Guru diharapkan mampu memilih serta mengembangkan media secara relevan dan tepat.
Oleh Grecillia Dwi Ningtyas, Mahasiswa Program Studi BK FKIP di UKSW Salatiga
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berpengaruh terhadap penggunaan alat-alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Bagi sekolah-sekolah yang sudah maju dan mampu, telah menggunakan alat-alat tersebut sebagai alat bantu mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dan menyenangkan.
Jamal (2011): dunia pendidikan, khususnya guru, sangat membutuhkan strategi pembelajaran dan media pendidikan yang tepat demi efisiensi dan efektivitas pembelajaran yang dilakukan. Menurut A. Chaeruman, Jamal (2011) jika kita berbicara tentang strategi pembelajaran, pada dasarnya kita juga berbicara tentang bagaimana memilih, menentukan metode dan media, serta meramu keduanya dalam suatu kondisi tertentu hingga menjadi suatu strategi pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, Hujair, 2013). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengejar, dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan.
Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media, di antaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam. Dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu pembelajar mempelajari bahan pelajaran. Atau dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan sebagai media adalah suara, lihat, dan gerakan.
Arief S. Sadiman, dkk (2008) perkembangan media pendidikan pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa.
Namun sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual yang dipakainya, orang kurang memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke 20, alat visual untuk mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA).
Sehubungan dengan pemanfaatan media dalam kegiatan pembelajaran, para pendidik perlu cermat dalam pemilihan dan atau penetapan media yang akan digunakannya. Kecermatan dan ketepatan dalam pemanfaatan media akan menunjang efektivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Selain itu pembelajaran juga menjadi menarik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, dan perhatian siswa menjadi terpusat kepada topik yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.
Syaiful (2011) di bidang kurikulum, guru harus benar-benar memahaminya, mampu mengembangkannya dan menjadikannya sebagai pedoman proses belajar mengajarnya. Keberhasilan lulusan sangat tergantung kepada isi kurikulum dan efektivitas pelaksanaannya. Guru harus menguasai konsep dasar pengelolaan kurikulum, guru juga mesti memahami bagaimana menyikapi dan melakukan pengembangan kurikulum baik dalam teori maupun praktik.
Guru juga diminta memahami makna kurikulum baik arti sempit, yakni sebagai sejumlah mata pelajaran yang disusun dan diberikan di sekolah dalam kelas; maupun dalam arti luas, yakni semua pengalaman belajar yang diberikan kepada peserta didik selama belajar di sekolah tertentu mulai dari masuk sekolah sampai tamat dari sekolah tersebut.
Permasalahan yang dialami guru tentang media pembelajaran saat ini yaitu guru enggan menggunakan media yang efektif untuk pembelajaran. Bahkan menurut sebagian guru menggunakan media pembelajaran akan menambah beban guru, karena mereka merasa repot dan tidak mampu menggunakan media tersebut. Dan pada kenyataannya di lembaga formal banyak dijumpai guru yang kurang kreatif dalam membuat media pembelajaran yang dikembangkan sendiri. Sehingga banyak dijumpai guru yang hanya menggunakan metode ceramah saja dalam mengajar tanpa didamping media yang mendukung.
Selain itu juga, pada lembaga pendidikan tertentu belum semua guru di sekolah memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Masih banyak dijumpai guru yang menggunakan paradigma lama, di mana guru merasa bahwa mereka adalah satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik, inilah yang banyak terjadi pada guru-guru di Indonesia. Padahal banyak sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru guna membantu proses pembelajarannya.
Di samping memanfaatkan sumber belajar yang ada, guru dituntut untuk mencari dan merencanakan sumber belajar lainnya baik hasil rancangan sendiri ataupun sumber yang sudah ada di sekeliling sekolah dan masyarakat. Akibat masih banyak guru yang kurang berminat menggunakan media pembelajaran akan berdampak pada pola pembelajaran yang monoton dan menjenuhkan.
Pada lembaga pendidikan banyak terdapat sejumlah media pembelajaran yang kurang optimal keadaannya, contohnya saja seperti: jumlah dan komponennya kurang, kualitasnya buruk, dan media yang tidak mudah didapatkan. Hal ini juga dapat menyebabkan ketidaktertarikan guru dan peserta didik terhadap media yang tersedia. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap peserta didik yang tidak semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Jika media tersebut dipaksakan maka peserta didik tidak tertarik mengikuti pembelajaran karena media yang digunakan sama di kemudian hari, sehingga mengakibatkan kegiatan pembelajaran tidak berjalan dengan baik.
