolah.

Kampanye dan publikasi gerakan PBLHS dilakukan melalui web sekolah dan juga melalui media sosial, saat apel pagi dan juga apel oleh dinas lingkungan hidup juga lembaga masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Siswa kader adiwiyata sekolah memiliki program SASI SAPO (satu siswa satu pohon) dan SAGU SAPO (satu guru satu pohon).

Kegiatan gerakan PBLHS yang ketiga adalah pemantauan dan evaluasi yang melibatkan kepala sekolah, dewan pendidik, komite sekolah, peserta didik dan masyarakat. Hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan menjadi salah satu bahan dalam penyusunan laporan EDS.