Sastra  

Biarkan Semesta yang Menjagaku

Ilustrasi Pixabay.

Sudah empat bulan lamanya aku berpacaran dengan Kak Yuda, tetapi baru kali ini ia berhasil membuatku benar-benar melayang. Aku tertawa dalam hati. Kak Yuda memegang tanganku. Aku menjadi tersesat dalam dirinya.

Oleh Rosalia Marta Jawa Kelen, Siswi SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo

Lonceng sekolah telah berdentang satu kali, pertanda bahwa istirahat pertama telah dimulai. Di luar kelas tak ada permainan pun pemandangan yang memanjakan mataku. Aku pun memilih untuk tidur di kursi kesayanganku ini. Begitu ingin tertidur, tiba-tiba suara riuh di luar kelas terdengar jelas di telingaku. Aku pun kaget dan ingin melihat apa yang terjadi.

Ketika aku melihat teman-teman bersukaria dengan pacar mereka, ada perasaan iri dalam hatiku. Aku ingin melupakan hari ini, anggap saja hari biasa. Walau aku tahu hari spesial buat seseorang. Aku kembali duduk di kursi kesayanganku sambil meronta-ronta dalam hati akan apa yang telah terjadi pagi ini.

“Huh, membuat iri saja,” kataku dalam hati. Seandainya aku juga bisa seperti mereka.

“Cieee, yang dapat hadiah valentine dari cowoknya, haha.”

Itulah suara yang dilontarkan dari teman-teman yang sempat kudengar. Semuanya bersuka cita akan hari ini. Sedangkan aku? Punya pacar, tapi seperti tak punya. Pacar pun berada di gedung kelas yang berbeda. Ia satu tingkat di atasku. Aku kelas sebelas, dan ia kelas dua belas. Kami memiliki kesamaan, sama-sama cuek akan hubungan satu sama lain, nasib. Mungkin saja saat ini ia sedang bersuka ria di kelasnya, dan memberikan kado pada yang lain. Tak ada gunanya berharap apa pun, sudah menjadi ciri khasnya. Mending tidur, kataku dalam hati.

“Yu! Bangun!” Baru saja ingin bermimpi, seseorang mengguncangkan bahuku. Buat kesal saja.

“Apasih?” Tanyaku pada Rilo, orang yang membangunkanku tadi.

“Kak Yuda nungguin kamu di belakang kelas,” bisiknya sambil tertawa pelan.

Dadaku seketika berdegup kencang. Ah, masa sih, pikirku di dalam hati. Aku segera berdiri.

“Jangan main-main, nggak lucu tahu,” kataku sedikit terbata-bata.

“Serius. Mending cepat ke bawah, Kak Yuda lama nunggu nanti.”

“Awas ya kalau bohong.”

Aku segera berjalan cepat ke luar kelas dengan sedikit berharap, semoga bukan bercanda.

***

“Apa-apaan ini?” Tanyaku dengan mengerutkan kening.

Hancur sudah harapan yang kudambakan beberapa detik yang lalu. Bagaimana tidak? Yang kuharapkan adalah Kak Yuda, tapi yang muncul adalah Husan dan Jian.

“Dikira lucu ya kalian? Siapa yang rencanain? Husan? Jian? Ah, jangan-jangan ini ulah si Rilo kan? Katakan cepat!” Ucapku dengan nada marah.

“Eh, sabar Yuria. Ini Kak Yuda yang nyuruh kami, bukan salah kami serius. Kami disuruh nyampein ini, entar pas pulang sekolah tunggu di sini lagi, Kak Yuda mau ngasih sesuatu katanya,” ucap Husan berusaha menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi.

Mendengar nama Kak Yuda sebagai pelaku kejadian memalukan ini, membuatku semakin naik pitan. Awas saja, jangan harap mau menipuku lagi. Tak akan kuladeni. Aku bergegas kembali ke kelas dengan suasana hati yang semakin memburuk.