Selain itu, ketidaktertarikan peserta didik dalam proses pembelajaran juga dapat berasal dari bagaimana cara guru menyampaikan materi melalui media tersebut. Karena suatu media tertentu belum tentu cocok digunakan untuk semua materi pembelajaran. Karena itu, terkadang peserta didik kurang tertarik untuk memanfaatkan media pembelajaran karena membutuhkan proses lama untuk mencerna materi pembelajaran.
Untuk menggunakan media pembelajaran dengan baik, efektif dan efisien, diperlukan kemampuan dan keterampilan membuat dan memilih media yang akan digunakan dalam proses belajar pembelajaran. Ely, Hujair (2013), menyatakan untuk memilih media pembelajaran, seyogianya tidak terlepas dari konteksnya. Dalam arti media sebagai komponen sistem instruksional secara keseluruhan. Menurutnya, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, tetapi faktor lain dalam proses pembelajaran perlu dipertimbangkan, agar pembelajaran dapat mencapai tujuan dengan baik. Faktor-faktor tersebut adalah:
- Karakteristik pembelajaran
- Strategi pembelajaran
- Organisasi kelompok belajar
- Alokasi waktu
- Sumber belajar
- Prosedur penilaian perlu dipertimbangkan.
Dengan dasar ini, maka Ely, Hujair (2013) menyarankan untuk pendekatan praktis, perlu mempertimbangkan pula beberapa faktor seperti:
- Media apa saja yang tersedia
- Berapa harganya
- Berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya
- Format apa yang memenuhi selera pemakai yaitu pembelajar dan pengajar
- Biaya produksi dan berapa lama daya tahan media tersebut, sehingga dapat diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan media tersebut dengan biaya produksinya.
Manfaat Media dalam Pembelajaran
I Putu Ayub (2014) media pembelajaran menolong guru dalam proses pembelajaran sehingga penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan dan lebih sistematis. Media pembelajaran dapat membuat proses instruksional lebih menarik dan variatif dalam penyampaiannya, dan proses belajar lebih interaktif.
Media pembelajaran atau alat peraga pembelajaran bermanfaat untuk menarik perhatian murid dari semua usia serta membuat perhatian mereka tetap fokus pada pelajaran. Materi pembelajaran dapat menjadi sangat abstrak ketika disajikan tanpa adanya media. Melalui media, guru dapat memberikan gambaran yang lebih jelas serta sistematis.
Media pembelajaran menolong guru mengatasi batasan waktu dan ruang (jumlah waktu dan ruang belajar mengajar dapat dikurangi). Menurut Nana Sudjana, manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
- Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami pembelajar serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
- Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
- Pembelajaran lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Mengenai hal itu, Oemar Hamalik (1994) menjelaskan bahwa “media pendidikan membangkitkan keinginan dan minat-minat baru. Melalui alat/media para siswa akan memperoleh pengalaman lebih luas dan lebih kaya. Dengan demikian, persepsinya akan menjadi lebih tajam dan pengertiannya menjadi lebih tepat.
Berkaitan dengan mengajar yang lebih komunikatif, media mengajar menjadi sangat penting karena media pembelajaran “Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)”. Dengan media pembelajaran yang baik, kualitas belajar dapat ditingkatkan serta proses belajar dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Peran guru menjadi berubah kearah positif dan lebih produktif, juga meningkatkan motivasi murid terhadap proses belajar.
Penggolongan Media Pembelajaran
Terdapat tiga golongan media pembelajaran dalam mengajar, yaitu media yang dapat didengar (audio), dilihat (visual), dan dapat bergerak. Di samping itu, terdapat juga kategori lain tentang media pembelajaran, yaitu media pembelajaran dapat juga dikategorikan dalam kategori perangkat keras dan perangkat lunak.
- Audio
Media pembelajaran yang berbentuk audio dapat berupa kaset atau cd yang berisi musik, lagu-lagu, atau rekaman wawancara. Penggunaan media dalam bentuk audio dapat digunakan dalam berbagai proses pembelajaran. Misalnya, guru dapat menggunakan media audio untuk melatih murid-muridnya bernyanyi dan belajar alat musik. Penggunaan audio itu melatih dan memaksimalkan indra pendengar walaupun daya serap manusia melalui indra pendengar itu hanya sekitar 11%.
