Kupang, detakpasifik.com – Ketua DPRD Kota Kupang, Yeskiel Loudoe menyampaikan klarifikasi terkait rekaman suara mengandung sara yang beredar dan menjadi viral di group WhatsApp, Sabtu (29/5/2021).
Ia mengaku rekaman suara itu adalah percakapan dirinya saat menjawab pertanyaan awak media terkait kehadiran peserta demo di Kantor DPRD Kota Kupang pada Kamis, (27/5) lalu.
“Hal yang utama dan terutama apa yang terpublikasi di media dalam bentuk foto saya dan rekaman suara, itu adalah percakapan saya dan teman-teman media, dalam menjawab pertanyaan tentang pendemo, yang datang tapi tidak memiliki KTP identitas yang jelas. Dan tidak ada ijin dari kepolisian,” ujar Yeskiel Loudoe kepada wartawan di Sekretariat DPD PDI-P NTT di Jalan Piet A Talo, Kelurahan Oesapa Selatan, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Minggu (30/5/2021).
Namun, menurut Yeskiel, rekaman percakapan dirinya dengan awak media yang beredar itu adalah hasil potongan dan telah diedit oleh kelompok tertentu. Kelompok ini menurutnya memiliki tujuan untuk menciptakan kisruh di Kota Kupang.
“Hal yang sangat disayangkan, rekaman suara itu terkesan diedit oleh orang yang mempunyai indikasi menciptakan suasana menjadi kisruh di Kota Kupang ini,” ujar Yeskiel.
Menurut Yeskiel, percakapan dirinya saat menjawab pertanyaan wartawan tidak bermaksud untuk melecehkan agama dan kelompok tertentu. Ia juga mengatakan bahwa dirinya memiliki banyak keluarga beragama Katolik yang tersebar dari Ende, Flores hingga di Kota Kupang.
Ia menegaskan, apa yang ia sampaikan itu untuk menjelaskan para pendemo yang tidak memiliki identitas sebagai warga Kota Kupang dan menuntutnya turun dari jabatan ketua DPRD.
“Untuk itu saya mengklarifikasikan bahwa apa yang saya katakan untuk identitas ke-6 orang pendemo yang datang berdemo di ruang DPRD untuk menyatakan sikapnya menuntut saya turun dari jabatan ketua DPRD,” terangnya.
Di akhir klarifikasinya itu, Yeskiel menyampaikan permohonan maaf kepada umat Katolik dan etnis Flores kerena potongan percakapannya yang beredar luas dan menimbulkan keresahan.
“Dalam kesempatan ini, sebagai pimpinan Ketua DPRD Kota Kupang, saya mengatakan secara pribadi dan sebagai Ketua DPRD Kota Kupang, keluarga, menyampaikan permohonan maaf kepada pimpinan umat Katolik, mulai dari uskup, pastor, dan para kepala tokoh etnik, suku Flores dan segenap umat Katolik apabila yang telah dipublikasikan oleh seseorang di medsos adalah sebuah kekeliruan,” ujarnya.
“Demikianlah klarifikasi yang saya buat. Terima kasih,” tutup Yeskiel.* (dpasifik)