Ruteng, detakpasifik.com – Pihak Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) St. Stefanus Ketang dinilai tidak merespons terhadap upaya pelacakan kontak (contact tracking) untuk mengidentifikasi orang-orang yang berkontak erat dengan 9 pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di sekolah tersebut.
Hal ini disampaikan Kabid P2P Satuan Tugas (Satgas) Penanganan dan Pencegahan Covid-19 Kabupaten Manggarai, Asumta Djone kepada detakpasifik.com melalui sambungan telepon, Selasa (20/4/2021) sore.
Asumta mengatakan, Satgas Covid-19 Kabupaten Manggarai menaruh kecewa dengan sikap SMAK St. Stefanus Ketang yang dinilainya tidak merespons upaya petugas memutus mata rantai penyebaran virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, China itu.
“Saya sebagai Satgas kecewa, sangat kecewa. Kami ini mau membuat yang terbaik. Bukan hanya di asrama itu. Kasihan ada orang-orang (masyarakat) di sekitar situ. Misalnya ada salah satu dari anak asrama itu pergi berbelanja di kios, pemilik kios juga bisa kena (terjangkit),” kata Asumta, kesal.
Asumta menceritakan, Satgas Covid-19 di Kecamatan Lelak pada Senin (19/4) telah berupaya untuk kali kedua melakukan penelusuran terhadap orang kontak erat dengan 9 pasien di sekolah tersebut. Namun, upaya penelusuran itu terkendala karena siswa yang hendak diperiksa tidak dijumpai seluruhnya.
Dalam laporan yang diterima Satgas Kabupaten Manggarai bahwa jumlah siswa di asrama sekolah yang hendak diperiksa pada Senin kemarin itu adalah 40 orang. Tetapi, meski telah lama menunggu di tempat yang telah ditentukan, petugas hanya didatangi oleh 5 orang siswa. Sementara lainnya tidak datang.
“Kami sudah berupaya menghubungi lewat pembina asrama, tapi hanya janji akan dipanggil. Kepala sekolah juga katanya ada di situ tapi sama juga siswa-siswi tidak diarahkan untuk datang,” kata Asumta.
Asumta berharap ketidakhadiran siswa asrama itu bukan karena mereka telah dipulangkan oleh pihak sekolah pasca 9 orang dinyatakan positif. Karena hal itu bisa berisiko terjadi penularan ke dalam lingkungan keluarga.
“Sangat kami harapkan ini jangan sampai setelah diketahui ada yang terpapar mereka (sekolah) sudah memulangkan siswa. Ini yang kami takutkan dan kalau ini sampai terjadi maka sekolah harus bertanggung jawab,” ujarnya.
Desak Aparat Desa Beri Peringatan Kepada Pihak Sekolah
Menurut Asumta, aparat desa di wilayah sekolah mesti memberi teguran dan peringatan kepada pihak sekolah SMAK St. Stefanus Ketang agar bisa bekerjasama dengan Satgas dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona.
“Di desa itu ada Babinsa, jadi biar bagaimanapun sekolah itu ada di wilayah desa jadi sekolah itu diberitahukan kalau ada petugas kesehatan mereka harus mau diperiksa. Karena kalau kami tenaga kesehatan yang omong ini ya kadang-kadang (tidak didengar),” ujarnya.
Ia menambahkan, pihak Satgas akan berupaya melakukan tracking ulang di sekolah tersebut. Mesti menurutnya secara teori waktu yang tepat dilakukan tracking adalah pada Senin kemarin pasca 9 orang di sekolah tersebut dinyatakan positif.
“Itu (Senin, 19/4) adalah waktu yang terbaik (melakukan tracking). Tapi kalau mereka tunda-tunda, bisa saja itu (gejala Covid) tidak terbaca karena masanya sudah lewat,” kata Asumta.
Sementara, pimpinan SMAK St. Stefanus Ketang, Romo Tarsisius Syukur, Pr yang dikonfirmasi detakpasifik.com membantah pernyataan satgas Covid-19 yang menyebut pihaknya tidak responsif terhadap upaya tracking tersebut. Ia malah menyebut pernyataan Satgas Covid-19 tersebut menyesatkan.
Ia menceritakan, kehadiran petugas di sekolah tersebut tanpa ada pemberitahuan dan tidak diketahui pihak sekolah.
“Saya sebagai pimpinan (SMAK) tidak tahu mereka datang rapid test. Sekitar jam 9 lewat (kemarin) kami sedang pertemuan bersama para guru terkait persiapan ujian akhir. Bahasa tidak responsif atau kooperatif dari Satgas itu menyesatkan,” kata Romo Tarsi.
Diberitakan sebelumnya, Satgas Covid-19 Kabupaten Manggarai mengumumkan 9 orang di SMAK St. Stefanus Ketang terkonfirmasi positif Covid-19.
Saat ini ke 9 orang tersebut tengah menjalani karantina mandiri selama 14 hari dengan pengawasan petugas kesehatan.*
Penulis: Irfan b
Editor: Juan Pesau