Klik dan baca juga:  Menikmati Secangkir Kopi

***

Waktu terus berlalu, lonceng berdentang tiga kali, pertanda tiba waktunya untuk ke kapela, lalu kembali ke asrama masing-masing. Ketika tiba anak tangga yang terakhir, aku dikejutkan oleh kehadiran Kak Yuda di hadapanku. Ia tersenyum lebar padaku sambil memegang sebuah kotak berukuran sedang di tangannya. Aku menoleh ke sana ke mari dengan wajah memerah malu.

“Hai,” sapanya seketika membuat riuh di lorong kelas sepuluh.

“Apaan sih.”

“Lihat kakak dong.”

“Cih, buat malu ah, nanti dilihat pembina baru tahu rasa,” omelku sambil terus melihat ke arah lain.

Kak Yuda tertawa. “Ya bodoh amat.” Ia lalu menggenggam tanganku. “Sinikan tasmu, kadonya biar kakak yang naruh.” Aku menurut saja katanya. Kado tersebut ia masukan ke dalam tasku, beruntung tasku cukup muat untuk meletakan benda berkotak tadi. Sambil terus menggenggam tangan kiriku, Kak Yuda meletakan tasku di samping kelas, tempat biasa para asrama putri meletakkan tas sebelum ke kapela.

“Ayo,” katanya sambil tersenyum manis. Aku pun terpukau dengan ketulusan kata-kata juga senyumnya. Ia membuatku enggan untuk melupakannya. Padahal aku diam-diam untuk melupakannya. Itulah cinta, kadang ada dan menetap, kadang juga perih karena pergi tanpa meninggalkan pesan pun kesan.

Sudah empat bulan lamanya aku berpacaran dengan Kak Yuda, tetapi baru kali ini ia berhasil membuatku benar-benar melayang. Aku tertawa dalam hati. Kak Yuda memegang tanganku. Aku menjadi tersesat dalam dirinya. Seolah dari tangannya mengalirkan kekuatan yang sangat besar agar perasaanku tak lagi rapuh. Ia terus terus menggenggam tanganku. Kak Yuda mendekatkan mulutnya ke kupingku sambil berbisik.

“Mamaku di rumah maunya aku melamar ke seminari tinggi. Bagaimana menurut adek?” Lalu menjauhkan kembali kepalanya.

“Ya, itukan terserah Kak Yuda, kok nanya ke aku?” Tanyaku balik.

“Siapa tahu adek maunya kakak nggak usah lamar. Kakakkan jadi punya alasan buat nolak,” jawab Kak Yuda yang berhasil membuatku tersenyum malu.

“Apaan sih, jangan aneh. Lamar saja sana, bukan urusanku kalau Kak Yuda mau jadi imam atau nggak. Toh, Kak Yuda sama aku bakalan putus juga nantinya.”

“Kalau kakak diterima di seminari tinggi, adek mau nggak, tetap pacaran sama kakak?” Bisiknya sekali lagi.

“Hah? Ngawur deh. Nggak maulah. Nggak baik tahu.”

Kak Yuda seketika tertawa pelan, lalu mengayunkan tangan kiriku. “Bercanda, sayang.” Aku tak mampu merespon. Kugigit sudut bibirku berusaha menahan senyum.

Ini adalah perjalanan menuju kapela yang cukup menyenangkan hati. Seperti inikah rasanya berpacaran? Kataku dalam hati.

***

Tak terasa waktu terus berlalu begitu cepat. Sudah mencapai enam bulan lamanya aku menjalin hubungan bersama Kak Yuda. Tidak ada yang spesial setelah peristiwa valentine dua bulan yang lalu. Hanya saja kami jadi semakin sering berpapasan tanpa disengaja, dan hal itu hanya sebatas berbalas senyum juga melambaikan tangan. Seolah ada pembatas di antara hubungan kami, dan kuanggap itu sebagai suatu yang wajar.

Klik dan baca juga:  Kukenang Sendiri Setelah Kepergianmu

“Jian, aku boleh minta bantuan?” Kuhampiri Jian yang tengah membaca komik kesayangannya itu.

“Oh, boleh. Ada apa?” Tanya Jian sambil meletakkan kembali buku komiknya.