- Visual
Indra pelihat adalah salah satu bagian penting dari tubuh manusia yang sangat berpengaruh pada proses pembelajaran. Daya serap manusia melalui indra pelihat mencapai lebih dari 70%. Oleh sebab itu, penggunaan media dalam bentuk visual sangat dibutuhkan. Media yang dilihat dapat berupa video, gambar visual, garis (grafis), atau simbol verbal. Media yang dapat bergerak, di antaranya, pertunjukan boneka tangan, boneka jari, wayang, dan sebagainya. Adapun media pembelajaran modern dapat berupa program PowerPoint dengan menggunakan komputer serta video untuk pemutaran film.
Bila beberapa tahun yang lalu OHP menjadi sebuah media yang sangat menolong dalam penyampaian materi pembelajaran. Pada saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, perangkat OHP mulai ditinggalkan. Para guru kemudian beralih pada proyektor LCD sebagai media pembelajaran.
Penggunaan LCD sebagai media memang harus disertai dengan kemampuan menggunakan komputer untuk mempersiapkan materi yang akan ditampilkan. Misalnya, dalam penggunaan PowerPoint sebagai sarana presentasi dibutuhkan keterampilan dalam menyusun dan melakukan desain yang lebih menarik.
Penggunaan warna latar belakang yang terlalu mencolok dalam PowerPoint dapat menggantikan inti pesan yang ingin disampaikan. Tidak hanya itu, penggunaan warna tulisan yang terlalu banyak juga dapat mengganggu konsentrasi murid dalam menangkap isi pesan. Untuk itu, disarankan agar penggunaan warna dalam penyusunan PowerPoint tidak lebih dari tiga warna.
Selain itu, penggunaan LCD kadang dapat terhambat apabila listrik padam. Untuk itu, guru perlu mempersiapkan rencana lain sebagai tindakan antisipasi terhadap masalah listrik. Kadang, seorang guru dapat tampak begitu panik ketika listrik padam. Padahal situasi seperti itu seharusnya sudah diantisipasi pada saat mempersiapkan materi pembelajaran.
- Media Tiruan
Ketika seorang guru mengajar tentang bentuk dunia yang bulat, ia membutuhkan sebuah media pembelajaran yang dapat menggambarkan bentuk dunia yang sebenarnya. Media pembelajaran yang sering digunakan untuk menjelaskan bentuk dunia adalah globe. Globe adalah benda tiruan dari bentuk bumi yang ukurannya diperkecil.
Media tiruan lainnya adalah boneka, wayang, dan peta timbul. Boneka sudah lama digunakan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Adapun wayang, yang merupakan bagian dari budaya Indonesia, dapat dikategorikan sebagai media tiruan. Bentuk boneka dan wayang dibuat menyerupai manusia, hewan, ataupun beberapa benda lainnya dengan ukuran yang lebih kecil.
Di Indonesia penggunaan wayang sudah dimulai dalam kurun waktu yang sangat lama. Memang wayang pada saat ini kurang digemari oleh kelompok usia muda. Walaupun demikian, penggunaan wayang sebagai media pembelajaran di kalangan anak-anak tetap menjadi daya tarik.
Peta merupakan sebuah model atau gambaran dari sebuah tempat. Peta pada umumnya hanya berbentuk gambar dengan beberapa warna yang berbeda sebagai tanda penunjuk ataupun tanda perbatasan sebuah tempat. Peta akan menjadi lebih menarik apabila dibuat menjadi lebih serupa dari situasi yang sebenarnya, misalnya dengan membuatnya menjadi peta timbul.
- Media Cetak
Media pembelajaran terus berkembang seiring dengan perkembangan berbagai bidang ilmu. Contoh media pembelajaran yang berbentuk media cetak adalah buku-buku, koran, dan majalah.
Dalam berbagai mata pelajaran, media cetak masih digunakan sebagai media utama. Sebagai contoh, guru menyediakan buku ajar sebagai panduan, baik guru maupun murid. Media seperti koran akan menolong murid untuk memberikan informasi yang terbaru sebagai bahan pendahuluan dalam metode debat.
