Waspada Kasus Covid-19 Gelombang Ketiga

20211105161804 kasus covid 19 melonjak belanda wajibkan kembali warganya pakai masker 001 afida maulia sabarini
Warga memakai masker saat berjalan di pusat kota Amsterdam, Belanda, Rabu (3/11/2021). Akibat lonjakan kasus Covid-19, Belanda wajibkan warganya kembali memakai masker saat keluar atau memasuki supermarket dan tempat-tempat umum lainnya yang dapat diakses publik. Foto/merdeka.com.

Kupang, detakpasifik.com – Pandemi Covid-19 belum usai. Di Eropa dan beberapa negara memberlakukan kembali pembatasan sosial untuk menekan laju penularan dan mengurangi beban rumah sakit.

Mengutip CNN Indonesia, di Belanda, penggunaan masker kembali diwajibkan setelah kasus Covid-19 ditemukan. Sedangkan di Australia pada Senin (15/11) mulai menetapkan lockdown bagi warga yang belum menerima vaksin. Di sana, masyarakatnya dilarang meninggalkan rumah kecuali urusan darurat, seperti membeli kebutuhan sehari-hari atau memerlukan perawatan medis.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, hampir 2 juta kasus Covid-19 dilaporkan di Eropa pekan lalu. Terbesar dalam satu minggu di wilayah itu sejak pandemi mulai. Hampir 27 ribu kematian dilaporkan dari Eropa.

Klik dan baca juga:  Jokowi: Jangan Saling Menyalahkan

“Covid-19 melonjak di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang lebih rendah di Eropa Timur tetapi juga di negara-negara dengan beberapa tingkat vaksinasi tertinggi di dunia di Eropa Barat,” kata Tedros mengutip situs resmi WHO.

Baca juga: Angka Covid-19 Menurun, Pemprov NTT Minta Masyarakat Tetap Waspada Gelombang Ketiga

Ia menjelaskan, ini adalah pengingat bahwa vaksin tidak menggantikan kebutuhan akan tindakan pencegahan lainnya. Vaksin hanya mengurangi risiko rawat inap, penyakit parah dan kematian dan tidak sepenuhnya mencegah penularan.

“Kami terus merekomendasikan penggunaan pengujian, masker, jaga jarak yang disesuaikan dan langkah-langkah untuk mencegah kerumunan serta mendapatkan vaksinasi,” kata Tedros.

Klik dan baca juga:  Presiden Jokowi Akan Pimpin Upacara Peringatan Harlah Pancasila di Ende

Menurutnya, setiap negara harus terus menerus menilai situasi dan menyesuaikan pendekatannya. Dengan langkah yang tepat, negara-negara akan menemukan keseimbangan antara menjaga transmisi tetap rendah dan menjaga masyarakat dan ekonomi tetap terbuka.

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman mengatakan, umumnya dari setiap gelombang yang terjadi, Indonesia selalu belakangan mengalami dampaknya. Dan umumnya, dibandingkan Eropa ada selisih 3 sampai 4 bulan dari sejak kejadian gelombang itu.

“Saat ini, Eropa sebagian negara, walaupun capaian vaksinasinya lebih dari 60 persen, beberapa sudah mengalami kenaikan dan sudah bersiap mengalami mekanisme lockdown,” katanya Dicky dikutip dari Kompas, Senin.

Baca juga: Covid-19, Seroja dan Pembangunan di NTT

Klik dan baca juga:  Hingga 8 Mei 2021, BLT Desa Telah Disalurkan Rp2,27 Triliun

Karena itu, meski penanganan Covid menunjukkan perbaikan, pemerintah dan masyarakat perlu lakukan kerja sama agar terus waspada karena pandemi ini belum berakhir. Kasus gelombang ketiga di negara-negara tentangga dan Eropa harus dijadikan peringatan dini bagi Indonesia.

 

(dp)