“Tolong berikan ini pada Kak Yuda, kalau dia nanya kenapa bukan aku aja yang ngasih. Bilang, Yurianya lagi nggak mau ketemu sama Kak Yuda.”

Beberapa minggu yang lalu, Kak Yuda bersama teman-temannya telah mendaftarkan diri ke seminari tinggi. Tinggal menghitung hari Kak Yuda akan segera lulus dari sekolah ini, dan sudah sepantasnya buatku untuk melepaskannya.

“Ini apa, Yu?” Tanya Jian seraya menggoyang-goyangkan kotak kecil yang kuberikan padanya.

“Yak! Jangan digoyangin! Rusak nanti.”

***

“Yu,” seseorang memanggilku dari arah belakang. Aku pun membalikkan badan.

“Oh, Kak Sonya? Ada apa ya Kak?” Tanyaku dengan nada pelan. Kak Sonya, salah satu teman kelas Kak Yuda. Entah ada angin apa Kak Sonya memanggilku.

“Udah mau pulang? Acara perpisahannya nggak seru ya?”

“Eh, nggak kok, Kak. Cuman mau ke asrama aja.”

“Gitu ya, kamu ada waktu nggak? Yuda mau ngomongin sesuatu sama kamu katanya. Dia ada di garasi tuh.” Kak Sonya menunjuk ke arah garasi sekolah. Benar saja, Kak Yuda ada di sana masih dengan setelan kemeja batiknya, ia tengah duduk di atas motor salah satu guru.

“Ehm, Kak Sonya, aku lagi nggak mau ketemu sama Kak Yuda dulu, mungkin besok baru bisa, tolong disampein ya Kak. Aku mau kembali ke aula sekolah aja deh.”

Menghindari seseorang adalah keahlianku. Cukup bersikap masa bodoh padanya dan selesai. Seperti yang kulakukan pada Kak Yuda saat ini. Entah dasar apa aku melakukannya, tetapi yang pasti hubungan kami telah berakhir dan Kak Yuda tentu menyadari itu.

***

Acara perpisahan akhirnya usai, suara mikrofon telah terdengar mengisyaratkan semuanya untuk kembali ke asrama masing-masing. Aku melambaikan tangan pada teman sekelasku yang laki-laki, lalu bergegas pergi bersama Via menuju asrama kami.

“Cieee yang tadi barengan mulu sama gebetannya. Kapan jadiannya tuh?” Godaku pada Via sembari terus melangkahkan kaki.

“Kepo ya?” Via tertawa kemudian, dan aku pun ikut tertawa akan humor kami yang entah di mana letak lucunya.

“Ngomong-ngomong siapa yang pergi ya?” Tanyaku ketika melihat bus terparkir di depan kapela.

Via menoleh ke arah pandanganku. “Eh, iya ya? Mungkin kakak kelas kali. Kan mereka udah lulus, pada balik ke rumah mereka mungkin. Lho, kalau gitu Kak Yuda juga dong. Kamu udah pamitan belum?” Ucap Via sambil terus melihat ke arah bus yang mulai menjauh.

Entah mengapa kepalaku terasa panas, dadaku juga berdetak tak karuan mendengar ucapan Via barusan. Bagaimana jika benar? Tapi kenapa Kak Yuda tidak pamitan dulu?

Klik dan baca juga:  Lelaki Tua dan Bayangan Masa Lalunya

Aku segera berlari mendekati Kak Lura, kakak kelasku, yang kebetulan sedang melambaikan tangan ke arah bus yang menjauh. “Kak Lura, maaf mengganggu, mau nanya, ada lihat Kak Yuda nggak?”

“Lho, Yuria? Yuda baru aja tuh pergi dengan bus, kamu nggak tahu? Atau Yudanya nggak ngasih tahu? Dasar anak itu, sebentar biar kakak telepon si Yuda itu.” Kak Lura segera merongoh ponselnya dari dalam saku celananya dan menelepon Kak Yuda. Mataku tiba-tiba mulai terasa perih, kenapa ya? Aku tiba-tiba merasa sedih, gelisah, kecewa, dan marah. Semuanya bercampur begitu saja.