- Multimedia dengan Software Berbasis Komputer
Penggunaan beberapa software sebagai media pembelajaran kini menjadi salah satu trend yang menarik.Beberapa lembaga pendidikan di Indonesia mulai menggunakan beberapa software sebagai media pembelajaran. Dalam pendidikan teknologi, khususnya mengenai tafsiran/eksposisi, penggunaan software Sabda, e-Sword, Bible Work, dan beberapa software lainnya sangat memberikan banyak kemudahan.
Di beberapa sekolah, program e-learning mulai dikembangkan sebagai usaha meningkatkan dan memajukan pendidikan. Penggunaan e-book mulai digunakan sebagai bagian dari pengembangan pendidikan. Program e-book dapat digunakan dengan komputer melalui beberapa software pendukung. Bahkan, beberapa handphone mulai dilengkapi dengan software e-book. Situasi tersebut tentunya menuntut guru-guru untuk bergerak lebih cepat dan maju dalam penggunaan berbagai teknologi sebagai usaha meningkatkan proses pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran selayaknya sering dengan perkembangan teknologi. Penggunaan teknologi yang semakin canggih akan memberikan banyak kemudahan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Untuk itu, guru-guru diharapkan dapat menguasai berbagai macam teknologi yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Hujair A. H Sanaky (2013) mengungkapkan bahwa “media pembelajaran sangat banyak macam dan jenisnya. Maka, untuk menggunakan suatu media pembelajaran secara baik, efektif, dan efisien dalam proses pembelajaran diperlukan kemampuan, pengetahuan dalam memilih, menggunakan, dan kemampuan untuk mendesain serta membuat suatu media pembelajaran tersebut”.
Kemampuan tersebut dapat dimiliki dengan cara terus melatih dan mengembangkan diri. Tidak ada kata berhenti melatih diri dalam mempersiapkan media pembelajaran.
Faktor-faktor Tingkat Kesesuaian Media Pengajaran
Dina Indriana (2011) beberapa faktor yang sangat menentukan tepat atau tidaknya sesuatu dijadikan media pengajaran dan pembelajaran antara lain adalah tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, modalitas belajar siswa (auditif, visual, dan karakteristik), lingkungan, ketersediaan fasilitas pendukung, dan lain sebagainya.
Dari faktor-faktor tersebut, maka tingkat kesesuaian bisa dikelompokkan sebagai berikut: kesesuaian dengan tujuan pengajaran, kesesuaian dengan materi yang diajarkan, kesesuaian dengan fasilitas pendukung kondisi lingkungan dan waktu, kesesuaian dengan karakteristik siswa, kesesuaian dengan gaya belajar siswa, kesesuaian dengan teori yang digunakan.
Teknik Menggunakan Lingkungan
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010) mengatakan ada beberapa cara bagaimana mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar:
- Dengan survei, yakni siswa mengunjungi lingkungan seperti masyarakat setempat untuk mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan dan lain-lain.
- Kamping atau berkemah. Kemah memerlukan waktu yang cukup sebab siswa harus dapat menghayati bagaimana kehidupan alami seperti suhu, iklim, suasana, dan lain-lain.
- Karyawisata atau field trip. Dalam pengertian pendidikan karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah.
- Praktik lapangan. Praktik lapangan dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh keterampilan dan kecakapan khusus.
- Melalui proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat. Cara ini dilakukan apabila sekolah (guru dan siswa secara bersama-sama melakukan kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat seperti pelayanan, penyuluhan, partisipasi dalam kegiatan masyarakat, dan kegiatan lain yang diperlukan).
Pengembangan Media Pembelajaran
I Putu Ayub (2014) dalam mengembangkan media pembelajaran hal-hal yang perlu untuk diperhatikan adalah sebagai berikut:
- Mudah dilihat
Media pembelajaran harus mudah untuk dilihat. Jika media merupakan sebuah tulisan, tulisan tersebut harus dapat dibaca dengan jelas. Murid akan sangat terganggu apabila guru menggunakan media yang sulit dilihat, kecuali praktikum dengan mikroskop.
- Menarik
Media pembelajaran yang menarik tidak akan membuat murid merasa bosan ketika mengikuti pelajaran. Jika media pembelajarannya yang disampaikan guru tidak menarik atau menggunakan media yang sama dari sejak pertemuan pertama sampai dengan terakhir, tentunya media tersebut menjadi membosankan dan tidak menarik sekalipun harganya sangat mahal. Media akan menarik apabila ada sesuatu yang baru sekalipun medianya mungkin sudah cukup lama. Media tersebut menjadi dinanti karena terdapat beberapa modifikasi yang baik.
