detakpasifik.com – Membangun Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), tentu saja, tidak sama dan sebangun dengan membangun sebuah kios rokok atau sejenisnya. Tetapi membangun Bumdes adalah membangun kultur entrepreneur dan intrapreneur di kalangan masyarakat desa, agar mobilisasi ekonomi dan mobilisasi kemakmuran rakyat desa berlangsung cepat dan langgeng. Jika masyarakat desa telah bertumbuh dalam kultur ekonomi dan bisnis yang kuat, maka negara akan menjadi sangat kuat.
Pernyataan itu dikemukakan Kepala Dinas PMD Provinsi NTT, Viktor Manek tatkala dimintai tanggapannya tentang makna Bumdes untuk pembangunan di desa dan pembangunan di NTT.
Menurut mantan Penjabat Bupati Malaka ini, makna penting pembangunan di desa ialah supaya terjadi mobilisasi ekonomi dan bisnis di desa. Mobilisasi kemakmuran berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen bisnis agar mobilisasi kemakmuran di desa untuk kepentingan warga desa itu sendiri.
“Institusi Bumdes itu bukan sekadar institusi bisnis sewa kursi dan terpal (terop) untuk pesta nikah atau sejenisnya, tetapi institusi Bumdes adalah perihal tatakelola bisnis modern di desa yang kemudian memproduksi kemakmuran rakyat. Jika rakyat di desa makmur, itu artinya kabupaten makmur, provinsi makmur dan negara pun ikut makmur. Karena problem ekonomi riil itu justru terjadi di kalangan masyarakat desa. Dengan demikian Bumdes berhasil,” ujarnya menjelaskan.
Terkait dengan impiannya itu, maka pihaknya (cq Dinas PMD Provinsi NTT) belakangan ini giat melakukan sosialisasi ke lapisan infrastruktur dan suprastruktur di desa serta para mahasiswa yang hendak melakukan Kuliah Kerja Nyata, agar fokus mengurusi aneka jenis usaha strategis sesuai dengan kapasitas terpasang di desa. Karena itu, kepada para mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT), Viktor Manek menyebutkan ada empat hal yang harus dilakukan mahasiswa saat di lapangan terutama di lokasi KKNT.
Keempat hal itu masing-masing, pertama, membantu mengidentifikasi potensi desa dan bersama Bumdes melakukan diskusi kritis dan putuskan jenis usaha Bumdes sesuai potensi objektif di desa. Jangan potensi objektifnya malah bisnis terop dan sewa menyewa sound system, meski dua jenis bisnis ini pun perlu dan penting.
Kedua, mendidik dan melakukan pengembangan sumber daya manusia. Artinya, para mahasiswa dengan menggunakan ilmu yang dipelajari di kampus sebagai sumber inspirasi untuk meningkatkan kapasistas intelektual dan keterampilan administrasi aparatur pengurus Bumdes. Mereka pun perlu diberi wawasan melalui input informasi tentang aneka jenis bisnis yang tersedia di lingkungan kabupaten atau provinsi atau bahkan negara.
Ketiga, membangun jejaring pemasaran (market networking) untuk memanfaatkan promosi digitalisasi.
Keempat, membenahi infrastruktur di desa untuk bagaimana cara terbaik efisien dan efektif menggunakan dana desa sesuai kewenangan dan diputuskan dalam proses musyawarah desa.
Kepada detakpasifik.com di ruang kerjanya pekan lalu, Viktor Manek menyatakan, NTT punya potensi luar biasa. Pariwisata, pertanian, peternakan, kelautan perikanan serta potensi energi baru terbarukan berupa matahari dan angin di Sumba dan Timor, panas bumi – geotermal di Flores serta energi arus laut. Dengan semua yang dipunyai itu, mestinya kita sanggup menarasikan kembali dengan tepat, bahwa NTT tidak miskin, sebagaimana sering dikatakan oleh Gubernur NTT, Viktor B Laiskodat.
“Jadi para mahasiswa menjadikan KKNT itu sebagai ajang latihan, tetapi sekaligus studi serta pembelajaran untuk mendorong sekuat tenaga potensi yang ada di desa,” ujarnya.
Menurut mantan Kepala Perwakilan NTT di Jakarta itu, semua wilayah di NTT kaya akan potensi pariwisata. Tetapi potensi itu tidak bakalan menjadi benda ekonomi yang memakmurkan rakyatnya sendiri jika semua potensi itu tidak berubah menjadi benda ekonomi.
Belajar gratis
Menurut Kadis PMD Provinsi NTT itu, KKNT merupakan satu medan aktivitas belajar gratis di desa melalui pemberdayaan Bumdes di tiap desa tujuan para mahasiswa. Viktor Manek mengatakan, para mahasiswa hendaknya mencermati dan memahami serta menggerakkan semua desa yang berpotensi pariwisata. Upayakan untuk membangun narasi positif tentang desa yang berpotensi pariwisata.
“Kekuatan narasi itu sangat penting dan strategis jika dikomunikasikan dengan tepat oleh orang yang tepat. Tidak ada pembangunan berubah tanpa ada para ahli narasi di desa,” ujarnya.
Aktivitas KKNT itu adalah medan belajar gratis untuk para mahasiswa tentang berwirausaha yang terkait dengan kondisi objektif di desa. Karena itu, program KKNT itu berkorelasi langsung dengan program pemerintah pusat yaitu program Merdeka Belajar.
Menurut Viktor Manek, pihaknya kini sedang gencar melakukan kerja sama dengan berbagai kampus di lingkungan Kota Kupang. Belum lama berselang dirinya memberikan pengarahan dan penjelasan kepada ratusan mahasiswa di kampus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang yang dilepas pergi ke lokasi KKNT di beberapa wilayah kabupaten di NTT. Hal serupa dilakukannya juga untuk Undana, Unkris, Muhammadiyah di Kupang. Ke depan dipikirkan juga untuk bekerja sama dengan kampus di Timor, Sumba dan Flores.
Belum lama berselang, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang mendapat giliran memperoleh masukan dari PMD dalam konteks kerja sama itu. Kegiatan KKNT di Unwira menjadi bagian dari Tri Darma Perguruan Tinggi. Sebelum para mahasiswa terjun ke lapangan, Kadis PMD Provinsi NTT, memberi pembekalan agar para mahasiswa mempunyai arah atau fokus yang lebih tajam ke potensi desa masing-masing.
Tema KKNT-PPM periode ini adalah “Penguatan SDM dan Ekonomi NTT”. Hadir dalam pembekalan ini adalah para anggota Panitia KKN-PPM Unwira, Kepala LPPM, Dr. Maximus Taek, Kepala Divisi KKN, Br. Sebastianus Baki Henong, dan Ketua Panitia Pelaksana, Gerady Tukan.
Pembekalan untuk 420 peserta KKNT Unwira ini berlangsung mulai pukul 08.00 Wita, di aula Gedung St. Immaculata Unwira. Para pembekal antara lain, Wakil Rektor I Unwira Bidang Akademik, Dr. Samuel Igo Leton, M.Pd, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa NTT, Viktor Manek, dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi NTT, drg. Lien Adriany, M.Kes.
(dp/pr)