“Lho, Yu, hei, jangan nangis Sayang. Sebentar ya, Yudanya belum ngangkat, nanti kalau udah, kamu bebas marahin dia. Udah, udah.” Kak Lura berusaha meredakan tangisku dengan mengelus punggungku pelan. Via juga segera menghiburku ketika tahu akan situasi yang kualami.

“He, Yuda! Tega banget sih kamu, pacar sendiri nggak pamitan dulu. Gimana sih kamu jadi cowok nggak jelas banget.” Kak Lura lantas mengomeli Kak Yuda ketika panggilan telah bersambung.

“Alasan! Yuria nangis tahu nggak? Gara-gara kamu Yuda, gara-gara kamu. Minta maaf sekarang… Yuria sayang, ini.” Ponsel tersebut pun diberikan kepadaku. Suara Kak Yuda pun terdengar jelas dipendengaranku, aku tak mampu mengeluarkan sepatah kata, hanya tangis yang keluar.

“Dek, kamu nggak apa-apa? Kak Yuda minta maaf karena nggak pamitan, seharusnya Kak Yuda nggak gitu. Kamu jangan nangis ya, Kak Yuda jadi nggak tega ninggalin kamu di sana.”

Sambil sesegukan, aku menjawab, “Nggak, aku yang salah, Kak. Seharusnya aku tadi nurut sama Kak Sonya. Maaf, karena aku ngehindari Kak Yuda.”

“Iya, nggak apa-apa, wajar kok kamu gitu. Kamu jangan nangis dong.”

“Iya, Kak Yuda, hati-hati di jalan ya, semangat dan semoga bisa lulus di seminari tinggi. Jadi imam yang baik buat keluarga, ya,” ucapku yang berhasil membuat Via dan Kak Lura tersenyum senang. Aku pun ikut tersenyum.

“Buat aku juga, kalau boleh,” sambungku sambil tersipu malu.

“ … “

Selama beberapa detik tidak terdengar satu kata pun yang keluar dari mulut Kak Yuda. Apa yang dipikirkannya?

“Kak Yuda?”

“Oh, ya, terima kasih untuk doanya. Terima kasih juga untuk enam bulan ini, kakak nggak akan lupain kamu. Sehat dan sukses selalu ya, dek.”

Aku mengangguk. “Kk Yuda juga semoga sehat dan sukses. Aku tetap di sini. Biarkan semesta yang akan menjagaku. Melindungiku dari cinta-cinta yang salah. Karena mungkin aku tak cukup mampu untuk terus menamai diriku sebagai tempatmu kembali dari semua langkah. Biar semesta membimbingku kepada cinta yang sejati. Yang tak mudah retak walau dibanting berkali-kali. Biar semesta yang mendekap erat diriku agar aku tak akan pernah merasakan hatiku patah. Kalaupun dirimu tak bisa lagi berada di sampingku, biar semesta yang selalu ada untukku. Menjadi pendengar atas segala cerita kita.”