- Sederhana
Haruskah media pembelajaran harganya mahal atau haruskah seorang guru mempersiapkan media pembelajaran dengan biaya yang tinggi? Media pembelajaran tidak harus memakan biaya yang besar atau mahal, tetapi tetap memiliki kualitas yang baik.
Sederhana artinya tidak berlebih-lebihan, lugas, dan tidak terlalu banyak pernak-perniknya. Media yang digunakan bisa juga berupa berbagai barang bekas dengan kondisi yang masih baik. Sebagai contoh, ketika guru menggunakan media dengan PowerPoint, hindari penggunaan lebih dari tiga warna. Penggunaan warna lebih dari tiga warna pada tulisan dapat menyulitkan murid untuk menyerap apa yang menjadi inti materi.
- Isinya Dapat Berguna/Bermanfaat
Media pembelajaran harus tepat guna atau ada manfaatnya. Yang tidak diharapkan adalah ketika seorang guru mengajar, ia menjelaskan materi pelajaran menggunakan sebuah media yang tidak bermanfaat.
Dalam menghadapi situasi pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus (AKB), khususnya murid tunanetra, sangat tidak mungkin guru menggunakan media visual, seperti gambar-gambar, PowerPoint, dan berbagai jenis media visual lainnya. Untuk itu, guru dapat menggunakan media pembelajaran dengan huruf braile dan juga media audio apabila murid tersebut tidak mengalami gangguan pendengaran.
- Akurat
Media mengajar yang dipakai harus cocok atau sesuai dengan yang sesungguhnya. Bila materi yang disampaikan tentang perkembangan fisik manusia, guru harus menyiapkan media yang berkaitan dengan perkembangan dari seorang bayi hingga lansia. Bila guru ingin menjelaskan sebuah peta perjalanan seorang tokoh, media peta yang digunakan harus sesuai dengan alur perjalanan tokoh tersebut.
- Masuk Akal
Media pembelajaran itu jangan mengambang, tetapi masuk akal sehingga dapat membantu dalam menjelaskan materi pelajaran. Media yang tidak masuk akal dapat menyebabkan murid menjadi bingung. Sebagai contoh, guru yang ingin menjelaskan kekuatan sebuah logam tidak mungkin menggunakan kertas sebagai media utama, tetapi harus menggunakan besi atau baja. Jika guru menggunakan kertas, hal itu tentu sangat tidak masuk akal.
- Terstruktur dan Tersusun dengan Baik
Media pembelajaran yang terstruktur dengan baik akan menolong dalam penempatan media pembelajaran secara tepat. Media yang tidak dibuat dengan terstruktur tentunya dapat mengganggu proses pembelajaran.
Penggunaan media dapat memperlancar proses pembelajaran, mengoptimalkan hasil belajar, dan memberi gambaran yang lebih jelas serta sistematis berkaitan dengan materi yang diajarkan. Oleh sebab itu, guru diharapkan mampu memilih serta mengembangkan media secara relevan dan tepat.
Penutup
Dari beberapa masalah tentang pemanfaatan media pembelajaran yang sering dihadapi oleh guru sebagai pendidik, maka perlu penanggulangan atau solusi yang dapat dilakukan, adalah:
Pertama, guru dilatih untuk dapat memanfaatkan media pembelajaran dan merubah cara berpikir atau mindset guru yang selama ini belum sadar bahwa pentingnya menggunakan media pembelajaran dalam mengajar. Guru juga diwajibkan untuk dapat menggunakan media pembelajaran seperti menggunakan laptop, LCD, dan media yang lain.
Kedua, guru dapat membuat jadwal penggunaan media pembelajaran dan menyiapkan media apa saja yang akan di gunakan, sesuai dengan materi yang diberikan supaya lebih paham tentang materi yang diajarkan oleh peserta didik.
Ketiga, bagi guru yang sudah tua yang belum bisa menggunakan media pembelajaran atau bisa disebut gaptek, mereka harus tetap mempunyai motivasi untuk belajar dan berlatih menggunakan media pembelajaran. Karena itu sangat membantu dalam proses pembelajarannya. Dan peserta didik pun juga tidak merasa bosan dengan cara mengajar yang hanya itu-itu saja.