https://jambangan-mondokan.org/wp-includes/pkv-games/ https://jambangan-mondokan.org/wp-includes/bandarqq/ https://jambangan-mondokan.org/wp-includes/dominoqq/ https://sumselsatu.com/httdir/pkv-games/ https://sumselsatu.com/httdir/bandarqq/ https://sumselsatu.com/httdir/dominoqq/ https://home.hbtkvi.org/Buang/pkv-games/ https://home.hbtkvi.org/Buang/bandarqq/ https://home.hbtkvi.org/Buang/dominoqq/ https://sumselsatu.com/wp-includes/docs/scgc/ https://sumselsatu.com/wp-includes/docs/mpo/ https://sumselsatu.com/wp-includes/docs/s77/ https://sumselsatu.com/wp-includes/docs/bns/ https://sumselsatu.com/wp-includes/docs/depo/ Pkv Games BandarQQ DominoQQ Pkv Games BandarQQ DominoQQ https://lkw-main.raisd-ai.com/pkv-games/ https://lkw-main.raisd-ai.com/bandarqq/ https://lkw-main.raisd-ai.com/dominoqq/ https://uat.ydotx.com.cn/assets/pkv-games/ https://uat.ydotx.com.cn/assets/bandarqq/ https://uat.ydotx.com.cn/assets/dominoqq/ Pkv Games BandarQQ DominoQQ https://conini.uniq.edu.pe/pkv-games/ https://conini.uniq.edu.pe/bandarqq/ https://conini.uniq.edu.pe/dominoqq/ slot gacor slot77 mpo https://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/conf/bnus/ https://man1garut.sch.id/ppdb/depo-25-bonus-25/ https://man1garut.sch.id/ppdb/depo-50-bonus-50/ https://man1garut.sch.id/ppdb/judi-bola/ https://man1garut.sch.id/ppdb/mpo-slot/ https://man1garut.sch.id/ppdb/parlay/ https://man1garut.sch.id/ppdb/robopragma/ https://man1garut.sch.id/ppdb/rtp-slot/ https://man1garut.sch.id/ppdb/sbobet/ https://man1garut.sch.id/ppdb/slot-depo-5k/ https://man1garut.sch.id/ppdb/slot-depo-10k/ https://man1garut.sch.id/ppdb/sgc/ https://man1garut.sch.id/ppdb/slot-garansi-kekalahan/ https://man1garut.sch.id/ppdb/slot-qris/ https://man1garut.sch.id/ppdb/slot-thailand/ https://man1garut.sch.id/ppdb/slot77/ https://man1garut.sch.id/ppdb/slot777/ https://hancau.net/sm/depo-25-bonus-25/ https://hancau.net/sm/depo-50-bonus-50/ https://hancau.net/sm/judi-bola/ https://hancau.net/sm/mpo-slot/ https://hancau.net/sm/parlay/ https://hancau.net/sm/robopragma/ https://hancau.net/sm/rtp-slot/ https://hancau.net/sm/sbobet/ https://hancau.net/sm/slot-depo-5k/ https://hancau.net/sm/slot-depo-10k/ https://hancau.net/sm/slot-gacor/ https://hancau.net/sm/slot-garansi-kekalahan/ https://hancau.net/sm/slot-qris/ https://hancau.net/sm/slot-thailand/ https://hancau.net/sm/slot77/ https://hancau.net/sm/slot777/ https://sirlimd.com/httdocs/depo-25-bonus-25 https://sirlimd.com/httdocs/depo-50-bonus-50/ https://sirlimd.com/httdocs/judi-bola/ https://sirlimd.com/httdocs/mpo-slot/ https://sirlimd.com/httdocs/parlay/ https://sirlimd.com/httdocs/robopragma/ https://sirlimd.com/httdocs/rtp-slot/ https://sirlimd.com/httdocs/sbobet/ https://sirlimd.com/httdocs/slot-depo-5k/ https://sirlimd.com/httdocs/slot-depo-10k/ https://sirlimd.com/httdocs/slot-gacor/ https://sirlimd.com/httdocs/slot-garansi-kekalahan/ https://sirlimd.com/httdocs/slot-qris/ https://sirlimd.com/httdocs/slot-thailand/ https://sirlimd.com/httdocs/slot77/ https://sirlimd.com/httdocs/slot777/ https://jakarta.ipdn.ac.id/ Pkv Games BandarQQ https://inovamap.com/wp-includes/dominoqq/ https://poltekkpkupang.ac.id/httdir/scgcr/ https://poltekkpkupang.ac.id/httdir/s77/ https://poltekkpkupang.ac.id/httdir/mpo/ https://poltekkpkupang.ac.id/httdir/bns/ https://poltekkpkupang.ac.id/httdir/mhjg/ x500 x500 x500 x500 pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq/ pkv games bandarqq dominoqq x500pkv games bandarqq dominoqq pkv bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqqpkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq https://omahbukumuslim.id/dominoqq/ pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq pkv dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games bandarqq dominoqq pkv games https://apnplus.org/library/bandarqq/ dominoqq https://bt-acc.com/pkv-games/ https://bt-acc.com/bandarqq/ https://bt-acc.com/dominoqq/ http://aceh.me/pkv-games/ http://aceh.me/bandarqq/ http://aceh.me/dominoqq/